Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Air Kelapa Tak Semanis Dagingnya, Petani Kelapa Banting Setir Jadi Nelayan

Manisnya air kelapa tidak lagi semanis harga daging kelapa panggang (kopra) di pasaran.

Penulis: | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO/FELIX TENDEKEN
Hasan menunjukan buah coklat hasil panennya disamping pohon kelapa yang baru saja ditebang 

"Saya juga sama selain melaut saat ini mengantungkan hidup dengan hasil panen coklat dan cengkih," jelasnya.

Petani menurunkan kelapanya dari alat angkut roda sapi di dekat tempat pemanggangan kopra di Bolaang Uki
Petani menurunkan kelapanya dari alat angkut roda sapi di dekat tempat pemanggangan kopra di Bolaang Uki (TRIBUNMANADO/FELIX TENDEKEN)

Sambil menunggu harga kelapa kembali normal dia telah merencanakan tanaman apa yang akan menyambung hidup keluarga sampai tahun 2019 mendatang.

"Pulang melaut saya fokus pada pembibitan cabe, mau tidak mau harus saya lakukan kalau masa panen coklat dan cengkih sudah selesai hasil apa lagi yang bisa diharapkan," jelasnya.

Kata dia, memang harga kelapa yang menjadi ikon Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tidak lagi seindah namanya. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika hal ini terus terjadi maka penebangan pilihan satu-satunya.

"Saya sedih jika ke kebun lantas melihat kelapa di tanah berjejeran dan seperti tidak berharga sama sekali," jelasnya.

Dia berharap agar pemerintah pusat memperhatikan permasalahan ini sebab baru memikirkan hargannya sudah sakit kepala.

"Alasannya selalu fluktuasi tapi tidak ada solusi," jelasnya. (lix)

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved