Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Buku Tjahaja Seorang Basuki Bakal Di-launching, Ini Kata Pengurus PIKG Stefi Rengkuan!

Sebuah buku berjudul "Tjahaja Seorang Basuki" karya Rudi Tamrin akan di-launching dan dibedah dalam waktu dekat.

Penulis: | Editor: Alexander Pattyranie
ISTIMEWA
Buku Tjahaja Seorang Basuki Bakal Di-launching, Ini Kata Pengurus PIKG Stefi Rengkuan! 

Buku Tjahaja Seorang Basuki Bakal Di-launching, Ini Kata Pengurus PIKG Stefi Rengkuan!

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Pesona Ahok belum pudar.

Sebuah buku berjudul "Tjahaja Seorang Basuki" karya Rudi Tamrin akan di-launching dan dibedah pada Rabu (23/01/2019) di Gedung Serbaguna Taman Kemayoran Condominium.

"Kegiatan dengan tema 'Saatnya Bersinar Lagi' menghadirkan KH Nuril Arifin (tokoh masyarakat), Karyono Wibowo (pengamat politik), DR. Amirullah Tahir SH, MM (Advokat Senior), Aven Jaman (peneliti LPI), Tirtayasa (Aktivis 98), Sasongko Iswandaru (Penerbit).

Baca: Setiap Hari Punggut Sampah di Jalan, Pria ini Ternyata Merupakan Seorang Milyarder

Sebelumnya Selasa (22/01/2019) kegiatan yang sama akan dibuat di Yogyakarta.

Buku ini ternyata menarik minat beberapa tokoh muda Kawanua di Jakarta.

Misalnya Stefi Rengkuan.

Baca: Lucky Senduk Sebut Kemenangan Jokowi-Maruf di Debat Pertama Tarik Pemilih Mengambang

"Ahok itu sungguh fenomenal. Mewarnai DKI Jakarta sebegitu tebal dan terang. Beliau bukan hanya seorang pekerja gigih gang disiplin waktu. Kepintaran dia sangat nampak dalam perencanaan, kerja-kerja nyata, dan evaluasi-evaluasi dalam rapat maupun lapangan, termasuk dalam adu argumen kuat dengan nyali yang tinggi. Tapi juga beliau sungguh tulus dan baik hati. Sesungguhnya beliau telah meninggalkan legacy bagaimana memimpin dan mengadministrasi pemerintahan demi ketertiban dan kesejahteraan pelayan dan masyarakat. Sayang hanya kata-katanya yang kadang keras itu yang diingat dan dibesar-besarkan orang yang sudah tak suka padanya," kata Wakil Bendahara Perhimpunan Intelektual Kawanua Global (PIKG) ini.

Ia mengatakan Max F Wilar, sesepuh Kawanua Jakarta tertarik membahas buku ini.

Baca: Pasutri Korban Lakalantas Maut di Kairagi Ternyata Berasal dari Kota Bitung

Begitu pula Johny Wenas Polii SE, MA (Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD DKI Jakarta, dua periode sejak Basuki Tjahaya Purnama diduetkan dengan Joko Widodo.

Johny memimpin fraksi terbesar di DPRD waktu itu juga tertarik.

Johny tokoh utama yang menggagalkan upaya proses awal melengserkan Jokowi dari DKI-1.

Baca: Inilah Susunan PB Gabsi 2018-2022, Orang Sulut Banyak Terpilih Lho!

Ini Resensi dari Stefi Rengkuan:

"Tjahaja Seorang Basuki"
(Refleksi atas Politik Bersih Transparan dan Peduli - sebuah resensi)

Ketika Ahok Djarot kalah dalam pilkada DKI 2017 yang lalu sesungguhnya bukan mereka kehilangan kekuasaan, tapi Jakarta baru saja membuang mutiara berkilau. Namun demikian, banyak hal bisa dicatat selama 2017 ketika Ahok dan Djarot berjibaku untuk DKI yang ceria dan berwarna.

Baca: Bocah 12 Tahun di Warukapas Membunuh, Kapolsek: Track Record-nya Anak Nakal

Sekurang-kurangnya ada tiga momen penting, menurut penulis buku ini, mengapa tahun 2017 menjadi begitu penting untuk dikenang. Tiga momen bersejarah ini juga memberikan fondasi kuat yang ikut menentukan arah Indonesia ke depannya.

Pertama, momen Ahok bersama Jokowi dan Djarot melayani rakyat dengan hati penuh belas kasih. Mereka sungguh-sungguh pemimpin yang melayani dengan hati. Program kerja dijalankan dengan perhitungan matang dan cerdas serta berpihak pada rakyat kecil. Balai Kota menjadi saksi betapa Ahok mencintai warganya. Ia mendengarkan keluhan warga dengan seksama. Bukan hanya penuh kasih, Ahok menjadi seorang administrator keadilan yang pandai bagi warga Jakarta kebanyakan.

Baca: Jalan Bandara Pihise yang Rusak Bakal Diperbaiki

Kedua, momen saat ia menyerahkan jabatannya kepada lawan secara legawa setelah kalah dalam ‘Perang Badar’ (istilah dari lawan politiknya). Momen ini sangat menyesakkan dada bagi banyak pendukung Ahok. Seolah tak percaya, Ahok dijungkalkan dalam sebuah pertarungan yang liar tak terkendali. Mengandalkan isu agama dan suku, lawan politik Ahok terus merangsek dan menekan secara membabi buta. Pertarungan dua ronde ini meninggalkan banyak cerita kegetiran tentang pilkada yang kotor. Yang tersisa kini adalah permusuhan dua kubu yang terus digoreng hingga gosong. Singkatnya Ahok kalah.

Baca: Ribuan Pelayat Antar Nur Aliah Istri Ustaz Maulana, Ternyata Ini Amalannya Semasa Hidup

Ketiga, momen pendewasaan dirinya dalam jeruji besi Mako Brimob Depok, termasuk ketika ia harus menuntaskan persoalan rumah tangganya. Sementara lawan politiknya masih belum puas dan berusaha terus meniadakan Ahok. Tekanan itu justru berbalik seolah Ahok memainkan jurus Taichi di penjara. Ini adalah momen di mana Ahok masuk lebih dalam pada keheningan batinnya dalam sebuah retret panjang. Di Penjara ia merenung dan menulis. Sementara di luar penjara kita mulai melihat kebenaran perlahan tapi pasti menyibakkan dirinya sendiri tanpa diperintah. Satu persatu penentang Ahok berguguran, tidak sedikit menyesal.

Baca: Sebelum Meninggal, Istri Ustaz Maulana Sempat Ingin Umrahkan 40 Orang Secara Gratis

Nah, ketiga momen ini dibingkai oleh sang penulis dengan kreatif dan tajam bermakna menjadi sebuah refleksi atas Politik Bersih, Transparan dan Peduli dari seorang Ahok. Refleksi ini menjadi relevan ketika kebohongan begitu merasuki perpolitikan tanah air kita saat-saat. Cukup DKI menjadi korbannya. Jangan lagi Indonesia.

Baca: Selain Jangan Minum Kopi dan Makan Permen, 7 Hal Ini Tidak Boleh Kamu Lakukan saat Perut Kosong

Lebih dari sekedar refleksi, buku ini juga jadi undangan untuk Anda agar berani memberi warna pada kehidupan di sekitar kita supaya warna yang sudah ditorehkan Basuki tetap berpendar indah.

(Tribunmanado.co.id/David Manewus)

TONTON JUGA:

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved