Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pasang Kawat dan Veneer Tak Boleh Sembarangan, Waspada Tukang Gigi Abal-abal

Dokter gigi Gabriela Sintya Rey mengatakan tidak semua kasus bisa dipasangi kawat gigi cekat dan tidak sembarangan untuk memasang

Penulis: Finneke | Editor:
TRIBUNMANADO/ANDREAS RUAUW
Drg Gabriela Sintya Rey saat menangani pasien 

Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Behel atau kawat gigi merupakan alat yang dipakai dokter gigi, yang salah satu manfaatnya untuk memperbaiki posisi gigi.

Ada yang bisa diepas ada yang terpasang cekat atau tidak bisa dilepas pasang oleh pasien.

Dokter gigi Gabriela Sintya Rey dalam edisi Health Tribun Manado mengatakan tidak semua kasus bisa dipasangi kawat gigi cekat. Karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Jika pasien tersebut tidak ada indikasi harus pasang kawat gigi cekat, ya tidak akan dipasang.

Pemasangan kawat gigi cekat bisa dilakukan jika kelainan gigi pasien sudah cukup kompleks dan melibatkan rahang. Sehingga banyak gigi yang perlu digeser dan tidak memungkinkan untuk dipasangi kawat gigi lepasan.

Anak-anak di bawah umur 12 tahun juga tidak bisa dipasangi kawat cekat karena masih dalam masa gigi bercampur dan tulang rahangnya masih berkembang. Memasang kawat gigi cekat merupakan perawatan yang hanya bisa dilakukan oleh dokter-dokter gigi yang berkompeten pada bidang itu.

Begitu juga dengan veneer, demikian dokter kelahiran Tondano 4 Juni 1989 ini. Tidak semua gigi yang terlihat kuning harus diveneer. Veneer bisa dilakukan jika terjadi cacat warna pada gigi misalnya karena penggunaan obat-obatan. Bisa juga dilakukan jika bentuk gigi tidak normal atau gigi patah sehingga bentuknya tidak lagi baik secara estetik.

"Gigi yang sehat tidak boleh diveneer karena lapisan email jika sudah dikikis sudah tidak bisa tumbuh lagi. Banyak kerugian jika gigi sehat dan baik-baik saja malah diveneer," ujar dokter lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado ini, Sabtu (2/6).

Banyak sekali masalah kesehatan yang akan timbul jika kita merawat gigi bukan pada tempatnya. Kuda saja harus memasang kuku di tempat pemasangan kuku kuda. Kenapa ada yang mau mulutnya diobok-obok tukang cuci rambut atau tukang make up? Perawat gigi saja tidak berkompeten untuk memasang behel.

Untuk bisa menangani pasien seorang dokter harus menyelesaikan pendidikan kurang lebih enam tahun dan untuk mengambil spesialis dibutuhkan waktu kurang lebih empat tahun. Jadi ada kurang lebih sepuluh tahun dokter belajar untuk merawat pasien.

Tapi kenapa masyarakat lebih memilih pergi ke salon atau tukang-tukang gigi di pusat perbelanjaan? Apakah karena harga miring?Sekarang sudah zaman jaminan kesehatan. Setiap orang rata-rata sudah punya jaminan kesehatan, jadi pergunakanlah jaminan kesehatan untuk memeriksakan gigi ke dokter gigi.

"Sehat tidak harus mahal. Gigi yang tidak seputih cat tembok asal bersih dari lubang dan bebas karang lebih baik daripada gigi yang sangat putih. Tapi kalo berbicara dekat mulutnya mengeluarkan bau yang tidak sedap," ucap Dokter Gabriela.

Orang yang modis dan kekinian tidak harus memakai kawat gigi karena tidak ada yang namanya behel fashion. Behel dipakai bukan untuk fashion tapi untuk merawat kelainan pada posisi gigi. Jika tidak ada yang perlu dirawat kenapa harus memagar dan merusak gigi.

"Dengan pergi ke salon kecantikan untuk merawat gigi dan memakai behel berarti masyarakat sudah memercayakan mulut dan kesehatannya pada pekerja salon kecantikan atau tukang gigi. Kenapa ada yang dengan suka rela memberi mulutnya diisi barang-barang yang belum tentu aman digunakan jangka panjang di dalam mulut? Dibayar lagi jasa perusakan mulutnya," ucapnya.

Seberapa kecil pun gaya dari kawat gigi, besar efeknya bagi pasien. Itu sebabnya perawatan menggunakan kawat gigi cekat adalah perawatan yang kompleks dan rumit. Kunjungan dilakukan secara berulang-ulang kenapa? Karena banyak perhitungan yang harus dilakukan dokter untuk menggerakkan gigi-gigi di dalam mulut sehingga dicapai gigitan yang normal.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved