Berita Ekonomi Sulut
BI Gelar Diskusi Soal Strategi Pertumbuhan Ekonomi Sulut
Bank Indonesia gelar Sulawesi Utara Prominent Forum di Aula lt 11, Peninsula Hotel, Jumat (30/11/2018).
Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Aldi Ponge
Laporan Wartawan Tribun Manado Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bank Indonesia gelar Sulawesi Utara Prominent Forum di Aula lt 11, Peninsula Hotel, Jumat (30/11/2018).
Diskusi kali ini mengangkat tema tantangan dan strategi pembangunan dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan Sulawesi Utara yang dinamis, inklusif, dan berkelanjutan.
Kegiatan yang menggandeng ikatan sarjana ekonomi Indonesia (Iksei) nampak dihadiri oleh Deputi Direktur Bidang Advisory dan Pengembang Ekonomi Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut MHA Ridhwan,
Franky Manumpil Karo Perekonomian Pemprov Sulut, Hizkia Tasik dari IKSEI, dari Pelindo, Beacukai, Mantos, Bank SulutGo, BRI, DJP Wilayah Suluttenggomalut, dosen, pemerhati Ekonomi, pelaku ekonomi, serta undangan lainnya.
Berbagai hal mereka bahas, mulai dari sektor pariwisata, perikanan, pertanian l, yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara.
Baca: Wakapolda Sulut Brigjen Karyoto Pantau Arus Lalu Lintas di Pineleng
Franky Manumpil mengatakan, mereka akan melakukan antisipasi untuk triwulan terakhir untuk menggenjot penyerapan anggaran, supaya pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
"Kami masih optimis pertumbuhan ekonomi sampai 6,1 persen, itu sudah bagus. Seperti diketahui tahun ini drop untuk ekspor dari sektor perkebunan kelapa. Tapi dilain pihak kita beruntung dari sektor pariwisata jumlah turis datang cukup siginifikan," jelasnya.
Ia sangat meyakini jika tahun depan minimal pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,2-6,4 persen." Tahun ini paling kurang mencapai 6 persen," jelas dia.
Tahun depan menurutnya, pariwisata masih jadi trade mover, bidang pertanian dan perkebunan khususnya kelapa.
"Kalau memang tahun depan kita terbuka penerbangan dari Malaysia dan Korea, ditambah dengan Cina, itu bisa lebih banyak. Harus belajar minimal bahasa Korea. Kami optimis tahun depan lebih bagus dan lebih baik," jelas dia.
Baca: Dibiayai China, Proyek Pembangunan Gedung Parlemen Baru Zimbabwe Dimulai
Bidang perkebunan, kedepa harus ubah mainset petani, bahwa jangan hanya kopra, harus bangun manufaktur Industri kecil, yang bisa mengembangkan, semisal pembuatan arang tempurung, sabut kelapa.
"Undang investor, kita bantu mesin, misalnya hasilkan minimal 1000 liter minyak kelapa per hari, kemudian diimbau masyarakat untuk konsumsi minyak kelapa," jelas dia.
Pemerintah juga akan mendorong perdagangan antar daerah, contohnya kalau ekspor biji kelapa antar daerah saja.
Dari diskusi tersebut mereka mendapatkan banyak masukkan dari akademisi, pelaku usaha, banyak masukkan dari sektor.
"Kegiatan apa yang harus dilakukan, cara mendapatkan akses, perlu kerjasama antar daerah, harus sinkron antar pelaku usaha dan Pemda," jelasnya.
Harus dibuat kalender of Iven dari kabupaten kota."Kita keroyokan untuk kembangkan iven, semisal selat lembeh di Bitung, Sangihe, Tondano, TOFF harus ada sinergitas agar waktunya tidak bertabrakan, dan bisa bersambung terus," ujar dia.
Baca: Fakta-fakta Peringatan Hari Aids Sedunia, 1 Desember 2018
Sementara itu, MHA Ridwan mengatakan bahwa acara tersebut merupakan kolaborasi antara BI dan IKSEI karena mereka melihat bahwa perlunya ada kolaborasi dengan regulator dan akademisi itu dalam rangka mencari kebijakan yang lebih efektif dan bermanfaat buat pembangunan Daerah.
"Khususnya beberapa poin penting terkait dengan strategi yang pertama perlunya penguatan pembangunan di sektor pertanian dan perkebunan karena diketahui bahwa struktur perekonomian daerah Sulut didominasi oleh pertanian, termasuk perikanan," jelasnya.
Kemudian terkait dengan pariwisata yang perlu diperkuat. Dari beberapa strategi dari yang didiskusikan termasuk bagaimana mendorong kedua sektor andalan ini bisa menjadi sektor unggulan.
"Kuncinya terletak pada yang pertama SDM waktu sumber daya manusia, sebab masalah seperti kami tunjukkan bahwa masalah SDM terkait keterampilan, kompetensinya itu masih perlu banyak ditingkatkan, tadi juga ada usulan bagaimana alokasi pemerintah atau swasta untuk membangun sekolah atau vokasi yang kewirausahaan, entrepreneurship, untuk mendukung masalah pariwisata," jelasnya.
Selain itu masalah infrastruktur juga perlu banyak ditingkatkan, semisal kondisi jalan, kemudian listriknya, komunikasi.
"Di balik ini juga sebetulnya selain sektor-sektor yang menjadi ujung tombak, kemudian tadi masalah mendasar atau yang disebut dengan modal dasar pembangunan sumber daya manusia dan investasi, juga perlunya sinergitas sinergitas itu bukan hanya antar antara pemerintah dan swasta dengan regulator, tapi antar pemerintahannya sendiri, antarinstansi misalnya di sektor perkebunan bukan hanya Dinas perkebunan juga ada industri dan dinas industri yang lain sektor pariwisata juga demikian tentu hal-hal yang sebetulnya sudah cukup banyak diketahui namun dalam realis implementasinya di lapangan masih kurang," jelas dia.
Ia mengatakan tahun 2019 itu kuncinya 2018, tahun ini kalau pertumbuhan ini bisa dicapai minimal 6 persen artinya ruang untuk tumbuh minimum 6 persen ke depan masih ada.
"Tapi kalau kita di tahun ini mudah-mudahan tidak terjadi, yang kedepan akan semakin berat untuk tumbuh tinggi lagi kalau kita bandingkan laju pertumbuhan ekonomi potensial di sini kan bisa di atas 7 persen, namun faktanya belum," jelasnya.
Kemudian yang kedua kalau dibandingkan dengan daerah sulawesi yang lain, di Sulut masih belum setinggi yang lain, dan ini yang menjadi tantangan terbesar, bukan hanya pemerintah, tapi seluruh elemen masyarakat masyarakat, swastapun kita harapkan juga bisa investasinya lebih banyak lagi di Sulut.
"Kami cukup optimis capai 6 persen pertumbuhan ekonomi karena masih ada realisasi belanja pemerintah, namun sebetulnya yang mungkin belum bisa optimis untuk di atas enam persen, kita perkirakan 6 sampai 6,1 persen," jelas dia. (Amg)
TONTON JUGA: