Oto Transindo Siap IPO hingga Rekor Buruk Rupiah Sejak 1998
Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terus kedatangan calon emiten baru. Di antaranya ada PT Urban Jakarta Propertindo
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Kurs rupiah kian gawat. Di pengujung pekan ini, kurs rupiah di pasar spot Indonesia ditutup di Rp 14.710 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini rekor posisi penutupan terburuk dua dekade terakhir.
Sebelumnya, rupiah sebenarnya sempat mencapai level Rp 14.840 per dollar AS. Di pasar spot internasional, per pukul 22.00 WIB, rupiah sempat kembali ke Rp 14.651 per dollar AS.
Selain rupiah, yield surat utang negara (SUN) FR064 pun kembali melesat. Sepanjang pekan ini, yield FR064 berkisar 7,8%-7,9%. Namun kemarin, yield SUN seri acuan melesat ke level 8,157%.
Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menilai, rupiah tertekan setelah Presiden AS Donald Trump setuju kembali menerapkan tarif US$ 200 miliar terhadap barang impor asal China.
Kurs rupiah juga terkena sentimen negatif pelemahan sejumlah mata uang negara emerging market, seperti rupee India.
Chief Economist Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menambahkan, tingkat sensibilitas rupiah masih cukup tinggi. Mengingat porsi investor asing di pasar keuangan dalam negeri, baik saham maupun obligasi, tergolong jumbo.
"Apalagi posisi Indonesia kurang menguntungkan setelah current account defisit dalam negeri lebih tinggi dari perkiraan," kata dia.
Tarik devisa
Namun, Ekonom Bank Permata Josua Pardede masih optimistis rupiah dapat bertahan. Mengingat secara fundamental, ekonomi Indonesia sebenarnya masih ciamik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Tingkat inflasi juga masih terjaga.
Untuk mencegah nilai tukar rupiah terus merosot, Josua menilai idealnya pemerintah lebih giat menarik devisa. Ini bisa dilakukan antara lain dengan mendorong sektor pariwisata.
"Seperti yang dilakukan Thailand, meski negara kecil namun transaksi mereka surplus karena mereka cukup kuat di sektor pariwisata," terang dia.
Asing Mulai Beli,
Meski Masih Hati-Hati
Bursa saham dalam negeri memang diserbu sentimen negatif belakangan ini. Meski begitu, investor asing tidak semuanya benar-benar menjauh. Mereka justru masih melakukan aksi borong saham.
Sepekan terakhir, investor asing tercatat membukukan posisi beli bersih (net buy) Rp 1,01 triliun. Memang, pada perdagangan Rabu (29/8) asing sempat mencatat jual bersih (net sell) Rp 480,67 miliar. Kemarin, asing kembali net sell Rp 434,74 miliar.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, para pelaku pasar melihat fundamental makroekonomi dalam negeri masih cenderung stabil. "Meski memang stabilitas ini berada di tengah-tengah sentimen negatif yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global," kata Nafan, Jumat (31/8).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/rupiah_20180813_021010.jpg)