Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Survei Menyebut Pengetahuan Jurnalis Terhadap Isu Bunuh Diri Masih Rendah

Dari sisi pemberitaan, umumnya media massa menguraikan metode atau cara bunuh diri dengan rinci.

Editor: Alexander Pattyranie
ISTIMEWA
Survei Menyebut Pengetahuan Jurnalis Terhadap Isu Bunuh Diri Masih Rendah 

Survei Menyebut Pengetahuan Jurnalis Terhadap Isu Bunuh Diri Masih Rendah

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – Akhir-akhir ini peristiwa bunuh diri ramai dimuat media massa.

Foto dan video adegan bunuh diri bahkan tersebar luas di media sosial tanpa henti-henti.

Peristiwa bunuh diri secara jelas dapat memunculkan rasa ngeri, dan berpotensi menimbulkan trauma yang mengganggu kesehatan jiwa bagi masyarakat juga keluarga korban.

Dari sisi pemberitaan, umumnya media massa menguraikan metode atau cara bunuh diri dengan rinci.

Media massa juga secara absolut menyebutkan penyebab tunggal hingga penggambaran kondisi korban secara mengerikan.

Pengemasan pemberitaan jurnalistik seperti ini tentunya melanggar Kode Etik Jurnalistik terkait larangan pemberitaan yang sadis dan itikad buruk.

Pemberitaan tersebut justru keluar dari koridor fungsi pers sebagai penyampai edukasi ke publik.

Selain itu, informasi bunuh diri yang rinci bisa mendorong orang dengan depresi atau dengan masalah serupa untuk melakukan bunuh diri.

Efek ini dinamakan Efek Werther.

Pemberitaan bunuh diri tidak bisa disamakan dengan berita pada umumnya, karena berpotensi menyebabkan bunuh diri tiruan.

Berkaca dari pemberitaan dan peristiwa bunuh diri belakangan ini, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Komunitas Into The Light dan LBH Pers melakukan survei tentang pengetahuan jurnalis tentang isu bunuh diri.

“Berdasarkan survei yang diikuti 132 jurnalis dari 83 media di Indonesia menunjukkan pengetahuan jurnalis terhadap isu bunuh diri masih rendah,” kata Anggota Divisi Gender, Anak dan Kelompok Marjinal AJI Jakarta, Widia Primastika dalam keterangan pers, Minggu (24/02/2019).

Primastika menambahkan, dalam penelitian yang dimulai sejak Januari – Februari 2019, mengelompokkan jurnalis ke dalam 3 kategori, yakni muda (bekerja 1-5 tahun) sebanyak 53%, madya (bekerja 6-10 tahun) sebanyak 45%, dan utama (bekerja lebih dari 10 tahun) sebanyak 32%.

“Hasilnya, mayoritas jurnalis kategori muda setuju, kematian akibat bunuh diri lebih layak diberitakan daripada menginformasikan tentang pemikiran dan perencanaan bunuh diri seseorang. Sementara, sebagian besar jurnalis kelompok madya menganggap kejadian bunuh diri dari tokoh publik adalah hal yang luar biasa,” kata Primastika.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved