Status Terkini Gunung Karangetang, Warga Dianjurkan Siapkan Masker
Ia mengimbau masyarakat dan pengunjung agar tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam radius 2,5 km dari dua kawah
Penulis: Alpen_Martinus | Editor: maximus conterius
Laporan Wartawan Tribun Manado Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID, SIAU - Aktivitas gunung Karangetang di Kepulauan Sitaro secara visual belum bisa teramati lantaran masih tertutup kabut.
Didi Wahyudi, petugas pengamat pos pantau Gunung Karangetang, mengatakan, hingga pukul 18.00 Wita aktivitas gunung setinggi 1784 mdpl tersebut hanya terpantau via alat rekam seismograf.
Aktivitas kegempaan yang terjadi yaitu guguran sebanyak 15 kali dengan amplitudo 3-8 mm, berdurasi 50-55 detik.
Embusan terjadi 17 kali dengan amplitudo 20-50 mm, berdurasi 50-75 detik. Juga tremor harmonik tiga kali dengan amplitudo 26-40 mm, dengan durasi 85-90 detik.
Hybrid atau fase banyak terjadi dua kali dengan amplitudo 8-10 mm, S-P 0 detik, dengan durasi 10-15 detik.
Baca: Gunung Karangetang Status Siaga, Masyarakat Dilarang Mendaki
Baca: Gunung Karangetang Terus Menunjukkan Aktivitas Kegempaan
Baca: Tsunami Akibat Vulkanis Pernah Terjadi di Sulut, Gunung Karangetang Siaga
Gempa vulkanik dangkal juga terjadi sekali dengan amplitudo 7 mm, berdurasi 5 detik, dan tektonik jauh terjadi tiga kali dengan amplitudo10-16 mm, S-P 20 detik, durasi 55-60 detik.
Sementara microtremor juga ikut terekam dengan amplitudo 0.5-2 mm (dominan 0.5 mm).
"Gunung masih siaga atau level III," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat dan pengunjung agar tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam radius 2,5 km dari dua kawah, kawah utara dan kawah utama kawah selatan ke arah Utara-Timur-Selatan-Barat dan radius 3 km ke arah Barat Laut.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.
Masyarakat juga dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu. (*)