Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tragedi Kebakaran Inul Vizta Manado

Dua Tulang Punggung Keluarga Telah Pergi, Janji Inul? Mengecewakan

"Sebenarnya kami berharap merekalah yang akan merawat kami saat tua nanti. Tapi Tuhan berkehendak lain."

Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS
Kakak beradik Silvia dan Brayen Kaawoan, dua korban tragedi maut Inul Vizta dimakamkan dalam satu liang lahat, Senin (26/10/2015). (TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS) 

TRIBUNMANADO.CO.ID, TONDANO - Sepuluh hari sudah, Weiby Kaawon dan Syane Kumontoy tak lagi bisa bercengkerama dengan dua anaknya, Silvia Kaawoan dan Brayen Kaawoan.

Kakak beradik yang bekerja di IPDN Kampus Tampusu, Minahasa itu menjadi dua dari 12 korban tewas dalam tragedi kebakaran tempat karaoke, Inul Vizta Manado pada Minggu (25/10) dini hari lalu.

Di rumah mereka di Jaga VI Desa Tampusu Kecamatan Remboken, Minahasa masih terpampang beberapa rangkaian bunga ucapan turut berduka cita.

Suasana makin terasa mengharukan tatkala melihat foto kedua korban masih terpampang di depan jendela. Juga foto-foto mereka masih menempel di dinding rumah.

Tidak mudah melupakan dua anak yang mereka sangat kasihi, apalagi kedua anak mereka ini, selama ini merupakan tulang punggung keluarga.

"Sebenarnya kami berharap merekalah yang akan merawat kami saat tua nanti. Tapi Tuhan berkehendak lain," ucap Weiby, Selasa (3/11).

Kedua anaknya itu sangat rajin bekerja. Weiby dan istrinya pun sangat senang melihat semangat kerja kedua anaknya sehingga kelak ketika Weiby dan istri sudah tua, maka anak-anak itu akan semangat pula merawatnya.

"Dia (Silvia) dan adiknya (Brayen) sangat rajin. Apalagi Silvia, sebelum bekerja di IPDN, ia sempat bekerja di bioskop selama sekitar 6 tahun. Tapi dua kali berhenti, karena saya kasihan dia harus kos, dan kerja malam," ungkapnya.

Sebenarnya, lanjut dia, Silvia mengaku masih suka bekerja di bioskop.

Namun ketika bos bioskop kembali memanggilnya, Weiby memilih melarang Silvia kembali bekerja.

Hingga akhirnya ada lowongan masuk di IPDN.

"Dia masuk di situ, dan saya bersyukur dia bisa diterima di situ. Adiknya juga masuk sebagai Pamdal di IPDN," ujarnya.

Diceritakannya pula, bahwa dua anaknya ini merupakan anak yang suka membantu orangtua.

"Setiap terima gaji, mereka selalu berikan ke orangtua. Kalau orangtua ada perlu, apalagi soal uang, mereka cepat sekali membantu tanpa perhitungan. Begitu juga antar mereka berdua, selalu saling membantu," kenang Weiby.

Namun baru saja bekerja sekitar dua bulan di IPDN, kebakaran di tempat karaoke merenggut nyawa mereka. Kini semuanya tinggal kenangan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved