Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jessy Wenas Tutup Usia, Bermusik dengan Keluarga Soekarno, Ciptakan Lagu untuk Rhoma Irama

Tahun 1961 ia menjadi vokalis untuk grup band “Aneka Nada” di Bandung. Saat itu ia bersama Guntur Soekarnoputra.

net/breakindo.wordpress.com
Jessy Wenas, seniman dan sejarawan asal Tomohon. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Seniman nasional asal Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Jessy Wenas wafat dalam usia 79 tahun di Jakarta, Jumat (18/1/2019) sekitar pukul 23.00 Wita.

Sebagai pencipta lagu, lelaki yang bernama lengkap Jehezkial Robert Wenas, tersebut telah menciptakan hampir 300 lagu, termasuk lagu anak-anak.

Dalam otobiografinya dituliskan bahwa Jessy mulai unjuk bakat bermusik saat duduk di bangku SMA.

Almarhum bersekolah di SMA C Biliton Bandung pada 1957 hingga1961; sebelumnya bersekolah di SD Kristen GMIM III Tomohon (1945-1953) dan SMP Kristen GMIM Tomohon (1954-1957).

Baca: Jessy Wenas, Seniman-Sejarawan Asal Tomohon dan Opa Mikha Tambayong, Tutup Usia

Pada tahun 1959, bersama grup bandnya, Alulas, Yessy yang bermain gitar menjuarai festival group band di Hotel Homan, Bandung.

Tahun 1961 ia menjadi vokalis untuk grup band “Aneka Nada” di Bandung. Saat itu ia bersama Guntur Soekarnoputra.

Pada tahun itu pula ia mulai menciptakan lagu antara lain Abunawas, Si Gareng, Kisah Setangkai Daun, Menuai Padi.

Produktivitasnya dalam bermusik dan mencipta lagu semakin memuncak pada tahun 1966.

Masih bersama Guntur Soekarno Putra, kala itu dalam grup band Kwartet Bintang, ia menciptakan beberapa lagu seperti Borobudur, Putri Malu, Masa Lalu, Daku Dewasa, Pak Tani, Wolter Monginsidi, Nyai Roro Kidul, dan Burung Gereja.

Baca: Melihat Sejarah Terbentuknya K3 Melalui Buku Karya Yessy Wenas

Pada 1967 sejumlah karyanya kemudian diiringi band studio Remaco yang beranggotakan A Riyanto, Joppy Item, Zaenal Arifin, Enteng Tanamal, dan dinyanyikan oleh penyanyi Tatty Saleh.

Karya-karya Jessy Wenas semakin sering terdengar setelah penyanyi Ernie Djohan bekerja sama dengannya pada tahun 1967-1968.

Beberapa lagunya yang dinyanyikan oleh Ernie Djohan di antaranya Pemalu, Ingin Kembali, Tidak Kutanya Lagi, Samudraku, Setengah dari Hatiku, Mutiara yang Hilang, Jangan Biarkan Kusendiri, Semau Gue, Kisah di Seberang Samudera, Senja di Bina Ria, Stop, Jembatan Sarinah, Nompang Parkir, Pantai di Kala Senja, Sinar Mata Seorang Kekasih.

Penyanyi legendaris Bob Tutupoli juga tak luput dari karya Jessy Wenas, di antaranya Mengapa Tiada Maaf yang kembali dipopulerkan penyanyi Yuni Shara, dan lagu Maaf.

Penyanyi Titiek Sandora juga sempat membawakan karya Jessy Wenas, di antaranya Si Jago Mogok, Si Boncel, Jangan Tertawa, Warung Kopi (duet dengan Muchsin Alatas), Micoma (Oh Mama), Si Bogel, Lotto Harian, Sedetik Kau Terlambat.

Baca: Buku Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa Ungkap Kisah Toar Lumimuut

Penyanyi Titik Puspa juga melantunkan karya lelaki kelahiran Tomohon, 14 April 1939, itu dengan lagu Antara Sepi dan Kesepian, serta Penyesalan.

Pada tahun 1970, Raja Dangdut Rhoma Irama mulai merasakan karya Jessy saat berduet dengan penyanyi Ineke Kusumawati pada lagu Pertama Berkenalan.

Rhoma yang kini terjun ke dunia politik dan memimpin Partai Idaman juga menyanyikan karya Jessy, yakni Diam-diam Jatuh Hati, Hari Ini Tiada Cinta, dan Mohon Diri.

Gairah Jessy Wenas dalam bermusik dan menciptakan lagu masih mengalir setelah itu dengan melibatkan nama-nama penyanyi lainnya, di antaranya Bing Slamet, Onny Soerjono, Vivie Sumanti, Nunning Suwiryo, dan Nenny Triana.

Disebutkan bahwa hingga kelahiran anak pertamanya pada 1978, Jessy Wenas telah menghasilkan lagu ciptaan hampir 300 buah dalam bentuk piringan hitam dan kaset, termasuk karyanya dalam iringan musik kolintang dan tarling.

BERITA POPULER:

Baca: Boy William Sebut Presiden di AS Bayar Makan Sendiri, Ini Jawaban Jokowi Soal Makanannya

Baca: Syinen Duo Kembar Ditahan Polisi, Salim Kembarannya Ungkap Kronologi Penikaman: Semoga Makin Dewasa

Baca: Pria Mabuk Masuk Kamar Warga Lalu Nyaris Perkosa Wanita di Buha, Teriakan Korban Didengar Tetangga

Selain di bidang seni, almarhum juga memiliki minat pada sejarah.

Bukunya yang berjudul “Sejarah dan Kebudayaan Minahasa” (2007) menjadi rujukan bagi kalangan akademis karena berdasarkan hasil penyelidikan mendalam.

Jessy Wenas sendiri tidak sempat menyelesaikan kuliahnya (1961-1967) di Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Seni Rupa karena drop out (DO).

Rencananya almarhum akan dimakamkan di Pekuburam Umum Wenas di Talete Tomohon, Sulawesi Utara, pada Rabu, 23 Januari 2019. (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved