Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jumat Agung di Sulut: Wagub Ikut Jalan Salib hingga Polwan Berkerudung Jaga Gereja di Kampung Islam

Perayaan Jumat Agung di Sulawesi Utara berlangsung khusyuk. Jutaan umat Kristen dari berbagai denominasi gereja

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
tribun manado
Prosesi jalan salib umat Paroki St Ignatius Manado 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Perayaan Jumat Agung di Sulawesi Utara berlangsung khusyuk. Jutaan umat Kristen dari berbagai denominasi gereja mengikuti ritual cium salib, jalan salib, misa, ibadah dan perjamuan kudus, Jumat (30/3/2018).

Uskup Manado Monseignur Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC pemimpin misa di Gereja Paroki St Ursula Watutumou, Minahasa Utara.

Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC
Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC (ISTIMEWA)

Ia didampingi Pastor Paroki Frans Mangundap. Dalam homilinya, Uskup menyebut kisah sengsara yang ditampilkan merupakan kisah cinta Yesus tanpa batas.

“Dalam pekan suci ini kita melihat Yesus yang menunjukkan komitmen-Nya pada kebenaran.
Pilatus (Pontius Pilatus) bertanya kepada-Nya, ‘Apa itu kebenaran?’. Yesus menjawabnya dengan semangat dan tindakan cinta kasih, meski harus melalui jalan penderitaan. Cinta kasih itulah kebenaran.”

“Begitu besar kasih Allah untuk dunia sehingga Ia mengutus anak-Nya. Luar biasa, Yesus menghadapi segalanya. Dia adalah figur yang benar-benar memperjuangkan sesuatu,” kata Uskup.

Ia melanjutkan, “Karya penyelamatan Tuhan tidak berhenti pada kematian di salib. Ia menyerahkan nyawa, roh-Nya, sehingga kita masih dapat merasakan kasih-Nya hingga saat ini.”
“Kita berterima kasih kepada Tuhan atas komitmen-Nya menyelamatkan manusia. Ia menunjukkan kepada kita semua bahwa ada harapan untuk masa depan.”

Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM Pdt Dr Hein Arina mengatakan, mengatakan refleksi Jumat Agung ini menunjuk pada penderitaan Yesus di kayu salib.

"Kita sebagai gereja diarahkan pada tujuan jelas, yaitu dalam penebusan dan pengampunan dosa manusia dan dunia yang menjadi utama. Yang menjadi refleksi kita di minggu-minggu sengsara dan puncaknya pada Jumat Agung," ungkap Arina.

Pendeta Hein Arina.
Pendeta Hein Arina. (TRIBUNMANADO/WARSTEF ABISADA)

Dijelaskannya, refleksi perayaan Paskah menunjuk pada pemberian jaminan kehidupan keselamatan yang kekal. "Paskah adalah kebangkitan yang merupakan kemenangan atas maut dan dosa. Bagi setiap manusia yang menikmati karunia jaminan kehidupan keselamatan yang kekal. Dan ini betul-betul anugerah keselamatan," sebutnya.

Doktor teologi ini menjelaskan, bagian dari implikasi dari perayaan teologis dan alkitabiah untuk
mengubah jemaat secara fundamentalnya, mendalam dan mendasar. "Dalam perilaku hidup dan gaya hidup termasuk budaya kerja loyalitas dan integritasnya," jelasnya.

Ditambahkan Sekretaris Umum Pdt Evert Tangel mengatakan, Jumat Agung dan Paskah merupakan perayaan gereja yang harus dilaksanakan. Peristiwa itu bagian yang prinsipil dengan iman orang Kristen.

"Kematian Yesus merupakan puncak dari pelaksanaan misi keselamatan Allah dan manusia diselamatkan. Paskah adalah kemenangan kebangkitan Tuhan untuk mengalahkan kuasa maut.

Sebagai implikasinya gereja dan jemaat akan mengalami kebangkitan baru dalam pembaharuan baik di bergereja dan lingkungan masyarakat," kata Sekum yang baru saja terpilih ini kepada tribunmanado.co.id, Jumat (30/3/2018).

Dijelaskannya, tantangan sebagai gereja dalam memaknai Paskah, di antaranya meningkatkan sarana dan pelayanan pendidikan dan kesehatan.

"Tetapi yang menjadi tugas gereja adalah memerangi masalah radikalisme dan narkoba yang jelas mematahkan masa depan generasi muda sebagai bentuk implikasi perayaan Jumat Agung dan Paskah," jelasnya.

Sekretaris Umum Pucuk Pimpinan Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) se-Indonesia Gembala Francky Londa STh MA mengatakan, sebagai orang percaya memaknai perayaan Jumat Agung dan Paskah untuk kembali menghayati arti kehidupan melalui pengorbaan kematian Yesus.

"Karena kehidupan yang lama sejak kejatuhan Adam dan Hawa adalah kehidupan yang sudah dikuasai kegelapan untuk mentransformasikan kehidupan lewat kematian-Nya," ungkap dia.

Dijelaskan Londa, supaya umat hidup dan percaya kepada-Nya, dapat menikmati arti kehidupan yang sesungguhnya.

"Yang disempurnakan dengan peristiwa kebangkitan untuk membuktikan bahwa kuasa kehidupan lebih kuat dari kematian. Kebaikan lebih kuat dari kejahatan, cinta kasih lebih kuat daripada kebencian. Dan sebagai orang percaya dan pengikut Tuhan kita harus menerjemahkan dalam dimensi kehidupan," sebutnya.

Umat mencium salib pada misa Jumat Agung di satu gereja di Sulut, Jumat (30/3/2018).
Umat mencium salib pada misa Jumat Agung di satu gereja di Sulut, Jumat (30/3/2018). (tribun manado)

Ia menambahkan, tema Paskah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) tahun ini, ‘Kuasa Kebangkitan Kristus Menjadi Kuasa Hamba Kebenaran’.

"Artinya ketika kita mengimani peristiwa kemenangan maka menjadi suatu transformasi perpikir, bertindak, bersikap. Sehingga kehidupan di sekitar akan mengalami proses transfomasi. Dalam rangka memaknai kehidupan penuh kebaikan cinta kasih dan perdamaian," ujar dia.

JANGAN LEWATKAN: Jumlah Umat Ibadah Jumat Agung di Paroki Kotamobagu Membeludak

Ketua Majelis Daerah Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Sulawesi Utara Pdt Yvonne I Awuy-Lantu mengatakan, Jumat Agung dan Paskah ini mau mengingatkan jemaat untuk terus mensyukuri anugerah dan pengorbanan Tuhan Yesus.

"Dengan kita harus berkomitmen untuk lebih mencintai Dia dari sesuatu yang lain. Dan memberikan penghargaan sebesar-besarnya atas pengorbanan yang telah diberikan-Nya kepada kita umat Manusia,” katanya.

Pdt Awuy menyebutkan, sebagai bentuk penghargaan-Nya, sebagai orang Kristen seharusnya datang beribadah di dalam-Nya. Umat terus mengagungkan karya keselamatan terbesar yang diberikan Yesus.

"Bersyukur dan mengagugkan Dia, karena perayaan Jumat Agung dan Paskah ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi bagaiamana kita menghayati dan mengagungkan Tuhan dalam segala perkara dan pengorbanan yang telah diberikan-Nya untuk kita," jelasnya.

Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw memimpin jalan salib di Jemaat GMIM Bukit Moria Rike, Manado, Kamis (30/3/2018) malam. Ritual menuju Jumat Agung sebagai bagian dari peringatan Hari Raya Paskah bagi umat Kristen.

Sebanyak di 33 Kolom GMIM Bukit Moria Rike terdiri dari ratusan orang ikut dalam prosesi yang bertema ‘Sengsara Kristus Menjadikan Kita Untuk Selalu Mengasihi, Melayani Lebih Sungguh’.

Wakil Gubernur, Steven Kandouw ke markas Tribun Manado, Jalan AA Maramis, Kairagi, Mapanget, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (1/2/2018)
Wakil Gubernur, Steven Kandouw ke markas Tribun Manado, Jalan AA Maramis, Kairagi, Mapanget, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (1/2/2018) (TRIBUNMANADO/ALEXANDER PATTYRANIE)

Penatua Steven Kandouw, penanggung jawab Panitia Hari Raya Gerejawi 2018 ikut serta dalam kegiatan itu.
Ia ditemani Pnt Royke Roring (ROR), Penatua Kolom 16 GMIM Bumorik bersama istri tercinta.

Steven dan Roy secara bergantian melepas para peserta jalan salib. Keduanya pun ikut bersama jemaat sembari memegang obor melaksanakan prosesi jalan salib.

Pendeta Melly Bokong MTh mengungkapkan, kegiatan ini dilaksanakan selain memperingati Jumat Agung dan Paskah 2018. Pelaksanaan kegiatan ini adalah juga sekaligus merupakan pencanangan pembukaan kegiatan Panitia Hari Raya Gerejawi Tahun 2018.

NU Sulut: Islam Jaga Ketertiban

UMAT Islam di Sulut harus ikut menjaga keamanan dan ketertiban pada momen Jumat Agung yang sedang diperingati umat Kristiani.
Demikian dikatakan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Sulut Sya'ban Mualuddin kepada tribunmanado.co.id, Jumat (30/2/2018).

Menurut dia, menjaga keamanan dan ketertiban tak perlu di tempat lain. Cukup menjaganya di lingkungan sekitar. Dengan demikian, umat Kristiani bisa memperingati Jumat Agung dengan hikmat.

Di sampung itu, menjaga keamanan dan ketertiban sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam. Sehingga kedamaian benar dirasakan oleh semua pihak.

Jika sudah damai pelaksaan ibadah seluruh umat beragama, termasuk Jumat Agung bisa dengan tenang diperingati.

Apalagi di Sulut kerukunan antarumat beragama telah dikenal luas di seluruh Indonesia. Antara satu umat dan lainnya menjaga toleransi. Sehingga kedamaian dapat dirasakan seluruh masyarakat.

