Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mendikbud Muhadjir Effendi Jatuh Cinta dengan Musik Bambu Sangihe Sulut

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi ternyata memiliki ketertarikan terhadap musik bambu.

Penulis: Alexander_Pattyranie | Editor: Fransiska_Noel
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi ternyata memiliki ketertarikan terhadap musik bambu. Ini dia buktinya.

Pergelaran Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) di Yogyakarta Mei lalu menjadi bukti, Muhadjir Effendi begitu cinta seni dan budaya, khususnya dari Sulawesi Utara.

Saat itu, Komunitas Musik Bambu Kepulauan Sangihe mendapat undangan khusus dari Muhadjir Effendi untuk mengisi acara tersebut.

Kelompok seni binaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Utara itu bahkan sampai membawakan 18 lagu.

"Prof Muhadjir sangat peduli akan kehidupan di wilayah kepulauan dan perbatasan NKRI," kata Masrur, Pimpinan Muhammadiyah Sulut yang menjadi pembina kelompok musik bambu itu.

Di acara nasional yang dihadiri Presiden Joko Widodo itu, komunitas musik bambu asal Sangihe ini tampil memukau dan disiarkan langsung sejumlah stasiun televisi.

Dalam kesempatan itu, mereka membawakan lagu Mars Muhammadiyah yang berkolaborasi bersama Paduan Suara Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hasilnya membuka mata ribuan pengunjung, bahkan sejumlah universitas ternama menawarkan mereka untuk tampil pada beberapa acaranya.

Masrur saat ditemui di kediamannya, di Perumahan Malendeng Residence, Jumat (29/7) pun begitu semangat menceritakan momentum indah itu.

Pasalnya, tim dengan total 46 orang termasuk official yang didominasi orang tua ini, butuh perjuangan yang tidak mudah untuk memberangkatkan mereka.

Setiap anggota memiliki alat musik bambu yang juga harus dibawa dari Sangihe ke Yogyakarta.

"Perlengkapan itu dibawa dari Sangihe. Memang peralatannya hanya terbuat dari bahan bambu, tapi bambu jenis itu hanya bertumbuh di Sangihe," ujar Masrur.

Berbagai jenis alat musik bambu itu, dimuat dalam sebuah kargo dengan biaya Rp 16 juta. Alat musik ini harus disimpan dengan rapi dan rawan rusak.

Mereka tiba dua hari menjelang penyelenggaraan KNIB untuk berlatih berasama Paduan Suara Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, lalu menginap di residence kampus itu selama beberapa hari.

Pada umumnya, pemain musik bambu yang sudah berumur sangat sulit untuk diatur, atau sulit untuk menghargai waktu lantaran memiliki kesibukan masing-masing.

Namun berbeda yang dirasakan Masrur. Pasalnya, untuk menyiapkan berbagai hal, Masrur dibantu Manajer Lokal Musik Bambu Kepulauan Sangihe, Sutarji Adipati.

Bendahara Umum Muhammadiyah Sulut ini mengungkapkan, selama beberapa hari di Yogyakarta, seluruh pemain musik dan official tak bosan dan sangat menikmati momentum itu tanpa ada kendala satupun. "Malah mereka itu enjoy semua," sambung dia.

Setelah mengisi acara, ia mengaku kewalahan karena tempat mereka tampil di spot Auditorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan membawakan 18 lagu.

Masrur yang berlatar belakang pengusaha ini awalnya tak tahu-menahu dengan keberadaan musik bambu ini, namun terus berusaha melihat potensi yang ada di daerah selaku tugasnya untuk membina.

Musik bambulah yang menurutnya paling berpotensi di Kepulauan Sangihe. Ia pun ditunjuk menjadi manajer nasional sehubungan dengan minatnya juga ingin mengembangkan daerah perbatasan itu.

"Saya ditunjuk oleh teman-teman di pimpinan wilayah, semua harus siap walaupun dengan penampilan seadanya tapi sukses dan berhasil memukau saat kami tampil di sana," kenang dia. (Tribun Manado/Alexander Pattyraanie)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved