Buatan Warga Bitung, Keripik Goroho "Ondos" Tembus Sampai Jerman dan Jepang
Ada tiga tingkatan rasa pedas dalam rasa dabu-dabu roa itu. Di antaranya keripik goroho original, keripik pedas, dan keripik pedas sekali.
Penulis: | Editor: maximus conterius
Tapi, kemasan yang ia butuhkan tidak tersedia di Manado. Dengan bertanya akhirnya ia mendapatkan informasi dari pedagang plastik di Manado.
"Sampai H-3 sebelum dipasarkan saya masih mencari plastik sesuai ukuran, dari pagi sampai sore. Untungnya ada pedagang plastik yang memberikan solusi," tuturnya.
Dengan niat dan tekad yang bulat pada 26 Februari 2017 dia menjual produk tersebut ke pasaran dengan modal Rp 650 ribu. Pada saat itu dia membuat 10 bungkus untuk promosi ke teman dan kerabat.
"Dengan harapan jika ada pemesanan, baru kemudian membuat kembali," katanya.
Beruntung Sukri punya Rizky Suratni, sang istri tercinta yang turut membantu promosi melalui media sosial.
Tak disangka tanggapannya banyak. Tak sampai 1 jam sudah ada 50 orang yang memesan. Setiap orang memesan lebih dari satu bungkus.
"Kebanyakan yang memesan berasal dari luar kota," ungkapnya.
Pada saat itu dalam dua hari dirinya harus membuat sebanyak 250 bungkus.
Untuk melancarkan penjualan saat ini dia menjual dengan mengggunakan sistem distributor. Setiap distributor memesan minimal 100 bungkus.
Distributor ada di Bitung, Manado, Gorontalo, Makasar, Solo, Sorong, dan Timika.
Selain memasarkan di daerah itu, Sukri bahkan pernah mendapatkan pesanan dari luar negeri.
"Saya pernah mengirim keripik ke Jepang, Singapura, Amerika Serikat dan Jerman," katanya.
Termotivasi oleh keripik goroho ini, ia pun ingin mengembangkan produk keripik lainnya, yakni berbahan baku ubi, keripik cakalang, dan spageti instan pakai saus roa.
Dengan dibantu lima orang karyawan dan satu orang kepala karyawan dalam sebulan mereka membuat 3.000 hingga 5.000 bungkus keripik pisang Ondos dengan omzet Rp 20-35 juta per bulan.
Dari hasil itu Sukri tak ingin puas. Ia ingin usahanya tetap bertahan bahkan berkembang.