Renungan Minggu
Roh Kudus Bawa Keberanian dan Kesatuan
Pentakosta adalah hari pencurahan atau turunnya Roh Kudus. Sesuai dengan nubuat dalam kitab nabi Yoel 2:28-32.
Diakon Audi Kaunang
TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini adalah pesta Pentakosta. Pesta ini memiliki tiga arti.
Arti pertama: hari Pentakosta sebagai hari Raya Panen, yang mengingatkan bahwa Allah telah memberikan berkat yang berlimpah kepada umat-Nya, sebagai bukti pemeliharaan Allah kepada umat-Nya, di hari itulah umat bersyukur kepada Allah.
Arti kedua: hari Pentakosta adalah hari turunnya Taurat kepada umat Allah.
Arti ketiga: seperti yang kita ketahui dari bacaan pertama, Pentakosta adalah hari pencurahan atau turunnya Roh Kudus. Sesuai dengan nubuat dalam kitab nabi Yoel 2:28-32.
Arti pertama dan kedua dari pesta Pentakosta, bisa kita kenal dari kehidupan umat Perjanjian Lama.
Jika penulis Kisah Para Rasul mengisahkan peristiwa Pentakosta berkaitan dengan tradisi Perjanjian Lama, dia ingin menunjukkan pembaharuan yang dibawa oleh Roh Kudus dalam kehidupan umat.
Sejak dahulu, umat sudah memperingati dan mensyukuri berkat fisik, berupa panenan dan juga berkat rohani (aturan keagamaan), berupa Taurat dari Allah.
Di hari Pentakosta saat ini (Perjanjian Baru), Roh Kudus itu datang untuk membaharui kehidupan umat. Ia datang lewat para murid yang menjadi berani berkata-kata mengenai perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.
Padahal, sebelumnya para murid berkumpul secara sembunyi-sembunyi. Maka, sangat jelas bagi kita: Roh Kudus menghasilkan keberanian bagi para murid untuk bersaksi mengenai pengalaman mereka.
Di sisi para pendengar, yang berasal dari rupa-rupa daerah dan bahasa, Roh Kudus menjadi pemersatu. Hal ini dengan mudah kita mengerti karena kita membaca bahwa orang-orang dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, dan sebagainya, bisa mengerti apa yang dikatakan oleh para murid padahal bahasa mereka berbeda-beda.
Roh Kudus memang selayaknya membawa kesatuan dalam umat beriman, bukannya perpecahan; memang perbedaan pendapat tidak dapat dihindari, tapi pada akhirnya kesatuan sebagai umat Allah harus dijunjung tinggi.
Tak mungkin kita bisa menjadi saksi-saksi kebangkitan dan karya keselamatan Kristus, jika kita tidak bersatu. Yesus sendiri, dalam bacaan Injil telah bersabda kepada para murid untuk bersaksi.
Sabda itu bukan hanya berlaku bagi para murid yang mengalami kehadiran Yesus secara fisik. Sabda itu berlaku hingga kini untuk kita sebagai Gereja.
Menjadi saksi Kristus berarti menjadi saksi keindahan dan kebaikan Injil, serta hidup seturut Injil. Jika kemudian orang tertarik untuk mengimani Kristus, tentu syukur kepada Allah. Namun, hal itu bukanlah tujuan utama Gereja.