Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Situs Sejarah Dibongkar

Sumber Air tak Pernah Kering di Situs Bersejarah

Jika saya memiliki uang, gua tersebut pasti sudah saya bangun, untuk menarik wisatawan yang datang

Penulis: | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Herviansyah dan Yudith Rondonuwu

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Jika saya memiliki uang, gua tersebut pasti sudah saya bangun, untuk menarik wisatawan yang datang, karena memang gua peninggalan Jepang tersebut dalamnya cukup luas dan indah.

Kalimat itulah yang diucapkan Maxi Roring (53) warga Singkil I Lingkungan V yang di halaman belakangnya terdapat gua bersejarah peninggalan Jepang. Ia menceritakan gua tersebut telah ada sejak ia lahir, dan sewaktu kecil digunakannya sebagai tempat bermain. "Menurut penuturan dari orang tua saya, gua tersebut dulunya cukup panjang, yaitu dari Wonasa bisa tembus hingga ke tepi pantai di Sindulang I. Digunakan Jepang untuk mengintai musuh, maupun sebagai tempat mengungsi oleh penduduk, ketika Jepang telah pergi," katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (12/6/2012).

Namun seiring perkembangan zaman gua tersebut telah terputus, yang tersisa kini hanya yang berada di halaman belakang rumahnya.

Ia menceritakan di dalam gua yang memiliki panjang sekitar 100 meter tersebut terdapat dua ruangan, ruangan pertama berukuran kira-kira 4x4 meter dan yang kedua berukuran 3x2 meter. Jarak antara ruangan tersebut sekitar 25 meter. di kamar kedua terdapat tempat tidur yang tersusun dua.

Gua tersebut memiliki pintu masuk dengan tinggi sekitar dua meter, sedangkan untuk lebarnya kurang-lebih 1,5 meter.
Lantainya tergenang dengan air setinggi tumit orang dewasa. Ketika baru masuk, di sisi kanannya terdapat sumur dengan air yang jernih. "Di dalam memang terdapat banyak sumur yang memiliki air yang cukup jernih," katanya.

Kemudian ketika masuk 15 meter dari bibir gua, terdapat jalan yang menanjak, kemudian ruangan gua melebar, sekitar 3 meter, di tengahnya terdapat saluran air. Kemudian gua tersebut bercabang, ke kiri terdapat pintu lagi, yang saat ini sudah ditutup warga, kemudian jika berjalan lagi ke dalam terdapat ruangan berukuran 4x4.

Kemudian jika berjalan lagi kembali gua tersebut bercabang. Jika ke kiri juga terdapat pintu keluar yang saat ini sudah ditututp warga, sedangkan ke kanan nantinya akan ditemui ruangan yang berukuran 2x3 meter. Tidak jauh dari ruangan tersebut terdapat pintu keluar yang juga telah ditutup oleh warga.

Yang unik dari Jepang tersebut adalah terdapat sumber mata air yang berlimpah, sampai saat ini masih digunakan oleh warga untuk keperluan memasak dan minum, karena memang airnya sangat jernih. Bahkan karena kejernihannya, bisa langsung diminum. "Pada sekitar tahun 70an Balai POM pernah menguji kandungan airnya. hasilnya air tersebut bisa dijadikan air mineral," katanya.

Saat ini dirinya masih menjaga kondisi gua agar tepat bersih, sebab keluarganya sampai saat masih menggunakan air tersebut untuk masak dan minum, melalui pipa yang disalurkan ke rumahnya. "Tetangga saya beberapa juga masih menggunakan air tersebut untuk kebutuhan rumah tangganya," tuturnya.

Meskipun musim kemarau mata air di dalam gua tersebut tidak pernah kering. Bahkan, ketika kemarau panjang hingga 8 bulan pada tahun 70an, warga Manado Utara seluruhnya mengambil air di gua tersebut. Oleh karena itu, sampai saat ini ia mengaku terus menjaganya, karena selain nilai sejarahnya, juga manfaatnya yang cukup besar bagi warga sekitar.

Beberapa tahun lalu gua tersebut pernah dikunjungi sekitar 50 orang Jepang yang berusia lanjut. Saat ditanya olehnya tujuan datang ke gua tersebut untuk napak tilas karena mereka mengaku yang membuatnya. "Dari dulu sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved