Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Klinik Bahasa

Seringnya Kata Asing Terselip di Kalimat Bahasa Indonesia

APA artinya jika pejabat, pesohor, politikus, akademisi, dan semua kalangan masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan kata asing?

Penulis: Maximus_Geneva | Editor:

Oleh: Marike Ivone Onsu, Penerjemah di Balai Bahasa Provinsi Sulut
    
APA artinya jika pejabat, pesohor, politikus, akademisi, dan semua kalangan masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan kata asing ketika memberi pernyataan resmi di depan publik? Itu berarti, bahasa Indonesia akan semakin terpinggirkan dan menjadi tamu di negeri sendiri. Mimpi untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional bak "Jauh  panggang dari api".

Pernyataan dalam forum pertemuan resmi yang  di dalamnya terselip kata-kata asing seperti, "Kapan technical meeting-nya dilaksanakan?" atau "Oke, kita pending dulu diskusi ini. Nanti kita lanjutkan lagi setelah coffee break. Sekarang, silakan nikmati snack-nya!" menjadi semakin akrab di pendengaran kita dan akhirnya akan kita terima sebagai hal yang biasa. Tidak akan ada lagi perasaan tidak enak yang terbersit di hati kita karena mengabaikan pengutamaan bahasa Indonesia baku dalam situasi resmi. Toh, semua kalangan sudah lazim menyelipkan kata-kata asing dalam setiap tuturan formalnya. Bahkan, sepertinya seseorang dianggap kurang intelek, tidak modern, atau kurang pergaulan jika tidak menggunakan diksi bahasa asing.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang absorbtif, yaitu bahasa yang mudah menyerap kosakata bahasa lain. Penyerapan kosakata asing itu tentu saja memiliki prosedur baku. Badan Bahasa sebagai lembaga yang bertugas menangani pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa telah memublikasikan buku Pedoman Pengindonesiaan Kata dan Bahasa Asing. Pedoman tersebut dapat diakses melalui laman Badan Bahasa: www.badanbahasa.kemdiknas.go.id. Masyarakat dapat mencermati kosakata Indonesia yang telah dibakukan melalui prosedur penyesuaian lafal dan ejaan. Masyarakat pun dapat  membuat kata-kata baru berdasarkan pedoman itu dan memopulerkan penggunaannya dalam bentuk lisan dan tulis.

Banyak kalangan terpelajar di Indonesia sebetulnya sudah tahu padanan kata asing yang sering mereka gunakan, tetapi enggan menggunakannya. Mereka cenderung mengutamakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Buktinya, berbagai kata dan frasa asing seperti breaking news 'jeda berita'; check in 'lapor masuk'; check out 'lapor keluar'; customer 'pelanggan'; dealer 'penjual'; delay 'tunda'; developer 'pengembang'; download 'unduh'; email 'posel'; entertainment 'hiburan'; grouping 'pengelompokan'; illegal logging 'penebangan liar'; online 'dalam jaringan atau daring'; owner 'pemilik'; packing 'pengemasan'; password 'sandi kunci'; perform 'mementaskan'; performance 'pementasan'; rolling jabatan 'perputaran/rotasi jabatan'; scanning 'pemindaian/membaca cepat'; stakeholder 'pemangku kepentingan'; snack 'kudapan'; talent show 'pertunjukan bakat'; trafficking 'perdagangan'; upload 'unggah'; upgrade 'tingkatkan'; dan update status 'perbaharui status' sudah sering didengar dan dibaca. Semuanya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Sekarang, mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah kita bangga memperlihatkan jati diri sebagai orang Indonesia di depan publik melalui pengutamaan bahasa Indonesia atau tidak? Apakah kita tidak malu dianggap kurang intelek, kurang pergaulan, dan kampungan jika tidak menyelip-nyelipkan kosakata asing dalam ujaran kita di forum resmi? Sudikah kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Maukah kita mendukung mimpi pemerintah untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional?

Semoga semangat ikrar Sumpah Pemuda butir ketiga, UUD 1945 Pasal 36, dan UU Kebahasaan Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 25-40 akan senantiasa dihayati dan diamalkan dalam setiap kesempatan formal. Semoga kita tidak sungkan lagi berbahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa melupakan bahasa daerah serta tetap memperlengkapi diri dengan penguasaan bahasa asing demi menjadi pribadi yang unggul dan kompetitif.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Bahasa Sebagai Guru Umat Manusia

 

Tajuk Tamu: Wajah Janus Kebudayaan?

 

Eufemisme dalam Bingkai Kekuasaan

 

Tajuk Tamu : Fungsi Bahasa

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved