Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat
RENUNGAN: Meraih Sukses dengan Iman
Hidup sukses adalah sesuatu yang diharapkan tiap orang. Apakah sukses dalam pekerjaan, pelayanan ataupun dalam ke-luarga.
Ayat 21-23: Yusuf ditampilkan sebagai sosok yang dikorban-kan, dan tidak mendapatkan keadilan. Yusuf dipenjarakan padahal dia tidak bersalah. Yusuf dipenjara dilihat sebagai bentuk penghukuman terhadap dirinya.
Walaupun demikian Yusuf mendapatkan kasih dan perlindungan dari Tuhan, dan Yusuf menjadi pribadi yang begitu disegani oleh kepala penjara. Ia mampu membangun relasi yang baik dengan kepala penjara.
Pokok-pokok cerita Kejadian 39: 1-23 ini pada akhirnya melukiskan tentang siapa pribadi yang menjadi pemeran cerita ini.
Yusuf: Adalah pribadi yang mengalamibegitu banyak pende-ritaan, yang sering dikhianati, dizolimi, yang menjadi korban ketidakadilan. Namun dibalik itu Yusuf akhirnya menjadi pribadi yang tabah, sabar, tekun, ulet, jujur, kudus, setia punya loyalitas yang tinggi kepada tuannya,serta Yusuf adalah orang yang takut akan Tuhan sehingga Tuhan melindunginya.
Potifar: Seorang pemimpin yang tidak bijaksana. Pemimpin yang mudah terhasut serta. Pribadi yang mudah mengor-bankan orang
Istri Potifar: Gambaran perempuan yang dursila, yang tidak tahu malu, perempuan yang tidak menghargai ketulusan, pribadi yang jahat, pemfitnah, pribadi yang suka menindas orang yang lemah serta menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya.
Kepala Penjara: Seseorang petugas yang adil, juga petugas yang penuh kasih dan kebaikan serta suka menolong Yusuf.
Makna dan Implikasi Firman
Cerita Yusuf benar-benar cerita yang sangat kontrafersial karena dipenuhi dengan adegan yang menantang. Cerita Yusuf seolah menjadi cerita tentang bagaimana kekudusan hidup berhadapan dengan nafsu duniawi.
Sosok Yusuf yang mampu mempertahankan iman, menjaga kekudusan dalam hidup memberi inspirasi bagi orang percaya. Bahwa orang percaya juga dapat berhasil asal mengandalkan Tuhan. Yusuf pribadi yang sangat menjaga amanat Tuhan. Yusuf pribadi yang tidak meng-halalkan segala cara.
Yusuf pribadi yang tidak memanfaatkan peluang tapi Yusuf pribadi yang ulet, pekerja keras, dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan siapa saja.
Cara hidup Yusuf menjai contoh bahwa meraih sukses tidak perlu menghalalkan segala cara. Kesuksesan itu adalah puncak dari kerja keras tapi juga sebagai berkat dari Tuhan. Jadi cara-cara yang menghalalkan segala cara harus ditolak, sikap jatuh menjatuhkan untuk meraih sukses tidak perlu dilakukan.
Orang Kristen harus menunjukanbahwa sikap jujur, penuh loyalitas, serta kekudusan harus terus dijaga dimanapun kita berada. Yusuf juga mengingatkan bahwa kekudusan itu bukan hanya soal kerja tetapi soal iman ketaatan kepada Tuhan.
Di era post modern ini memang kita akanada dalam berbagai kompetisi tapi kita harus melakukan itu dengan cara sehat dan penuh rasa takut kepada Tuhan. Sikap yang curang, fitnah, menindas, tidak adil harus dijauhkan dari pribadi orang percaya.
Sikap yang Suka mengorbankan orang lain, tidak bijaksana, tidak adil, tidak kudus harus ditolak. Gereja harus mengembangkan Pola hidup yang benar, berkompetisi secara sehat dan menjauhkan diri dari suap menyuap atau pungli.
Gereja dan warga gereja harus menerapkan cara hidup yang kudus, jujur, setia, beriman,yang penuh semangat kerja seperti Yusuf, sehingga kita dapat meraih sukses bukan dengan cara mengorbankan ,dan menghancurkan orang lain, tapi kita sukses karena kita memiliki kelebihan dari berbagai hal baik dari segi kerja dan usaha, semangat dan iman kepada Tuhan.
Kitab 2 Tesalonika 3: 5-10 juga tlah mengingatkan juga tentang bagaimana Rasul Paulus begitu memberi perhatian khu-sus kepada jemaat yang mengalami pergumulan dalam pela-yanan tapi pergumulan juga disekitar bagaimana meningkatkan kesejakteraan di tengah-tengah umat Tuhan. Ayat 10b “kami memberi peringatan kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Perkataan ini membuktikan betapa Rasul Paulus inginkan orang percaya itu harus bekerja.