Tribun Travel
Petualangan Seru Pendaki Gunung Ambang Boltim, Wow! Di Puncak Bisa Internetan Lho
"Wah...dekat sekali puncaknya. Kita harus yakin sampai puncaknya," ujar Abdi Mokodongan meyakinkan rekannya.
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Fransiska_Noel
"Keren keren..ciptaan Allah sungguh menakjubkan," terdengar teriakan Satriadi Tunggil saat hendak mendaki ke puncak batu tersebut.

Ayah satu anak ini sudah lama mengimpikan mendaki gunung yang berada tepat di belakang desanya.
"Saya sudah lama ingin mendaki, ternyata memuaskan. Saya akan datang lagi," kata pria 32 tahun asal Desa Moyag 32 tahun ini.
Warga Bongkudai Baru, Treisye Sepang (53) mengungkapkan Gunung Ambang mulai didaki pada era 70-an. "Waktu masih sekolah kami, selalu naik ke gunung untuk memetik krenten," ungkapnya.
Katanya Gunung Ambang seperti gunung lainnya, pendaki diminta menghormatinya. "Jangan teriak-teriak, karena gunung bisa diselimuti kabut," ucapnya.

Warga sekitar percaya, ada makluk kecil yang disebut lolok atau sejenis kurcaci di kawasan cagar alam Gunung Ambang tersebut. Sebabnya, orangtua dizaman dulu melarang anak-anak bermain di belakang rumah.
"Banyak kejadian orang hilang berhari-hari karena lolok. Kejadian terakhir pada tahun 90-an menimpa seorang warga dan anak-anak sekolah," ungkapnya.
Katanya, pabrik belerang pernah beroperasi kawasan kawah gunung pada 1968 hingga 1972. Kendaraan khusus perang pun bisa mencapai lokasi tersebut.
"Usai pabrik ditutup pada tahunb1972, mulai banyak yang naik ke gunung. Saat ini bisa ribuan orang setiap bulannya," bebernya.
Dia yakin makin banyak pengunjung yang datang, jika infrastruktur pariwisata di bangun. "Gunung Ambang jaraknya dekat, bisa jadi seperti tangkuban perahu. Kendaraan bisa capai puncaknya," katanya.
Setiap tahun ada orang yang meniliti spesies endemik di kawasan cagar alam Gunung Ambang tersebut. (Ald)