Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Demam Berdarah Membunuh 74 Orang: 5 Tahun Terakhir 6.130 Kasus DBD

Demam berdarah dengue (DBD) ramai diperbincangkan publik Sulawesi Utara. Sejak lima tahun terakhir,

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun manado/Arthur Rompis
Mor Bastiaan jenguk pasien DBD 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Demam berdarah dengue (DBD) ramai diperbincangkan publik Sulawesi Utara. Sejak lima tahun terakhir, Dinas Kesehatan Sulut telah membukukan 6.130 kasus DBD.

Penyakit yang disebabkan nyamuk Aides aegypti ini telah membunuh 74 orang. Baru hari ke-6 di tahun 2019, DBD telah merengut 3 nyawa anak di Sulut.

Sesuai data Dinkes Sulut, kasus DBD 5 tahun terakhir paling tinggi terjadi tahun 2016, 2.217 kasus. Sempat menurun di tahun 2017 hingga 587 kasus, DBD kembali meningkat kasusnya di 2018, total 1.713 kasus terjadi.

Di 2018 juga mencatatkan jumlah kematian paling tinggi yakni 24 orang. Di awal 2019, DBD sudah menyerang 24 orang, 3 di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, dr Debby Kalalo mengatakan, kondisi saat ini belum ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB), hanya peningkatan jumlah kasus DBD.

"KLB itu ditetapkan kepala daerah tapi harus diverifikasi, ada syarat-syarat tertentu suatu daerah ditetapkan KLB," ujar dia kepada tribunmanado.co.id, Rabu (9/1/2019).

Dinkes Sulut sudah berkoordinasi dengan dinkes kabupaten dan kota untuk melakukan fogging (pengasapan) nyamuk dewasa di daerah ada kasus DBD.

Dokter Debby mengatakan, sebagai langkah pencegahan terus digalakkan program 3 M plus yakni menguras tempat membersihkan dan menutup tempat penampungan air, plus hindari gigitan nyamuk semisal menggunakan anti nyamuk.

Dinkes Sulut
Dinkes Sulut (TRIBUN MANADO)

Orang tua wajib waspada dengan kasus DBD. Dinkes Sulut merilis data tahun 2018, jumlah kematian akibat DBS itu kebanyakan anak-anak.

Sesuai data kematian akibat DBD terbanyak pada kelompok unur 0-5 tahun dan 6-15 tahun. Usia 0-5 tahun sebanyak 9 anak meninggal dunia, terbanyak di kelompok usia 6-15 tahun sebanyak 13 anak. Untuk usia lebih 16 tahun sebanyak 2 korban meninggal dunia.

Kalalo menyampaikan, total tahun 2018 ada 24 orang meninggal dunia akibat DBD didominasi anak-anak.
"Penularan terjadi di lingkungan rumah dan sekolah, karena anak balifa 0-5 tahun masih berakrifitas lebih banyak dibrumah dan umur 5-15 tahun merupakan anak usia sekolah, " kata dia.

Gambaran ini memberi rekomendasi untuk melakukan intervensi pencegahan DBD dari segi kesehatan publik di lingkungan rumah dan sekolah.

Orangtua juga proaktif mencari informasi pencegahan termasuk penanganan cepat jika anak-anak sudah mengalami gejala DBD, secepatnya berobat ke fasilitas layanan kesehatan.

"Kita upayakan terus penyuluhan, memberi infofmasi tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan DBD yang efektif, " kata dia.

Informasi dimaksud misalnya soal siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan penanganan kasus DBD cepat dan tepat. Pencegahan kasus DBD itu misalnya melalui program 3 M yakni menguras, membersihkan, menutup tampungan air, kemudian meningktkan peran 1 rumah 1 juru pemantau jentik (jumantik) nyamuk.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved