Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kakak Penerjun Sulut Peluk Ibu lalu Menangis: Tim Kenali Petra Mandagi dari Cincin

Dua dari tiga atlet paralayang Sulawesi Utara yang hilang usai gempa dan tsunami Kota Palu dan Donggala, dipastikan meninggal dunia.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Roni Buol/ Kompas.Com
Tim SAR melakukan evakuasi jasad atlet paralayang yang meninggal saat gempa palu, (01/10/2018) 

Untuk wilayah Sulawesi, terdapat beberapa patahan yang juga saling memotong. Tetapi yang terbesar selain patahan Palu-Koro dengan patahan Selat Makassar, juga terdapat patahan Kolaka yang saling memotong dengan patahan Palu-Koro.

Ini potensi gempanya setiap lima tahun sekali tetapi kita bisa prediksi akan menjadi besar jika gempa hanya terjadi sekali dalam 10 tahun ke atas, harus diwaspadai. Patahan yang saling memotong ini terletak di jalur perairan Siwa, Palopo dan Toraja.

Sesekali Istri Sekwan Menyeka Air Mata

Keluarga atlet paralayang Sulut memantau pencarian korban bencana Sulteng lewat televisi.
Grace Sela, ibunda dari Glen Mononutu, atlet yang hilang di Hotel Roa Roa pasca gempa dan tsunami Palu terlihat cemas.
Sela yang didampingi sejumlah anggota keluarga nampak tegang menyaksikan siaran televisi dari rumah mereka di Kelurahan Winangun, Kecamatan Malalayang, Manado.

Beberapa kali ia menyeka air mata. Terpantau pula ia memencet ponsel dengan lengan yang bergetar. Sesekali ia masuk kamar. Berdoa di dalamnya. Meski demikian, ia tetap ramah terhadap warga yang datang.

Tamu dimintanya makan. Timothy Mononutu, kakak Glen mengatakan, sang ayah Bartolomeus Mononutu, Sekretaris DPRD Sulut, tengah berada di Palu. Ia turut terlibat proses pencarian anaknya. “Setiap beberapa jam ayah memberitahu perkembangan lewat sopirnya, ayah sendiri sibuk mencari,” kata dia.

Dikatakan Timothy, saat kejadian sang ayah sedang berada di Jakarta. Ia berkeinginan ke Palu setelah bertugas di Jakarta. “Kemudian ayah dapat kabar, pulang ke Manado lantas langsung ke Palu pada hari Sabtu,” kata dia.
Pada hari Minggu, sang ayah sudah berada di Palu. Ia heran karena sang ayah bisa lolos ke Palu lewat jalan darat padahal jalur terputus.

Pantauan tribunmanado.co,id di rumah Glen di Winangun terus didatangi warga. Nampak di antara mereka para staf DPRD Sulut. Semua menghibur dan mendoakan keluarga.

Sebelumnya, Senin (1/10) pukul 00.00, Timothy menerima kue ulang tahun dari sejumlah anggota keluarganya di Kelurahan Winangun. Tak seperti layaknya perayaan ulang tahun yang dipenuhi kegembiraan, acara kali itu berlangsung lirih.
Grace, ibu Glen dan Timothy yang menyerahkan kue ulang tahun terlihat meneteskan air mata. Ia kemudian memeluk Timothy. Mata Timothy juga basah dengan air mata.

Keluarga memang sedang dirundung malang.
Glen, adik Timothy masih hilang dalam bencana gempa dan tsunami di Palu. Glen adalah atlet paralayang Sulut yang menginap di Hotel Roa Roa Palu.

Hotel tersebut runtuh saat gempa.
Timothy kepada Tribun, Senin siang, mengaku tak bisa menahan tangis kala diserahi kue ulang tahun. “Rasanya sedih, saya ulang tahun tapi keadaan adik masih belum diketahui,” kata dia.

Biasanya, kata dia, sekeluarga selalu merayakan ulang tahun bersama. Prosesinya adalah memberi kue ulang tahun di malam pergantian hari. Timothy mengatakan, hubungan ia dan adiknya sangat dekat. “Ia kuliah di Jakarta,” kata dia.
Di hari ulang tahunnya, Timothy berdoa agar sang adik bisa selamat. “Pinta saya pada Tuhan agar adik saya bisa selamat,” kata dia.

Glen ternyata sudah memilih kuburannya. Perwakilan keluarga James Sela mengatakan, Glen pernah menyatakan akan dikuburkan di Desa Leilem, Kecamatan Sonder, Minahasa. “Setahun lalu sewaktu berkunjung ke Leilem, ia sempat katakan jika wafat akan dikubur di samping neneknya. Itu wasiatnya,” kata dia.

Menurut Sela, Glen kuliah di Jakarta. Ia tengah menyusun skripsi. Ungkap dia, payung yang dibawa Glen masih baru pemberian ayahnya.
Hingga Senin (1/10) malam, belum ada kabar tentang nasib Frangky Kowaas, salah satu atlet paralayang yang hilang di Hotel Roa Roa.

Selvi Sekeon, ibu mertua Frangky kala ditemui Tribun Senin di rumah kediamannya beralamat Ranotana mengatakan, pihaknya masih menanti kabar tentang Frangky. “Istri Frangky berada di sana. Ia mengikuti langsung evakuasi bersama tim paralayang,” kata dia.

Menurut dia, sejumlah rekan Kowaas berinisiatif mencarinya di Palu. Mereka berangkat secara swadaya.
“Ada dari ormas adat, dari pecinta alam juga ada, semua berangkat karena terdorong menemukan Kowaas, ada yang lewat darat, ada pula yang lewat laut, tak peduli sulit mereka berangkat ke sana,” kata dia.

Menurut dia, Kowaas memang punya pergaulan luas hingga banyak yang bersimpati kepadanya. Ungkap dia, keluarga saban hari menggelar doa keselamatan Kowaas. (Tribun/art/fin)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved