Sulut Maju

Wagub Sulut Steven Kandouw Undang Rapat Bersama Para 'Raksasa' Kopra Sulut

Tribun manado / Ryo Noor
Wakil Gubernur Steven Kandouw 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Semua pemangku kepentingan harus terlibat memberikan solusi untuk kelangsungan hidup petani di tengah situasi harga kopra yang anjlok.

Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw mengakui, pemerintah saat ini menjadi sasaran tembak atas situasi yang dipengaruhi perdagangan global ini.

Ia hanya ingin jangan hanya pemerintah saja yang berupaya, semua pihak harus terlibat termasuk para pemain 'raksasa ' kopra Sulut atau pabrikan

"Kami undang pabrik, mesti pimpinan, tidak bisa diwakilkan, ini penting," ujar Wagub kepada tribunmanado.co.id, Selasa (4/12/2018).

Sejumlah pemain besar kopra di Sulut di antaranya PT Cargill, Bimoli, Wilmar, dan PT Bukit

"Kita rapat bersama cari solusi, kalau bisa yang jangka pendek," kata dia.

Wagub merasa pemerintah dan perusahaan bisa berbuat lebih dari yang sudah dilakukan saat ini.

Harga 623 US Dolar

Wagub sebelumnya diutus Gubernur Olly Dondokambey ke Roterdam Belanda cek harga kopra

"Saya disuruh ke Belanda cek di hilir perdagangan Kopra," ujar dia

Baca: Harga Kopra Anjlok, Disperindag Sulut Usulkan Pakai Sistem Resi Gudang

Baca: Harga Kopra Dunia Rp 8.854 per Kilogram, Wagub Steven Kandouw Beber Penyebabnya Turun

70 persen kopra itu di ekspor ke Roterdam Belanda

"Saya di sana bersama kedutaan, hubungi atase perdagangan lalu cek harga, ternyata di tingkat dunia harga kopra memang turun , ini fakta," kata dia.

Logikanya jika di hilir turun, maka di hulu pun demikian, baik di pabrikan dan petani

"Per September 2018, harga kopra 623 dolar per metrik ton," kata dia.

Harga itu bertahan sejak 30 Juni 2018, sebelumnya Mei 2018 ada di angka 629 US dollar. Harga tertinggi kopra di 2018 ada di 942.50 US dollar per Januari 2018.

Wagub mengatakan, jika ada tudingan permainan harga itu tidak benar

Sekadar gambaran dari perhitungan 623 dolar Amerika jika dikonversi ke rupiah dengan nilai terkini Rp 14.213 maka nilai kopra per ton kira-kira seharga Rp 8.854.699 atau Rp 8.964 per kilogram
623 dollar per metrik ton, September 2018.

Wagub mengatakan, faktor menurunnya harga kopra dunia karena permintaan produk minyak nabati sedang menurun.

Kemudian ada produsen subsitusi minyak nabati selain kopra.

Rupanya kata Wagub yang turun bukan cuma kopra, komoditas karet juga demikian

"Kopra masih mending, karet turun 40 persen, petani karet di Sumatera itu asa 600.000 KK," kata dia.

Belakangan kelapa sawit juga ikut terancam. "Ini fenomena luar biasa," kata dia.

Kondisi sudah demikian, Wagub mengatakan , tetap harus dicari jalan keluar

"Tetap harus cari jalan, selamatkan petani kopra, ada program jangka panjang dan jangka pendek, kita siapkan," ujar dia.

Siapkan Solusi

Wagub menuntut pejabat tinggi pratama atau eselon II Pemprov Sulut punya inovasi untuk mengatasi masalah kopra anjlok.

Baca: Olly Utus Wagub Carikan Solusi Harga Kopra di Roterdam

Baca: Gubernur Olly Galakan Lagi Konsumsi Minyak Kelapa Asli Sulut, Unggah Foto Lagi Olah Kopra

Itu ia sampaikan saat rapat bersama dengan pejabat perangkat daerah di ruang rapat Wagub , Kantor Gubernur Sulut, Senin (3/12/2018).

Hadir dalam rapat itu, Asisten II Muhamad Mokoginta, Kadis Perkebunan Refly Ngantung, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Hanny Wajong, Karo Perekonomian Franky Manumpil dan Staf Ahli Farly Kotambunan.

Wagub langsung meminta para peserta rapat menyampaikan buah pikirannya terkait solusi anjlok harga kopra.

Refly Ngantung menyampaikan, terkait solusi jangka panjang.

Perlu dibuatkan semacam korporasi di tingkat petani, tujuannya untuk memutuskan mata rantai penjualan kopra.

"Dari korporasi ini kemudian kopra langsung ke pabrik," ujar dia.

Kenyataan di lapangan rantai penjualan kopra terlampau panjang, dari petani ke pengumpul tingkat desa, kemudian lanjut pengumpul tingkat kecamatan, kota/kabupaten baru ke pabrik

"Tiap tingkatan ambil untung, di petani yang kelola tak rasakan hasil maksimal," ujar dia.

Franky Manumpil mengusulkan, pemerintah berinisiatif membangun industri kelapa.

Produk yang ditonjolkan minyak kelapa. Sebenarnya, pemerintah sudah mencoba membangun home industri minyak kelapa dengan bantuan mesin. Itu saat harga kopra anjlok, tapi saat harga kopra membaik industri ini ditinggalkan.

Belakangan mencoba lagi memberi bantuan ke petani dengan mesin yang sama.

Selain itu, industri kelapa bisa juga terwujud dengan investasi

Farly Kotambunan mengusulkan, agar petani jangan terfokus hanya ke kopra saja, sebenarnya kelapa punya potensi lain semisal arang tempurung dan sabut kelapa.

Selain itu, di sela-sela perkebunan kelapa bisa ditanami komoditi holtikultura.

Farly juga mengusulkan, selain kelapa bisa juga dikelola buah semisal pisang

Baca: Pemprov Sulut Targetkan Produksi Minyak Kelapa 23.000 liter per Bulan

"Bisa dibuat kripik," ungkap dia

Muhamad Mokoginta dalam rapat itu tak mengulas soal solusi tapi sebatas melaporkan perkembangan demonstrasi pekan lalu oleh mahasiswa.

Ia menyampaikan, mahasiswa memberi deadline agar pemerintah bisa mengatasi harga kopra sebelum 10 Desember 2018. (ryo)