Oh Tuhan, Kenapa Sir Begini: Isak Tangis Iringi Jenazah Pahlano
Isak tangis pecah saat peti jenazah almarhum Dosen Politeknik Negeri Manado, Jusak Ratundelang Pahlano Daud (45)
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Isak tangis pecah saat peti jenazah almarhum Dosen Politeknik Negeri Manado, Jusak Ratundelang Pahlano Daud (45) diantar ke perkuburan, Kamis (2/8/2018).
Ribuan pelayat memberikan penghormatan terakhir kepada sang peneliti di bidang kelautan ini saat berada di rumah duka Lingkungan III, Kelurahan Ranotana, Kecamatan Sario, kampus Politeknik Negeri Manado dan di tempat peristirahatan terakhirnya.
Sejak Kamis pagi, ratusan orang mulai memadati rumah duka. Pantauan tribunmanado.co.id, para pelayat berbondong-bondong. Dari dalam rumah hingga halaman depan rumah duka penuh sesak.
Kakak kandung sang dosen, Maison Daud, dalam sambutan keluarga, berterima kasih atas kedatangan para pelayat.
“Orang baik bisa dilihat dari banyaknya pelayat yang datang saat pemakamannya. Terima kasih sudah datang, kiranya Tuhan senantiasa memberkati kita semua,” ucapnya.
Ada ganjal, namun keluarga almarhum sudah merelakan kepergian Pahlano. “Memang kami rasa kematiannya ini ada yang ganjal karena saat ditemukan meninggal dari mulut adik saya itu mengeluarkan darah.
Kemudian tanggannya ada lebam, saat kejadian CCTV hotel mengalami gangguan jadi tidak bisa dilihat. Tapi kami sudah tidak lagi memperpanjang ini ke jalur hukum atau apa namanya,” kata kandung Pahlano, saat prosesi ibadah pelepasan jenazah di Politeknik Negeri Manado.
Alasan tidak memperpanjang ini, menurut kakak ketiga dari almarhum itu, menurut hasil autopsi bahwa kematian adiknya karena pecahnya pembuluh darah.
“Kalau menurut keterangan dokter, beliau meninggal karena pembuluh darah di belakang kepala itu pecah. Tapi, alasan pecahnya pembuluh darah itu dari pihak keluarga belum tahu kenapa bisa pecah,” katanya.
“Biarlah ini menjadi rahasia Tuhan. Karena kalaupun kita mengambil jalur hukum atau apa namanya, nyawa adik saya tidak akan kembali lagi,” kata sang kakak. “Seseorang akan dikenang bukan dari apa yang dia punya, tapi dari apa yang dia beri,” ujar dia.
Sekadar diketahui, Pahlano dikebumikan di Pekuburan Sentosa, Desa Paniki Atas, Kecamatan Talawaan, Minahasa Utara (Minut).
Nama Pahlano yang diambil dari singkatan pahlawan di bulan November itu meninggal seorang istri bernama Risye Anita Mekel dan dua orang anak, Amadea Daud serta Keiko Daud.
“Pahlano atau pahlawan yang lahir bulan November ini adalah benar-benar pahlawan. Sudah banyak memang yang adik saya lakukan apalagi yang berhubungan dengan laut,” katanya.
“Selain banyak memberikan pemikiran terhadap Bunaken, Pahlano juga pernah dengan tegas menolak adanya reklamasi Boboca. Ya berkat dia, Boboca tidak jadi direklamasi, dia juga berjasa di Raja Ampat, NTT, dan bagi keluarga kami,” kata Maison dengan suara yang mulai memberat dan air mata yang mulai bercucuran membasahi pipi kiri dan kananya.
Pantauan Tribun Manado saat prosesi ibadah pemakaman yang dihadiri lebih dari seribu orang itu, setiap menit terdengar pecahan tangisan dari para pelayat saat melihat petih berwarna putih itu, baik dari kerabat jauh, maupun para rekan kerja baik dosen, ataupun para pegiat pariwasata dan kelautan.