Pertambangan
Richart : Pulau Bangka Ini Akan Hancur
Richart meyakini pulau indah tempat tinggalnya bakal hancur.
Penulis: Ryo_Noor | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Ryo Noor
TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Apa jadinya nanti apabila tambang bijih besi beroperasi di Pulau Bangka?
Richart Paraeng, salah seorang warga Desa Kahuku, Pulau Bangka, Kecamatan Likupang Barat, Minahasa Utara (Minut) sudah punya jawaban sendiri. Tak perlu menunggu tambang bijih beroperasi, Richart meyakini pulau indah tempat tinggalnya bakal hancur.
"Pulau bangka ini bakal hancur," ucap Richart, ketika berbincang dengan Tribun Manado, di kediamannya, Di pesisir Desa Kahuku.
Di tengah upaya PT Mikgro Metal Perdana (MMP) memperoleh izin eksploitasi, pro kontra masyarakat menilai tambang bijih besi terus berlanjut.
Maklum, taraf hidup masyarakat bisa dikatakan tak bergelimang harta. Masyarakat hidup sederhana, bergantung dari hasil laut dan kebun. Sebenanrya Pulau Bangka punya potensi wisata, mengandalkan keindahan pesisir pantai, dan keragaman hayati bawah laut, namun sejauh ini, pengelolaannya belum maksimal, hingga tak salah rasanya ada warga berharap memperoleh kesejahteraan dari tambang.
Rumah Richart sendiri cukup sederhana, terbuat dari beton, beratap seng, sama seperti layaknya kebanyakan rumah di Desa Kahuku. Desa di pesisir pantai itu terdiri dari enam jaga. Meski tak menyandang kekayaan berlebih, Richart mengaku bersyukur bisa hidup tenang, dan bahagia bersama keluarganya.
"Selama masih ada tanah untuk menanam, ada laut untuk memancing, kami tak perlu tambang menghidupi kami," ujarnya tegas.
Penggalan kalimat itu menjadi prinsip hidup. Kalimat itu pula menjadi dasar bagi nelayan sekaligus petani ini menolak keberadaan tambang bijih besi di Pulau Bangka.
Menjamu tamunya di rumah, Richart menyuguhkan makanan ala kadarnya. Ikan laut bakar, telur rebus, dan nasi.
Sederhana memang jamuannya, Richart mengatakan, ikan segar yang disuguhkan hasil tangkapannya sendiri "Kalau ke Kahuku, tak lengkap kalau belum makan ikan bakar, ayo makan banyak-banyak," ujarnya.
Ikan itu memang lezat, dan gurih. Bila diizinkan hidup 100 tahun lagi, Richart mengaku ingin terus mencicipi rasa ikan bakar hasil melaut.
Nelayan tulen ini, mengatakan, tak rela bila kenikmatan ini ditukar, bahkan dengan uang sekalipun. Pandangannya, anak cucunya pun harus bisa juga menikmati karunia alam Sang Khalik ini. "Pantai kami indah, ikan banyak tinggal ambil di laut, kami hanya tak mau itu semua sirna," ujarnya.
Cukup beralasan, bila Richart, enggan tambang bijih besi beroperasi. Dari 4800 haktare luas pulau, setengahnya luas pulau di perbukitan merupakan area eksplorasi. Sejauh ini, PT MMP baru mencari sampel bijih besi. Bila keuntungan dari cadangan bijih besi hasil eksplorasi melebihi perhitungan biaya investasi, bukan tak mungkin investor asal Cina melanggeng bebas mengeruk kekayaan alam itu.
Bagi masyarakat yang pro tambang, kata Rommy Lexitusang, Hukumtua Desa Kahuku, cukup mendominasi, bahkan bila nanti tambang beroperasi, masyarakat rela pemukiman dipindahkan.
Sesuai rencana operasi tambang, dua jaga di Desa Kahuku akan direlokasi. Nantinya, tempat yang ada sekarang akan dibangun fasilitas jalan konveyor, tempat bijih besi disalurkan ke dermaga apung, untuk pengapalan.
Lexitusang mengatakan, untuk memuluskan rencana, PT MMP mengundang sejumlah warga, termasuk dirinya bertemu menteri kelautan.