Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pengusaha Sulut Rugi Rp 36 Miliar: 300 Truk Masih Tertahan di Bitung

Ratusan pengusaha dan sopir menderita kerugian akibat penundaan operasi kapal fery dari Bitung ke Ternate dan Nusa Utara.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun manado / Alpen Martinus
Puluhan Sopir tertahan di Pelabuhan ASDP Bitung 

Tapi ia bersyukur tidak terjadi apa-apa dan bisa sampai di tujuan dengan selamat. Namun di balik ketakutan naik kapal laut ada hal menyenangkan juga. "Karena ini menjadi pengalaman pertama bagi saya. Dan seru juga ketika berada di atas kapal karena bisa menikmati pemandangan laut begitu indah," kata karyawati swasta ini.

truk di Pelabuhan Siau
truk di Pelabuhan Siau ()

Satu Keranjang Tude Tembus Rp 1 Juta

Perahu penangkap ikan parkir berjejer di pesisir pantai Siau.

Nelayan di sana memang lagi istirahat melaut. Usut punya usut, mereka enggan mencari ikan lantaran gelombang laut tinggi. Terlalu berisiko bagi keselamatan.

Seperti dikatakan Markus Sasue, nelayan dari Siau Barat. Kata dia, sebagai nelayan memilih memarkirkan perahu. Dalam berapa hari terakhir gelombang tinggi masih terjadi di perairan Sitaro. "Tidak mau ambil risiko, baiknya pilih parkirkan perahu," katanya, Kamis (23/8/2018).

Lanjut Markus, saat ini, gelojak di perairan tidak dapat diprediksi. Sewaktu-waktu langsung berubah ekstrem dan menyulitkan nelayan. "Jadi untuk saat ini sambil menunggu ada perubahan cuaca membaik, saya ke kebun untuk membersikan tanaman pala," kata dia.

Nelayan yang lain, S Hormati juga memilih tidak melaut. "Saya tidak memaksakan jika kondisi ombak masih tinggi," katanya. Karena, kata dia lagi, mereka hanya nelayan kecil yang menggunakan perahu tidak terlalu besar.

"Nelayan kecil seperti kami pastinya perahu juga kecil. Jadi tidak dapat bertahan dengan kondisi gelombang tinggi. Mungkin beda cerita dengan nelayan yang menggunakan kapal pajeko yang ukuran besar dan dapat menampung berapa orang," kata dia.

Perairan Sitaro memang terus bergejolak. Angin selatan begitu kencang dalam satu bulan terakhir. Pengaruhnya ke harga ikan yang ada di pasar tradisional di Siau.

Seperti amatan tribunmanado.coid di pasar tradisional, harga ikan masih mahal. Novalin Dalending, penjual yang ada dipasar Ulu Siau, mengaku rata-rata ikan mahal. "Ikan tude satu termos dapat mencapai Rp 500 ribu," katanya.

Harga itu dibeli oleh penjual dari nelayan besar seperti pajeko di tengah laut. "Jika sudah di darat harga malah lebih mahal lagi," sambungnnya.

Untuk harga satu keranjang ikan tude dapat mencapai Rp 1 juta. Itu juga didapat oleh penjual ikan dari nelayan.
"Jadi suami menggunakan perahu dari rumah untuk menjemput ikan di tengah laut dari nelayan, agar dapat mendapatkan untung lebih. Karena itu harga sedikit murah," terangnya.

Sementara ketika cuaca bersahabat, kata dia, untuk 6 hingga 7 ikan tude dijual Rp 20 ribu. "Namun saat ini 4 ekor dijual Rp 20 ribu," tambahnya.

Untuk ikan tuna, saat ini per ekor dapat mencapai 1 juta seratus per ekor. Jika cuaca baik bisa capai 800 ribu rupiah per ekor. "Ini yang ukuran besar," tambahnya. Ikan tongkol ukuran sedang yang biasanya 7 ekor seharga Rp 20 ribu, kini 5 ekor Rp 20 ribu.

Emil Tamaka, penjual ikan lain mengatakan, saat ini harga ikan masih cukup mahal. "Karena saat ini belum banyak nelayan yang melaut akibat tinggi gelombang yang terjadi di perairan Sitaro," kata Tamaka.

Lanjut dia, mereka juga kesulitan mendapatkan ikan dari nelayan. "Jadi juga harus berebut dengan penjual lain," lanjutnya.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved