Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Saksi Mata Sebut Razan Najjar Sudah Lambaikan Tangan, Tapi Duaaar ia Malah Ditembak

Ibunda Razan Najjar, Sabreen al-Najjar terus menangisi putrinya yang tewas ditembak tentara Israel.

Editor:
New York Times
Razan Najjar 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Ibunda Razan Najjar, Sabreen al-Najjar terus menangisi putrinya yang tewas ditembak tentara Israel.

Sabreen bahkan mengingat terakhir kali melihat wajah putrinya, Razan Najjar.

"Dia berdiri dan tersenyum kepada saya, mengatakan dia menuju ke tempat protes," kata Sabreen mengingat Razan Najjar kepada Al Jazeera dari rumahnya di Khuza'a, Jalur Gaza selatan.

"Dia terbang seperti burung di depanku."

Kala itu adalah aksi demonstrasi Jumat ke-10 yang diadakan oleh Palestina sejak 30 Maret 2018 dekat perbatasan Israel yang dijuluki the Great March of Return.

Di tempat protes di Khuza'a, saksi mengatakan bahwa Razan Najjar mendekati pagar pada hari Jumat dengan mengenakan rompi medisnya.

Niatnya adalah untuk mengevakuasi seorang pengunjuk rasa yang terluka berbaring di sisi lain pagar, setelah dia berhasil memotong lubang melaluinya.

Dengan kedua lengannya terangkat untuk menunjukkan kepada tentara Israel yang berjaram 100 meter jauhnya bahwa dia tidak menimbulkan ancaman.

Naas, Razan Najjar malah tertembak di dadanya dengan peluru tajam, satu peluru menembus lubang di bagian belakang rompi.

Dia menjadi orang Palestina ke-119 yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak protes populer mulai menyerukan agar hak Palestina untuk kembali ke rumah dari mana mereka diusir dari tahun 1948.

Lebih dari 13.000 orang lainnya telah terluka.

Sabreen, ibunda Razan Al Najjar memperlihatkan baju putrinya berlumuran daerah
Sabreen, ibunda Razan Al Najjar memperlihatkan baju putrinya berlumuran daerah (Tribun Lampung)

Rida Najjar, juga seorang relawan medis, mengatakan dia berdiri di samping Razan ketika dia ditembak.

"Ketika kami memasuki pagar untuk mengambil para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, yang tidak terkait dengan Razan, kepada Al Jazeera pada hari Sabtu.

"Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan. Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami", katanya seperti dilansir tribunjambi.

"Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah".

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved