Renungan Minggu
Roh Kudus Bawa Keberanian dan Kesatuan
Pentakosta adalah hari pencurahan atau turunnya Roh Kudus. Sesuai dengan nubuat dalam kitab nabi Yoel 2:28-32.
Artinya, menjadi saksi sudah merupakan keharusan, bahkan dengan sendirinya diusahakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi saksi, memang tidak berarti harus selalu dilakukan dengan berkhotbah dan kegiatan pewartaan yang lain.
Dalam praktek kehidupan yang sederhana, menjadi saksi bisa kita artikan sebagai hidup dalam Roh. Dalam bacaan II, Rasul Paulus telah menunjukkan perbedaan hidup dalam roh dan hidup dalam daging.
Jika kita hidup dalam roh, dengan sendirinya orang di sekitar kita akan melihat keindahan dan kebaikan Injil lewat diri kita, inilah kesaksian kita. Jika kita hidup dalam daging, maka dengan sendirinya kita tidak menjadi saksi Injil yang hidup.
Bukankah percabulan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri, dan sebagainya tidak menunjukkan keindahan Injil.
Semoga Novena Roh Kudus yang kita laksanakan sesudah Hari Kenaikan Yesus Kristus, membuat kita kembali makin menyadari peran Roh Kudus dalam kehidupan kita. Ingatlah, Roh Kudus itu tidak bisa lagi kita lihat lewat nyala api di atas kepala kita tapi dalam perannya dalam hidup kita.
Bukalah hati dan hidup saudara sekalian, supaya peran Roh Kudus lebih besar lagi. Dengan itu, pilihan serta perilaku hidup saudara semakin menjadi kesaksian bagi sesama.
Pesan Hari Minggu Pentakosta ini, kiranya makin sejalan dengan Pesan Minggu Komunikasi Sosial yang lalu.
Gunakanlah pribadi Anda untuk mengkomunikasikan / bersaksi tentang kebaikan Allah lewat peran Roh Kudus. Berpartisipasilah juga secara pribadi atau keluarga pada media-media agar media-media itu bisa menjadi sarana pewartaan.
Dengan demikian, suka cita Injil sungguh terpancar lewat cinta sesama dan cinta semesta.(*)