Fanley Pangemanan Sebut Caleg Melenial Butuh Inovasi dan Program Nyata
Caleg milenial potensi dipilih masyarakat, maka mereka harus menjual program yang menyentuh rakyat dan berinovasi.
Penulis: Andrew_Pattymahu | Editor: Siti Nurjanah
Laporan Wartawan Tribun Manado, Andrew Alexander Pattymahu
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Tak kurang dari ratusan caleg milenial di Sulawesi Utara (Sulut) saling bersaing untuk merebut kursi baik di DPRD kabupaten/kota, provinsi sampai DPR RI.
Pengamat politik dan pemerintahan Sulut Dr Fanley Pangemanan menyebut, agar caleg milenial potensi dipilih masyarakat, maka mereka harus menjual program yang menyentuh rakyat dan berinovasi.
"Sebabnya caleg milenial so musti berinovasi dan punya program-program menyentuh pemilih. Kalo hanya modal baliho saya pikir sulit merebut hati masyarakat untuk berubah pilihan," kata dia, Jumat (29/3/2019).
Baca: (VIDEO) MotoGP - Marc Marquez Bermimpi Ingin Bisa seperti Valentino Rossi
Baca: Berbekal Kue Kolombeng dan Kacang Kawangkoan, Wanita Cantik Asal Minahasa Dapat Bantuan Hotman Paris
Baca: Balik ke Manchester United sebagai Pelatih, Sejarah Mencatat Solskjaer Berprestasi sejak Jadi Pemain
Mantan Ketua KPUD Minahasa Selatan ini mengatakan dari realita yang ada biasanya politikus muda dan baru, nafsunya tidak diimbangi dengan strategi jitu.
Makanya dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas utuk bisa menumbangkan mereka.
Dari aspek Partai Politik, Hal ini juga sangatlah berpengaruh ke caleg.
Nama besar partai akan turut berperan untuk bisa menjadikan caleg itu menang. Namun peluang itu ada jika caleg yg diusung setara nilai jualnya dengan caleg senior.
"Bicara eksistensi partai, faktor partai petahana itu ada nilai plus, dan amunisinya juga cukup meyakinkan. Karena partai petahana ini lebih dulu bergerilya ke masyarakat." tambah akademisi Universitas Sam Ratulangi ini.
Calon milenial di partai besar yang bersaing dengan petahana juga butuh energi.
Sebaliknya pula di partai baru, partai pendatang baru yang ingin bertarung dengan partai besar wajib disertai gizi yang cukup.
"Saya melihat bahwa masyarakat pemilih masih perlu sosialisasi diri yang cukup untuk mengubah pola pikir mereka supaya nantinya menjatuhkan pilihan ke caleg milenial. Kecenderungan masyarakat pola ingatnya masih tertanam ke petahana yang notabene sudah dikenal lama dan sudah tahu geliat programnya," ungkap Pangemanan.
Lepas dari semua itu, kata dia siapa tahu bisa saja potensi besar caleg milenial yang masih tersimpan akan ditumpah ruahkan dikala menjelang pemilihan. Sehingga prediksi berbagai kalangan dapat terbantahkan.