Tajuk Tamu
Pengaji dan Pengkaji
Pada 16 Oktober 2014, tim editor tulisan Tribun Manado di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara menerima sebuah posel.
Marike Onsu
* Penulis adalah Penerjemah di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pada 16 Oktober 2014, tim editor tulisan Tribun Manado di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara menerima sebuah posel dari redaktur surat kabar Tribun Manado berisi pertanyaan dari seorang pembaca Tribun Manado, Bapak Hapry Lapian, mengenai penggunaan kata pengkaji dan pengaji. Ia mempertanyakan istilah pengkaji yang menerangkan jabatan Yunita K.K. Dien, penulis artikel "Tepatkah Penggunaan Kata Berulangkali" yang ditulis sebagai "Pengkaji di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara".
Menurut beliau, huruf k apabila diberikan awalan peN- atau meN- akan luluh menjadi ng. Bandingkan kurang menjadi pengurang; kasih menjadi pengasih; kalung menjadi pengalung; kuat menjadi penguat; dan lain-lain. Jadi, menurut pendapatnya kata kaji harusnya menjadi pengaji. Masih menurut beliau, di Malaysia dikenal suatu lembaga yang disebut lembaga/institut pengajian (bukan pengkajian) ilmu pengetahuan.
Bapak Hapry Lapian tidak salah. Memang, sesuai dengan kaidah morfologi bahasa Indonesia, fonem [k] pada awal kata dasar akan luluh ketika mendapat awalan peN-, sehingga kata-kata seperti kabar, kait, karang, dan kekang akan menjadi pengabar, pengait, pengarang, dan pengekang. Namun, jika kita mencermati Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, kata kaji, berkelas kata benda dan berarti pelajaran (agama dan sebagainya); penyelidikan tentang sesuatu, ketika diberi awalan meN- memiliki dua bentukan, yaitu mengkaji dan mengaji. Kedua kata itu baku dan sama-sama berkelas kata kerja.
Mengaji berarti mendaras atau membaca Alquran; belajar membaca tulisan Arab; dan belajar; mempelajari, sedangkan mengkaji berarti belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dan sebagainya); menguji; menelaah. Dengan demikian, pengaji berarti orang yang mendaras (membaca) Alquran; belajar membaca tulisan Arab, sedangkan pengkaji adalah orang yang belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dan sebagainya); menguji; menelaah sesuatu. Kata mengaji dan pengaji digunakan dalam ranah agama, sedangkan kata mengkaji dan pengkaji yang dipakai dalam ranah akademis tidak luluh untuk membedakan penggunaannya dari kata mengaji dan pengaji.
Dalam bahasa Indonesia, dikenal beberapa kata yang memiliki bentuk dasar yang diawali fonem [k], [p], [s], [t] yang seharusnya luluh ketika mendapat awalan peN-, tetapi memiliki bentukan berbeda, yaitu salah satu kata luluh, sedangkan kata yang lain tidak. Penulis akan mengupas empat kata dasar lain seperti kaji yang menjadi pengkaji dan pengaji yang memiliki dua variasi bentukan ketika dibubuhi awalan peN-.
Contoh pertama adalah kata tatar. Kata tatar yang berarti mengajar (membimbing, memberikan pendidikan, pelatihan, kursus, dan sebagainya sebagai tambahan untuk meningkatkan mutu (kemampuan, pengetahuan, keterampilan) memiliki dua bentukan ketika mendapat awalan peN-, yaitu petatar dan penatar. Petatar adalah orang yang bertatar; orang yang ditatar; peserta penataran. Contohnya seperti dalam kalimat berikut. Para petatar diharapkan menjadi penatar di daerahnya masing-masing. Penatar adalah orang yang menatar; pembimbing atau pengajar dalam penataran. Contohnya dalam kalimat adalah sebagai berikut. Para penatar memberi pelajaran menurut keahlian masing-masing.
Contoh kedua adalah kata suluh. Kata suluh yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi (biasa dibuat dari daun kelapa yang kering atau damar); obor; pengintai; penyelidik; mata-mata memiliki dua bentukan ketika mendapat awalan peN-, yaitu penyuluh dan pesuluh. Pesuluh adalah orang yang disuluh, sedangkan penyuluh adalah pemberi penerangan; penunjuk jalan; pengintai; mata-mata. Kata pesuluh mungkin masih asing di telinga kita, tetapi kata penyuluh sudah sering digunakan. Kita mengenal kata penyuluh bahasa dan penyuluh pertanian. Penyuluh bahasa adalah orang yang bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan bahasa kepada masyarakat; sedangkan penyuluh pertanian adalah orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian dan pembaharuan pertanian di pedesaan.
Contoh selanjutnya adalah kata tinju. Kata yang berkelas kata benda ini berarti kepalan tangan (untuk memukul). Ketika diberi awalan peN-, kata tinju memiliki dua variasi bentukan kata, yaitu peninju dan petinju. Petinju berarti orang yang bermain tinju; bokser; sedangkan peninju adalah orang yang meninju. Dengan kata lain, petinju adalah sebuah profesi dari cabang olah raga tinju, sedangkan peninju adalah orang yang melakukan kegiatan memukul dengan tinju.
Contoh terakhir adalah kata tembak. Kata tembak dalam KBBI ditulis sebelum kata menembak. Kata tembak; menembak yang berkelas kata kerja berarti melepaskan peluru dan sebagainya dari senjata api (senapan, meriam, dan sebagainya); membedil; menyepak bola ke arah gawang. Ketika diberi awalan peN-, kata tembak memiliki dua variasi bentukan kata, yaitu penembak dan petembak. Penembak berarti orang yang menembak; alat untuk menembak, sedangkan petembak berarti atlet menembak.
Semoga penjelasan dalam tulisan ini dapat menambah wawasan kebahasaan pembaca setia Tribun Manado.(*)