Tarif Go-Jek dan Grab Naik, Begini Perhitungan Tarifnya
Pengemudi ojek online dapat berlega hati. Pasalnya, permasalahan terkait tarif dengan aplikator telah menemui titik akhir.
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Pengemudi ojek online dapat berlega hati. Pasalnya, permasalahan terkait tarif dengan aplikator telah menemui titik akhir.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, hasil mediasi yang dilakukan pemerintah, perwakilan ojek online dan aplikator sudah menemui titik temu.
"Nanti, Senin harapan kita sudah ada keputusan dari pihak perusahaan (aplikator)," ungkapnya di Kantor Staf Presiden, Rabu (28/3).
Adapun sejatinya, hasil dari mediasi tersebut, pihak aplikator tidak berkeberatan untuk menyesuaikan tarif. "Yang menentukan, bukan itu poinnya, naik atau tidak.
Tapi yang diinginkan adalah pendapatan dari driver naik. Tadinya pendapatan bisa Rp 4.000 per km, tapi sekarang hanya Rp 1.600 per km," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya sudah memberikan kesempatan dua belah pihak untuk berdiskusi.
"Kami yang memiliki background yang menghitung kira-kira berapa sih harga pokok, harga yang pantas yang bisa diberlakukan," tambah Budi.
Asal tahu saja, pada Selasa (27/3) perwakilan pengemudi ojek online menemui Presiden Joko Widodo.
Dalam pertemuan tersebut, pengemudi ojek onlinemengeluhkan tarif per kilometer yang diterapkan terlalu rendah yakni Rp. 1.600 per kilometer.
Pengemudi ojek online mengusulkan tarif bisa naik menjadi Rp 2.500 per kilometer.
Uber akan fokus di India dan Brazil
Uber Technologies Inc. telah mundur dari Asia Tenggara, tetapi bertekad untuk bertahan di dua pasar yang paling padat penduduknya, India dan Brasil.
Mengutip Wall Street Journal, Senin (26/3), di dua negara ini, Uber memiliki peluang untuk meguasai pasar. Namun, fokus Uber bukan tanpa tantangan, sebab pasar yang besar pasti akan menarik banyak perusahaan untuk mencoba mendominasi.
Uber sebelumnya telah mengatakan akan melepaskan bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab Inc. dengan melepas 27,5% saham di perusahaan yang berbasis di Singapura, sehingga dapat mengalihkan perhatiannya ke tempat lain.
Di India, dengan jumlah penduduk 1,3 miliar orang, start-up asal San Francisco ini sedang bersaing dengan perusahaan lokal, ANI Technologies Inc. Ola.