Kisah Jenderal Benny Moerdani Bagi Sembako di Minut
Suatu pagi di pertengahan November 1980, warga Desa Ponto, Kecamatan Wori, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, sedang menanti seorang tamu spesial.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alexander Pattyranie
Kala itu Moerdani adalah orang kuat.
Ia dikenal sebagai tangan kanan Presiden Soeharto.
Karir Moerdani waktu itu sedang berada di puncak.
Ia segera menduduki jabatan Panglima ABRI yang kala itu sangat prestisius.
Dia sudah banyak berjasa bagi negara.
Salah satu jasanya adalah turut menumpas pemberontakan Permesta di Sulut.
Kedatangan Moerdani kala itu untuk mengenang peristiwa mendaratnya pasukan RPKAD di Desa Ponto untuk menumpas Permesta.
Dari Desa itu, Moerdani menyusun kekuatan untuk merebut Bandara Sam Ratulangi yang kala itu dipertahankan oleh senjata canggih pasokan luar negeri.
"Waktu itu pak Moerdani tak jadi datang, katanya angin keras dan cuaca buruk," kata Sifrid Bawone, tokoh masyarakat memerincikan kisah kala itu kepada Tribunmanado.co.id, Jumat (6/4/2018).
Namun, lanjut dia, Moerdani ternyata tak lupa Desa Ponto.
Esoknya, ia mengirim bingkisan untuk warga serta sembako.
"Katanya, ia punya kenangan indah dengan desa ini. Dia kirim kain, cita, pakaian serta beras. Bupati Lelemboto yang mewakilinya kala itu meminta warga menjaga tugu bersejarah pendaratan RPKAD di desa itu," ujar dia.
Sebut dia, tugu pendaratan itu berada di jalan tengah desa.
Tugu didirikan bareng oleh prajurit RPKAD serta warga Desa.
"Tugu ini jadi kebanggaan warga, ternyata pasukan terbaik dunia dan jenderal besar pernah berada di sini," kata dia. (Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/tugu-bersejarah-pendaratan-rpkad-di-kecamatan-wori-minahasa-utara-sulawesi-utara_20180406_161438.jpg)