Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Olly Utus Wagub Carikan Solusi Harga Kopra di Roterdam

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara terus mencari solusi untuk mengangkat harga kopra. Gubernur Sulut.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
IST
"Bukannya Bekerja Malah Saya Ditawari Rokok", Curhat Wagub Soal Rendahnya Etos Kerja 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara terus mencari solusi untuk mengangkat harga kopra. Gubernur Sulut Olly Dondokambey telah mendelegasikan Wakil Gubernur Steven Kandouw ke Belanda.

Wagub Kandouw dan Wakil Duta Besar Indonesia untuk Belanda Fikry Casidi di Den Haag mengecek harga kopra di Kota Roterdam, pusat perdagangan kopra di dunia. Fikry mengakui harga kopra dunia sedang turun.

"Sejak beberapa bulan terakhir produk kopra yang masuk ke Belanda mengalami penurunan yang signifikan dan ini menjadi fenomema secara global," ujar Fikry melalui rilis Humas Pemprov Sulut, Kamis (28/11/2018).

Fikri menyampaikan, Kedutaan RI di Den Haag akan melaksanakan market inteligen terhadap beberapa produk Indonesia yang mengalami fluktuasi harga termasuk komuditas andalan Sulut, kopra.

"Global price untuk harga kelapa dan sawit mengalami penurunan cukup signifikan. Kedutaan RI di Belanda akan melaksanakan ecinomic intelijen untuk mencari solusi pelemahan harga ekspor kelapa dan komiditi lainnya yang mengalami tren penurunan secara global," kata dia. Kata dia, Belanda berkeinginan membantu Indonesia untuk mencari solusi mengembalikan harga jual kopra.

Dalam kunjungan itu, Wagub bersama rombongan juga melakukan study capacity building yang dirangkaikan dengan agenda interfaith dialogue. Wagub membawa serta rombongan beberapa pejabat eselon II Pemprov Sulut.

Wagub mengatakan, capacity building diharapkan dalam konteks pembangunan dewasa ini. Lanjut dia, tidak ada tujuan lain selain untuk menciptakan tata kepemerintahan yang baik atau dikenal dengan good governance.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut per Oktober 2018, Belanda menjadi negara tujuan ekspor nonmigas tertinggi Sulut. Nilai ekspor ke Belanda mencapai 15,26 juta dolar Amerika Serikat atau 20,91 persen dari total nilai ekspor nonmigas.

"Adapun produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut adalah lemak dan minyak hewani atau nabati (kopra)," kata Ateng Hartono Kepala BPS Sulut, Selasa (27/11).

Dibandingkan dengan September 2018, nilai ekspor ke negara Kincir Angin mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Bahkan, mampu menggeser negara Tiongkok yang pada bulan sebelumnya berada di puncak untuk negara tujuan ekspor. Setelah Belanda, disusul Singapura, Jepang, AS, Korea Selatan, Tiongkok, Arab Saudi, Filipina, Prancis dan Jerman.

Pada tahun 2017, produksi kelapa dari perkebunan rakyat di Sulut mencapai 255 ribu ton dengan luas areal 271 ribu hektare.

Namun belakangan ini harga kopra anjlok. Banyak hal yang menyebabkan anjloknya harga kopra di antaranya karena turunnya permintaan Crude Coconut Oil (CCO) di dunia.

Penurunan harga CCO ini kemudian ditambah dengan melonjaknya produksi CCO dari negara-negara produsen. Sesuai mekanisme pasar dunia yang berpusat di Belanda.

Gubernur Olly telah menyiapkan langkah lain untuk mendongkrak penghasilan petani kelapa. “Kami telah melakukan pertemuan dengan seluruh kepala daerah dari Provinsi serta Kabupaten penghasil kelapa di Indonesia,” ujar Olly belum lama ini.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved