Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Pierre Tendean Batal Menikah karena Dibunuh G30S PKI, Ini Sosoknya di Mata Kakak dan Adiknya

Peritiwa kelabu dikenal G30S PKI ini sudah menggores luka yang dalam bagi sesama anak bangsa.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Pierre Tendean 

Dia ditangkap oleh pasukan G30SPKI karena ia disangka AH Nasution. Pierre pun harus mengikhlaskan dirinya menjadi salah satu korban mereka.

Baca: Cerita Anak Jenderal Korban G30S/PKI, Putri Ahmad Yani Kini Berteman dengan Anak DN Aidit

Baca: 5 Tempat yang Jadi Saksi Bisu Kekejaman G30S/PKI, Monumen Kresek Sejarah Tentang Keganasan PKI

Sebenarnya, 30 September, Pierre sudah menyerahkan tugasnya kepada salah seorang rekannya, karena esok harinya dia akan ke Semarang merayakan ulang tahun ibunya.

Namun Pierre Tendean keburu diculik lantaran dikira sebagai AH Nasution, dan ia tetap dibunuh meskipun telah diketahui bahwa ia bukanlah sang Jendral.

Malam itu, pasukan bersenjata membuat keributan rumah Jenderal Nasution. Pierre terbangun dari tidur di ruang belakang rumah Nazution dan keluar membawa senjata. Namun dia kalah jumlah. Dia pun menyerahkan diri sebagai ganti pimpinnya. Pierre mengaku dirinyalah nasution.

Menjadi tentara sejak awal, sudah menjadi cita-cita dari pria yang bernama lengkap Pierre Andreas Tendean ini. Ayahnya yang seorang dokter sebenarnya menghendakinya mengikuti jejaknya.

Namun selepas menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Bagian B di Semarang pada tahun 1958, dia kemudian masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad).

Pierre yang berlatar belakang intelejen ini pernah dikirim ke Malaysia dan Singapura. Dia nyaris ditangkap Tentara Inggris namun dapat bersembunyi dengan menymar sebagai turis asing.

Pierre Andreas Tendean

Dilansir wikipedia, Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean, lahir pada 21 Februari 1939. Dia mengawali karier militer dengan menjadi intelijen dan kemudian ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution dengan pangkat letnan satu, ia dipromosikan menjadi kapten anumerta setelah kematiannya.

Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kakak dan adiknya bernama Mitze Farre dan Rooswidiati. Pierre mengenyam sekolah dasar di Magelang, lalu melanjutkan SMP dan SMA di Semarang tempat ayahnya bertugas.

Sejak kecil, ia sangat ingin menjadi tentara dan masuk akademi militer, namun orang tuanya ingin ia menjadi seorang dokter seperti ayahnya atau seorang insinyur. Karena tekadnya yang kuat, ia pun berhasil bergabung dengan ATEKAD di Bandung pada 1958.

Baca: Penerimaan CPNS 2018, Pendaftaran Mulai 19 September! Perhatikan 4 Cara Unggah Persyaratan

Dia bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia. Pada 15 April 1965, Pierre dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Andreas Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden   RI  No. 111/KOTI/Tahun 1965, pada 5 Oktober 1965. 

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.

 Seandainya Pierre Masih Hidup

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved