Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Minggu

Efata

Ketulian sesenyap apapun dan kebutaan segala apapun tak bisa menahan suara dan terang yang keluar dari Yesus.

Penulis: | Editor:
NET
Ilustrasi: Salah satu ikon Kota Manado, Patung Yesus Memberkati. 

Oleh Pastor Frans Mandagi, Pastor Paroki Santo Ignatius Manado

INJIL Markus menuliskan peristiwa penyembuhan orang tuli yang bagi Injil yang lain tidak dikisahkan. Untuk mengerti dengan baik peristiwa ini maka harus dibaca atau paling tidak membayangkan kisah penyembuhan orang buta (Bartimeus di Betsaida Markus 8:22-26).

Menarik untuk disimak lebih jauh kisah ini yang kaya dengan makna simboliknya. Pertama, mereka menjadi sembuh dalam perjumpaan dengan Yesus yang tak terduga-duga di tengah perjalanan-Nya menemukan kehendak Bapa, kesembuhan mereka itu adalah kesembuhan dari ketulian dan kebutaan mengenai siapa sebenarnya Yesus ini.

Kisah ini dimaksudkan untuk orang banyak bahwa perjumpaan dengan Yesus sang pejalan ini membuka gerbang telinga dan pintu mata. Ketulian sesenyap apapun dan kebutaan segala apapun tak bisa menahan suara dan terang yang keluar dari Yesus.

Kedua: Dalam kisah penyembuhan orang tuli ini ada orang banyak yang membantu si tuli untuk bertemu dengan Yesus dan meminta agar ia menumpangkan tangan menyembuhkannya, nanti dalam kisah orang buta, orang banyak akan menghalangi, tapi si buta terus bertekad mau mendekat.

Seperti di mana saja dan kapan saja, orang banyak sering tak jelas mau apa dan ke mana. Maka dari itu, mereka juga diajak untuk mendengar dan melihat. Kadang-kadang, kita ini mirip orang banyak juga, tapi untung ada orang tuli dan orang buta tadi. Kita bisa melihat yang terjadi dalam diri mereka dan belajar dari mereka.

Ketiga: sekarang coba perhatikan sikap dan tindakan Yesus dalam penyembuhan orang tuli itu. Ia memisahkannya dari kerumunan orang banyak sehingga hanya mereka berdua sendirian.

Di situ terjadi penyembuhan. Ia mau agar yang pertama-tama didengar orang tuli itu adalah suara yang dibawakan-Nya bukan kasak-kusuk orang banyak. Cara Yesus menyembukannya dengan memasukkan jarinya ke telinga orang itu, meludah dan meraba lidah orang itu kemudian Ia menengadah ke langit dan berkata dalam bahasa Aram Efata artinya Terbukalah.

Efata adalah kata yang diucapkan Yesus kepada orang tuli dalam Markus 7:34 bentuk perintah dalam bahasa Aram. Padanannya dalam bahasa Yunani adalah terbukalah.

Kata kerja Aram yang dipakai ialah Petakh dan tidak pasti apakah bentuk yang dipakai oleh Yesus adalah bentuk pasif biasa (etpetakh) atau bentuk pasif intensif (etpattakh). Nampaknya dalam setiap hal huruf "t" dibaurkan dengan huruf 'p' inilah ciri biasa dari bahasa Aram yang selanjutnya beserta dialek-dialeknya seperti bahasa Siria.

Dalam beberapa naskah kata ini ditulis ephpghetha yang pasti menandakan bentuk pasif biasa.

Saat berkata efata perhatikan bahwa Yesus mendesah/menarik nafas seperti orang yang sedang kesakitan dan pada saat yang sama kedua jarinya berada di telingahnya.

Ada semacam pergulatan antara kekuatan dan menolak sang Sabda dengan Sabda yang mendatanginya. Juga saat Ia menyentuh lidah orang itu. Ada pergulatan antara lidah yang dikuasai kekuatan yang membisukan melawan dia yang membuat orang berani bersaksi.

Yesus juga meludah. Kekuatan jahat dari telinga yang diambilnya itu masuk ke dalam badannya, badan Yesus sendiri dan kini diludahkannya dan dibuangnya keluar.

Keempat: Yesus menengadah (Markus 7:34. Ia mengarahkan diri ke langit. Dulu ketika ia dibabtis Ia melihat langit terbuka dan saat itulah Ia mendengar suara dari sana.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved