Yance Ingin RS Siloam Sonder Eksis Lagi
Maklum, salah satu rumah sakit tertua di kawasan Indonesia Timur yang kini dikelola Yayasan Medika GMIM ini, selama puluhan tahun
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Tak adanya pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Siloam Sonder di Desa Kolongan Atas, Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa, kendati memiliki fasilitas yang cukup memadai membuat warga sekitarnya turut prihatin.
Maklum, salah satu rumah sakit tertua di kawasan Indonesia Timur yang kini dikelola Yayasan Medika GMIM ini, selama puluhan tahun dijadikan warga sekitar sebagai tempat memeriksakan kesehatan atau berobat ketika mengalami sakit berat.
"Dulu di Rumah Sakit Siloam Sonder sangat banyak warga di sini yang pergi untuk berobat, termasuk saya. Ketika sakit, pasti ke sana sebab proses penyembuhannya lebih cepat dan lebih dekat dibandingkan ketika harus pergi ke rumah sakit lainnya seperti Bethesda dan Gunung Maria di Tomohon," ujar Yance Karem (54), warga Desa Tounelet I, Kecamatan Sonder, kepada Tribun Manado, Sabtu (11/1/2014).
Kendati berbeda desa, jarak rumah Yance dengan RS Siloam cukup dekat dengan Rumah Sakit Siloam Sonder. Jaraknya yang hanya sekitar 100 meter dapat Yance tempuh dengan berjalan kaki beberapa menit. "Untuk ke sana memang lebih untung juga karena dengan berjalan kaki saja sudah cukup," jelasnya.
Yance masih ingat, pada era sekitar 1980 hingga 1990, RS Siloam Sonder sempat menjadi primadona warga untuk berobat. Selain memiliki fasilitas yang memadai, ada tenaga medis yang mumpuni untuk memeriksa dan merawat pasien hingga sembuh total.
"Dokter yang saya ingat sangat baik dalam menangani pasien pada era itu Dokter Tommy Lengkey, Dokter Santoso, dan Dokter Kasenda. Mereka sangat top. Ketika ada yang sakit langsung ditangani dengan cepat dan tepat, baik ada ataupun tanpa biaya untuk rawat jalan maupun rawat inap," kenang dia.
Kondisi sekarang dengan tidak adanya pelayanannya seperti dulu lagi, sebab tinggal rawat jalan saja, sangat disayangkan Yance. Tidak hanya Sonder, rumah sakit itu juga sangat membantu warga dari desa-desa sekitarnya. "Makanya, mudah-mudahan rumah sakit ini bisa eksis lagi," harap Yance.
Ferdinand Karem, warga lainnya mengungkapkan, selain dari Desa Tounelet, warga yang sering datang berobat juga dari Tincep, Timbukar, dan Tangkuney. Warga tetap datang meski bangunan dan fasilitas rumah sakit yang dibangun sejak 1905 itu sudah dimakan usia.
"Jika ada yang pusing atau mengalami kecelakaan sekalipun, dulu di Rumah Sakit Siloam tetap ditangani, sangat jarang dirujuk ke rumah sakit lain. Mudah-mudahan ke depan akan seperti itu lagi, tak akan ada masalah seperti sekarang," tuturnya.
Pelaksana Tugas Kepala Rumah Sakit Siloam Sonder Dokter Donny Admajaya mengungkapkan, sebenarnya pelayanan untuk rawat inap dan rawat jalan dengan fasilitas yang ada saat ini, bisa dilakukan andaikan semua pegawai berjumlah sekitar 15 orang telah aktif bekerja.
"Sekarang memang tidak bisa untuk rawat inap, baru rawat jalan saja. Pegawai tidak masuk kerja akibat gaji yang menjadi hak mereka belum terbayar," tegasnya.
Namun, kata dia, untuk warga yang hendak melakukan pemeriksaan kesehatan atau ingin berobat, tetap bisa datang. Tak hanya dari Sonder, warga dari daerah lainnya juga bisa datang sebab pelayanan tetap dibuka baik siang atau malam.
"Pelayanan di rumah sakit tetap jalan kendati hanya saya sendiri yang bekerja, siang atau malam tetap bisa. Jika tak bisa datang, saya bisa mengunjungi pasien juga ke rumah. Intinya, yang penting jika ada warga sakit bisa dilayani agar sehat kembali. Tapi, jika kondisinya berat, akan langsung dirujuk ke Tomohon atau Manado, tak akan diambil risiko untuk dirawat di sini," tukasnya.(war)