Hal ini karena di ajaran agama Islam pun toleransi antar umat beragama harus dijaga. "Oleh karena itu umat Muslim harus menjaga toleransinya," katanya.

Hujan Guyur Jalan Salib di Kotamobagu

Prosesi jalan salib umat Paroki Kristus Raja Kotamobagu
Prosesi jalan salib umat Paroki Kristus Raja Kotamobagu (tribun manado)

Prosesi jalan salib Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Kotamobagu dari Tumubui ke Kotamobagu, Jumat (30/3/2018), diwarnai badai. Hujan deras itu tak menyurutkan langkah umat untuk berdoa dan melanjutkan jalan salib.

Hujan yang tak berhenti sampai mendekati penyaliban, membuat beberapa umat beribadah Jumat Agung dengan baju yang airnya kering di badan. Semua tampak khusyuk berdoa.

Balada jalan salib itu dimulai dari sebidang tanah di Tumubui. Di situ, adegan dimulai dari perhentian jalan salib pertama. Umat lalu berarak. Melewati perhentian demi perhentian. Juga sebuah perhentian di depan Makas Polres Bolmong di Kotamobagu.

Hujan deras terjadi. Umat tetap bertahan dalam doa. Hujan tambah deras saat melewati perhentian seperti di dekat patung Bogani. Umat tetap bergerak terus melewati sejumlah perhentian seperti di lapangan Boki Hotinimbang dan mengakhiri perhentian ke-14 (Yesus dimakamkan) di dalam gereja.

Altje Suoth (53), mengaku tetap bertahan karena ini prosesi bukan pawai. Ini doa dan ibadah. "Kami sudah niat mengambil bagian sedikit dari penderitaan Kristus. Hujan atau panas akan tetap bertahan," katanya.

Polwan Berkerudung Kawal Jumat Agung di Kampung Islam

Mengenakan seragam lengkap Polri, Wanita berkerudung itu sibuk mengatur lalu lintas.

Sesekali ia menghentikan kendaraan seraya mempersilakan warga yang keluar dari gedung gereja untuk menyeberang jalan.

Dialah Brigadir Cici Kandati, Anggota Polresta Manado, yang mengawal perayaan Jumat Agung di GMIM Yarden Kampung Islam, Jumat (30/3/2018).

Pantauan tribunmanado co.id di kompleks GMIM Yarden Kampung Islam, polwan ini dan beberapa anggota Polsek Singkil mengatur lalu lintas di jalan depan gereja.

Cici datang bersama AKP Andarias Kinsale menjaga keamanan gereja sejak pagi hari. "Saya tiap tahun selalu mendapat jadwal mengawal Gereja Yarden Singkil Kampung Islam. Baik perayaan Paskah, Natal dan Tahun Baru," ujar wanita yang murah senyum ini.

Brigadir Cici Kandati, Anggota Polresta Manado, yang mengawal perayaan Jumat Agung di GMIM Yarden Kampung Islam, Jumat (30/3/2018).
Brigadir Cici Kandati, Anggota Polresta Manado, yang mengawal perayaan Jumat Agung di GMIM Yarden Kampung Islam, Jumat (30/3/2018). (tribun manado)

Kata dia, saat Jumat Agung, mendapat jadwal untuk menjaga, jalannya ibadah. “Kemungkinan sebentar lagi (sore) akan datang. Sebab ada perjamuan khusus,” kata Cici, kemarin pagi.

Ricky Dilo, anggota jemaat Yarden mengatakan, ibu polwan ini memang tiap perayaan hari besar gereja selalu datang mengawal.

"Kami senang adanya pengawalan ini. Apalagi warga Muslim dan Kristen di sini hidup rukun serta damai," ujar Ricky.

Jumat Agung di Gereja Yarden berlangsung khusyuk. Ratusan anggota jemaat serta pelayanan khusus dari kolom 1 sampai 21 hadir dalam perayaan.

Jemaat membludak hingga sampai di luar gedung gereja. Kursi yang disiapkan semuanya terisi.

Ibadah dipimpin Pdt Ribane Kalangit. Dalam khobatnya diambil dalam Perjanjian Baru Yohanes 19: 28-30 dengan perikop ‘Yesus Mati’.

Dimana pembacaan ini menceritakaan bagaimana penderitaan Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia hingga mati di kayu salib.

"Dalam Yohanes 19:30, sangat jelas Tuhan Yesus menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Yesus berkata setelah meminum anggur asam "sudah selesai"," ujar Pdt Ribane Kalangit dalam khotbahnya.

Kata dia, kematian Yesus Kristus di bukit Golgota membuktikan, betapa sayang dan cintanya pada manusia, sehingga rela dirinya siksa serta dicambuk, untuk menebus dosa seluruh umat manusia.

Lanjut Pendeta, jalan viadolorosa (jalan salib) harus dimaknai umat Kristen. Awalnya penderitaan di mana murid-Nya Yudas Iskariot berkhianat sampai mati di kayu salib di bukit Golgota. Ia menambahkan, nantinya pada hari ketiga akan bangkit dari antara orang mati atau Paskah. (dma/ven/erv/max/chi/ryo)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved