Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Agen FBI Vs KGB Adu Lihai di Washington 

Washington, Ibu Kota Amerika Serikat, penuh aneka ragam cerita termasuk aksi para intelijen kelas dunia.

Editor: Aldi Ponge
GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AFP/MARK WILSON
ILUSTRASI: Seorang polisi terlihat bersenjata lengkap mengamankan gedung Capitol di Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Senin (16/9/2013), menyusul penembakan di pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang berjarak kurang dari 3 kilometer dari gedung Senat Amerika ini. 

Setahun genap ia bebas tugas dari pengabdiannya kepada KGB, keluar surat keputusan pemberhentiannya sebagai perwira militer, karena pertimbangan kesehatannya.

Sesudah resmi dipensiun, ia mendapat pekerjaan pada sebuah taman di Fairfax County, Virginia.

Gajinya satu dollar tujuh puluh sembilan sen setiap jam. Namun jabatan tersebut tidak lama dipegangnya karena pada suatu hari ia bercekcok dengan majikannya dan dikeluarkan.

Sebetulnya Whalen sendiri sadar bahwa dirinya sudah dibayangi oleh petugas-petugas FBI, meskipun keluarganya sendiri tidak mengetahui perbuatannya.

Pada suatu hari ditahun 1964 apa yang ditakuti Whalen menjadi kenyataan.

Panggiian dari Pentagon tiba. Seorang perwira militer “mengawal”nya ke Penatgon, untuk bertemu dengan petugas-petugas FBI yang memang sudah menanti disana untuk melakukan pemeriksaan tingkat pertama.

Sejak itu hampir sebulan sekali ia dipaksa “bertukar kata" dengan petugas-petugas FBI. Keadaan ini berlangsung kira-kira satu tahun lamanya sampai pihak FBI cukup bukti banwa Whalen telah “berkomplot" dengan agen-agen polisi rahasia negara asing — dalam hal ini Soviet.

Pada tanggal 12 Juli. 1966, baru saja Whalen menonton siaran pertandingan base-ball, TV belum lagi sempat dimatikan, datanglah 5 petugas FBI untuk mengangkutnya pergi tanpa memperkenankannya untuk mengganti baju atau mencukur kumisnya terlebih dulu.

Namun rupa-rupanya perwira intell yang salah pilih sahabat ini masih bernasib baik. Ia diperkenankan meninggalkan tahanan dengan memberikan 15.000 dollar Amerika sebagai jaminan.

Alasan yang sebenarnja dari “kemurahan hati" pihak yang berwenang tersebut tidak dijelaskan. Mungkin atas macam-macam pertimbangan, misalnya kesehatan atau mungkin juga karena ia dianggap tidak bermaksud sungguh-sungguh menjual negaranya, melainkan karena termakan bujukan “sahabat"nya – yang teramat lihai itu.

Untuk “jasa"nya, pihak polisi rahasia Soviet juga tidak melupakan imbalan yang menurut mereka pantas : 5.500 dollar untuk masa kerja 4 tahun.

Untuk uang jaminan saja, keluarga Whalen harus menambahi jumlah upah KGB dengan sejumlah uang lagi yang besarnya kira-kira dua kali upah tersebut. Tapi nama baik yang telah cemar tidak mungkin bisa ditebus dengan jumlah yang sebesar apapun juga.

Whalen telah melakukan kesalahan besar yang boleh dikatakan tidak mungkin diperbaiki kembali pada saat-saat terakhir masa dinasnya. Kini Whalen yang baru berusia 52 tahun berwajah lebih tua 10 tahun dari pada usianya yang sebenarnya.

Kalau Whalen seorang perwira menengah Angkatan Darat A.S. dan warganegara Amerika yang dapat dikatakan “aseli" — dalam arti kata sudah jauh pertaliannya dengan negara leluhur orang tuanja – telah melakukan perbuatan “cemar” terhadap tanah airnya; maka dibawah ini adalah kisah kepahlawanan seorang warga negara Amerika—keturunan Ceko yang justru berhasil “mengibuli" komplotan mata-mata negara leluhurnya sendiri.

Frank John Mrkva — pahlawan “peranakan" Ceko tersebut – lahir 38 tahun yang lalu di Pennsylvania. Ajahnya masih orang Ceko “totok", hingga Mrkva sendiri masih kenal sedikit-sedikit adat istiadat dan bahasa negara leluhurnya.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved