Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho "Ondos" Tembus Sampai Jerman dan Jepang

Ada tiga tingkatan rasa pedas dalam rasa dabu-dabu roa itu. Di antaranya keripik goroho original, keripik pedas, dan keripik pedas sekali.

Penulis: | Editor: maximus conterius
Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho
tribun manado
Sukridi Halim dibantu istrinya, Rizky Suratni, membuat keripik pisang goroho dengan taburan bumbu rica roa.
Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho
tribun manado
Keripik pisang goroho "Ondos" menyediakan dua tingkatan rasa pedas rica roa.
Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho
tribun manado
Sukri dibantu karyawan mengolah keripik goroho dengan bumbu rica roa.
Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho
tribun manado
Sukri mempersiapkan peralatan untuk memanggang keripik pisang goroho.
Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho
tribun manado
Keripik pisang goroho "Ondos" asal Kota Bitung.

TAK ada penyesalan yang dirasakan Sukridi Halim kala mulai bergelut dengan dunia bisnis pisang goroho.

Justru dengan keberaniannya, ia membuka peluang untuk mencerahkan masa depan dia dan keluarganya.

Pria asal Kota Bitung ini mulai memasarkan produk pisang goroho yang ia beri label "Ondos".

Meskipun usaha sejenis tak sedikit menjamur di daerah lainnya, ia tetap yakin bisa sukses karena inovasi yang ia tuangkan dalam bisnisnya itu.

Maka, jadilah keripik pisang goroho yang tidak membelenggu pelanggan pada satu rasa yang sama.

Dengan taburan bumbu rica roa, keripiknya memiliki aneka rasa sesuai selera pelanggan.

Ada tiga tingkatan rasa pedas dalam rasa dabu-dabu roa itu. Di antaranya keripik goroho original, keripik pedas, dan keripik pedas sekali.

"Kalau pakai dabu-dabu roa saja, untuk membuat tempat plastiknya merepotkan. Makanya saya menjadikannya rasa dabu-dabu roa," terang pria 27 tahun itu kepada Tribun Manado.

Ide menciptakan goroho yang berbeda bermula saat Sukri, sapaan akrabnya, menikmati keripik pisang goroho di warung.

Seketika membersit ide dalam benaknya untuk membuat keripik bercita rasa dabu-dabu roa.

Tak mudah mewujudkan ide itu. Ia harus berkali-kali membuat eksperimen rasa.

Selama dua bulan ia melakukan percobaan dan modal yang ia habiskan sudah hampir Rp 1 jutaan.

Ketika ia merasa citarasa yang pas sudah tercapai, ia ingin membuktikannya dengan membagikannya kepada 10 orang untuk diminitai tanggapan.

"Kesepuluh orang tersebut memberikan tanggapan positif semuanya," ungkapnya.

Namun, tantangan belum selesai. Saatnya ia harus memasarkan poduknya.

Tapi, kemasan yang ia butuhkan tidak tersedia di Manado. Dengan bertanya akhirnya ia mendapatkan informasi dari pedagang plastik di Manado.

"Sampai H-3 sebelum dipasarkan saya masih mencari plastik sesuai ukuran, dari pagi sampai sore. Untungnya ada pedagang plastik yang memberikan solusi," tuturnya.

Dengan niat dan tekad yang bulat pada 26 Februari 2017 dia menjual produk tersebut ke pasaran dengan modal Rp 650 ribu. Pada saat itu dia membuat 10 bungkus untuk promosi ke teman dan kerabat.

"Dengan harapan jika ada pemesanan, baru kemudian membuat kembali," katanya.

Beruntung Sukri punya Rizky Suratni, sang istri tercinta yang turut membantu promosi melalui media sosial.

Tak disangka tanggapannya banyak. Tak sampai 1 jam sudah ada 50 orang yang memesan. Setiap orang memesan lebih dari satu bungkus.

"Kebanyakan yang memesan berasal dari luar kota," ungkapnya.

Pada saat itu dalam dua hari dirinya harus membuat sebanyak 250 bungkus.

Untuk melancarkan penjualan saat ini dia menjual dengan mengggunakan sistem distributor. Setiap distributor memesan minimal 100 bungkus.

Distributor ada di Bitung, Manado, Gorontalo, Makasar, Solo, Sorong, dan Timika.

Selain memasarkan di daerah itu, Sukri bahkan pernah mendapatkan pesanan dari luar negeri.

"Saya pernah mengirim keripik ke Jepang, Singapura, Amerika Serikat dan Jerman," katanya.

Termotivasi oleh keripik goroho ini, ia pun ingin mengembangkan produk keripik lainnya, yakni berbahan baku ubi, keripik cakalang, dan spageti instan pakai saus roa.

Dengan dibantu lima orang karyawan dan satu orang kepala karyawan dalam sebulan mereka membuat 3.000 hingga 5.000 bungkus keripik pisang Ondos dengan omzet Rp 20-35 juta per bulan.

Dari hasil itu Sukri tak ingin puas. Ia ingin usahanya tetap bertahan bahkan berkembang.

Maka itu ia membeli peralatan produksi dengan total Rp 30 juta. Ia juga bisa menyewa rumah Rp 10 juta per tahun.

Ke depan dia berharap dalam membuka pemasaran di sejumlah toko ritel seperti Alfamart, Indomaret, Transmart, Giant, Hypermart, dan lainnya.

Saat ini produk keripik goroho "Ondos" dijual dengan harga Rp 18.000 per bungkus, pedas Rp 19.000, dan pedas sekali Rp 20.000.

Bagi Anda yang tertarik merasakan sensasi pedas roa keripik goroho "Ondos", bisa memesan melalui Facebook, Twitter pada akun "ondos bitung", "IG keripik ondos", atau melalui nomor WhatsApp 082187918087.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved