Suka Duka Warga Kawanua Jadi TKI di Luar Negeri, Saat Pulang Anak tak Lagi Kenal
"Awal berangkat sangat berat, karena harus meninggalkan anak usia 1,5 tahun dan suami. Tapi lantaran tuntutan ekonomi keluarga saya pergi."
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan BP3TKI Manado Rommy Anis mengatakan, pendirian desa itu bertujuan menghimpun potensi para mantan eks TKI untuk didayagunakan membangun desa.
"Mereka punya keahlian yang bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitar," kata dia.
Anis menyatakan, desa itu masih rintisan. Penduduknya belum terlalu banyak. "Namun kita punya program untuk menguatkan eksistensi desa tersebut," kata dia.
Terpisah, Supartoyo, Sekretaris Disnakertrans Provinsi Sulut mengatakan, jumlah TKI resmi Sulut terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut data Disnakertrans Sulut 2015, TKI berjumlah 320. Tahun sebelumnya masih berjumlah 215.
Dari jumlah 320, lanjut dia, sebanyak 69 adalah pekerja formal. Sedang 251 pekerja nonformal. Kesemua pekerja nonformal tersebut adalah perempuan. Pekerja formal pun didominasi perempuan yakni sebanyak 50 dari 60 pekerja. "70 persen TKI adalah perempuan," ujar dia.
Supartoyo menambahkan, Singapura dan Hong Kong masih menjadi primadona tujuan TKI asal Sulut. Tahun lalu tercatat 190 TKI bekerja di Singapura dan 65 orang ke Hong Kong. (Tribun Manado/Alpen/Arthur)