Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

53 Tahun G30S PKI

53 Tahun G30S PKI, Katamso Dekat Mahasiswa, Dikhianati Bawahan, Jasadnya Ditemukan 20 Hari Kemudian

Hari ini tepat 53 Tahun atau tepatnya 30 September 1965 malam, terjadi peristiwa berdarah karena pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo 

Saat peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta, Katamso menjadi Komandan Batalyon Operasi 17 Agustus pimpinan Ahmad Yani.

Katamso dipercayakan sebagai Komandan Korem 072/Pamungkas di Yogyakarta pada 1963.

Saat itu, paham komunis mulai menyebar dilapisan masyarakat, menyasar kaum terpelajar. Dia giat membina mahasiswa untuk menghadapi PKI di Solo. 

Katamso mencium gelagat itu, sehingga memberikan pelatihan militer kepada mahasiswa untuk meningkatkan kecintaan kepada negara diatas kelompok dan golongan.

Dia memperkuat posisi resimen mahasiswa. Katamso berharap suatu saat diperlukan, mahasiswa siap memimpin sebuah kompi.

Baca: Berkat Soekarno, Jenderal Bintang Satu Ahli Intelejen Ini Lolos Penculikan G30S/PKI 

Baca: Hasil Forensik Korban G30S PKI: Tidak Ada Pencungkilan Mata Seperti dalam Film

Katamso selalu mendekatkan diri dengan masyarakat. Ia sering hadir dipertemuan umum, sehingga makin dikenal masyarakat. 

Katamso terus berupaya membina masyarakat untuk memperbaiki kondisi yang saat itu sangat miskin karena tekanan ekonomi.

Dia menjalin hubungan erat dengan para guru, orangtua siswa dianjurkan untuk membantu para guru.

Keterbukaan dan kedekatan inilah membuat PKI tak menyukai Katamso. suasana semakin tak menentu. Bermunculan propoganda PKI melalui selebaran dan pelakat.

Sore itu, Katamso baru saja kembali dari Magelang dan Kolonel Sigiono baru kembali dari Pekalongan. 

Katamso pun disodorkan surat pernyataan yang isinya mendukung dewan revolusi untuk ditandatanganinya.

Dia menolak, lalu memanggil para perwiranya untuk membahas situasi tersebut. Tak disangka, sebagian stafnya sudah dipengaruhi PKI.

Mereka datang ke rumahnya sudah membawa senjata untuk menculik Katamso. Dia dibawa ke Desa Keuntungan, kompleks Batalyon.

Dia dipukuli dengan kunci mortir 8 dan disertai beberapa kali pukulan. Mayatnya dimasukan dalam lubang yang sudah disiapkan sebelumnya. 

Baca: Kisah Sukitman, Agen Polisi yang Lolos dari Lubang Buaya saat G30S/PKI

Baca: Cerita Anak Jenderal Korban G30S/PKI, Putri Ahmad Yani Kini Berteman dengan Anak DN Aidit

Jenasahnya dan Kolonel Sugiono ditemukan pada 21 Oktober, setelah dilakukan pencarian besar-besaran. Tim pencari curiga atas tanaman yang baru ditanam di kompeks asrama di Keuntungan.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved