Ngutang, Nganggur Sampai Potong Kelapa, Derita Petani Kopra
Mereka terjerat hutang, nganggur atau bekerja serabutan dengan upah kecil serta terpaksa memotong kelapa untuk dijual kayunya.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Anjloknya harga Kopra hingga Rp 3800 per Kg menjelmakan petaka bagi petani Kopra.
Mereka terjerat hutang, nganggur atau bekerja serabutan dengan upah kecil serta terpaksa memotong kelapa untuk dijual kayunya.
Baca: Kisah Guru SMP Nikahi Mantan Murid - Begini Awal Perkenalan Erwin dan Vinda
Kare petani Kopra asal Desa Kamangta, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa mengatakan, hasil penjualan Kopranya baru-baru ini habis untuk bayar hutang.
"Waktu olah Kopra lalu, banyak ngutang di warung, harap harga Kopra bagus, nyatanya jatuh, terpaksa batar hutang, itu pun masih belum bisa tutupi semua utang," kata dia kepada Tribunmanado.co.id, Rabu (14/11/2018).
Baca: Kisah Guru SMP Nikahi Mantan Murid - Sejak SMK, Mner Erwin Selalu Antar Vinda ke Sekolah
Celakanya Kare masih punya cicilan sepeda motor.
Ia gamang memikirkan nasibnya di hari natal.

"Bisa bisa kami tak natalan," kata dia.
Baca: Gua Jepang Singkil Akan Diusulkan Objek Wisata
Kare kini hanya mengandalkan upah dari jual kelapa.
Upahnya minim.
"Hanya 900 perak untuk empat buah kelapa," kata dia.
Baca: Mitos Gua Jepang di Singkil Satu, Jailangkung Tulis Huruf Kanji
Wely Komontoy petani Desa Kamangta lainnya mengatakan kopranya sebanyak 100 kilo hanya laku Rp 380 ribu.
Ia mengaku merugi meski mengolah kepala sendiri.
"Untungnya kecil sekali, tak sebanding dengan harga sembako," kata dia.
Untuk menyambung hidup, dirinya terpaksa menjadi tukang.
Dengan jadi tukang, ia bisa meraup Rp 100 ribu perhari.
Baca: Misteri Kamar Tentara Jepang dengan Tulisan Huruf Kanji di Gua Singkil