Berita Eksklusif
Berburu Emas, Rela Bertaruh Nyawa di Dalam Lubang Tambang Tatelu
Penggalian menembus bawah tanah pun dilakukan secara manual. Para penambang hanya membekali diri dengan cangkul, beliung.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID, DIMEMBE - Areal pertambangan emas di Tatelu, Minahasa Utara, adalah satu dari sejumlah tambang rakyat yang kondisinya sangat ekstrem.
Merupakan tambang dalam, atau underground mining yang memiliki kedalaman hingga lebih dari 100 meter. Saat ini sudah ratusan jalur, lubang ada di dalam tanah kawasan tambang tersebut.
Penggalian menembus bawah tanah pun dilakukan secara manual. Para penambang hanya membekali diri dengan cangkul, beliung dan alat lain seadanya.
Setiap kali turun ke lubang dan menggali tanah lebih dalam, saat itu pula mereka mempertaruhkan nyawa.
Menurut Ilham, seorang penambang, setiap bulan, satu lubang tambang bisa menghasilkan 1 ons emas.
Pria yang sudah menggali puluhan lubang itu menjelaskan, tak mudah mendapatkan emas di dalam lubang. Para penambang harus melalui sejumlah proses, dan itu kerja keras.
Untuk bisa mendapatkan butiran emas, setiap penambang harus menuruni lubang sempit, sekitar 1 x 1 meter persegi. Mereka harus turun hingga kedalaman 100 meter, di dalam tanah.
Lubang itu menjadi tempat mencari uang Ilham dan belasan rekannya di Desa Tatelu, Minahasa Utara.
Lubang tersebut tiap hari harus mereka masuki dibantu mesin derek, yang dikaitkan ke ban truk berfungsi menaikan atau menurunkan pekerja.
Dinding tanah dalam lubang tambang hanya ditopang papan kayu, untuk mencegah longsor.
Setiap lubang ada lampu listrik, sebagai penerangan di bawah tanah dan selang panjang untuk menyalurkan udara.
Menurut Agus, seorang penambang lainnya yang juga kepala grup penambang, setiap orang masuk satu persatu bergantian. Mereka wajib membawa palu, linggis, kaos tangan, pahat besi, karung, serta senter kepala.
Menurut Agus, setiap hari ia dan rekannya harus menggali dan memecah batuan di dalam tanah.
"Memang berat kerja cari emas, saya dan teman lainnya akan bekerja keras jika tanah bercampur batu. Tiap hari kami kumpulkan 15 karung, sedangkan tanah lembek 30 karung. Kami kerja mulai pukul 11.00-02.00 Wita," ujar Agus
"Risiko tertimbun tanah di dalam lubang jadi ancaman bagi kami para penambang," ujarnya.
