Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Mahasiswi Cantik Ini Nyaris jadi Teroris, Bongkar Modus dan Dalil Dipakai Kelompok Radikal

Postingannya akhirnya viral dan banyak dishare. Dan BBC News Indonesia pun mewawancarainya.

Editor: Aldi Ponge
teroris 

Belum sempat bertanya, perempuan itu membombadirnya dengan kalimat: "Saya tahu kamu masih mahasiswa, jadi belum tahu cari uang sebesar itu."

Perempuan itu kemudian menceritakan pengalamannya: "Saya di awal pun menjual telepon genggam saya untuk sodaqoh Rp400 ribu."

Dalam Facebooknya, Yunita menulis bahwa dirinya dibolehkan berbohong kepada orang tuanya. "Bahkan ketika kamu berbohong meminta uang ke orang tua atau menjual telepon genggammu adalah sebuah pengorbanan untuk Allah..."

Merasa dicuci otak

Mendengarkan apa yang diutarakan perempuan itu, Yunita mulai melihat ada keanehan. "Masak saya diminta berbohong. Bukankah berbohong itu berdosa?" Tapi Yunita mengaku tidak ingin terlihat seperti menolak ajakan itu.

Di akhir pertemuan, Yunita diminta tidak menceritakan hasil pertemuan itu kepada siapapun.

"Jujur saja, saya cukup merasa dibrainwash (dicuci otak) untuk mengikuti perkataannya, sampai saya enggak berani ngomong ke teman terdekat," katanya. Kebetulan sebagian besar teman-temannya di kampus adalah non Muslim.

Selain diminta menyumbangkan uang Rp400 ribu, Yunita diminta mengenakan jilbab putih, kemeja putih serta celana bahan hitam pada esok harinya.

"Saya diajak janjian naik kereta api ke Cimahi, sambil bawa uang Rp400 ribu, dan mengenakan jilbab," ungkapnya.

Mendapat pencerahan: 'Modus NII'

Mendengarkan suara hatinya, Yunita kemudian memutuskan mencari orang yang dianggapnya memahami masalah keislaman. Hal ini kemudian mengantarnya ke yayasan Darut Tauhid di kawasan Geger Kalong, Bandung.

Di masjid yayasan itu, Yunita mengaku menemui dan berkenalan dua mahasiswi berhijab panjang. "Singkat cerita, mereka adalah penyelamat saya," ungkapnya.

Dia kemudian menceritakan pengalamannya tersebut. "Mereka yang bercerita bahwa modus seperti itu dilakukan oleh kelompok Negara Islam Indonesia (NII)."

mahasiswa berjilbab

Mereka kemudian menasihati agar Yunita tidak mengikuti lagi pertemuan dengan orang-orang tersebut.

"NII berusaha mencuci otak anak-anak muda, banyak di antara mereka yang hilang, meninggalkan keluarga demi membangun NII, menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang," ungkapnya menirukan keterangan dua mahasiswa tersebut.

'Karena saya peduli'

Yunita mengaku saat itu langsung percaya dengan keterangan mereka. "Saya langsung sadar." Yunita kemudian memutuskan untuk tidak memenuhi perjanjian pertemuan di Cimahi.

Suatu saat, dia berpapasan dengan peremuan yang mengaku lulusan SMA yang meminta tolong dicarikan pondokan tersebut. "Dia berjilbab dan pura-pura tidak melihat saya."

Yunita mengaku selalu teringat kembali peristiwa itu setiap muncul kasus-kasus kekerasan atas nama agama, termasuk serangan bom bunuh diri di Surabaya.

Dia kemudian menjelaskan motifnya berbagi pengalaman tersebut di media sosial. "Karena saya peduli, jadi saya mau berbagi cerita 12 tahun yang lalu," tegasnya.

Dia juga mengharapkan pengalamannya ini bisa diketahui anak-anak muda sehingga "lebih waspada" dan "berhati-hati".

"Mereka mengincar anak-anak muda yang sedang cari jati diri. Saya harap mereka lebih waspada."

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Mahasiswi Cantik Ini Nyaris jadi Teroris, Bongkar Modus dan Dalil yang Dipakai Kelompok Radikal, 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved