Sumpah Pemuda
WR Supratman Dibelit Kemiskinan Jelang Kematiannya, Ini Isi Pesan Terakhirnya
Tokoh sumpah pemuda, selain terdiri dari panitia penyusun Kongres Pemuda Pertama yang melanjutkan misi persatuan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tokoh sumpah pemuda, selain terdiri dari panitia penyusun Kongres Pemuda Pertama yang melanjutkan misi persatuan bangsa hingga terikrarkan Sumpah Pemuda 1928, juga memunculkan musisi nasionalis yang sekarang menjadi Pahlawan Nasional.
Ia adalah WR. Supratman, wartaawan sekaligus musisi yang memiliki sebuah biola model Amatus berukuran 4/4 atau standar.
Baca: Berikut Cara Kecilkan Perut dan Lingkar Pinggang dalam 15 Hari
Pada 28 Oktober 1928, di depan peserta Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106 Jakarta, Lagu bernafaskan kebangsaan 'Indonesia Raya' ciptaan Supratman pun diperdengarkan untuk pertama kalinya.
Ketika pergerakan makin hangat-hangatnya, dari Yogyakarta muncul anjuran agar komponis Indonesia menciptakan lagu yang bisa dijadikan lagu kebangsaan.
WR. Supratman pun begitu gembira, berhari-hari, siang malam dia mempersiapkan lagunya.
Hari ke delapan, jam lima pagi dia berhasil menyelesaikan not sebuah lagu yang dirasa bersemangat dan mencerminkan semangat rakyat yang tak bisa dirantai.
Baca: Marc Marquez Juara Dunia MotoGP 2018, Andrea Dovizoso Kurang Beruntung, Ini Jalannya Balapan
Supratman yakin lagu karangannya cocok dengan jiwa bangsa Indonesia yang sedang bangkit dari tidurnya yang lelap.
Dalam menyuun syairnya, Supratman teringat pidato Bung Karno di Bandung yang pernah didengarnya:
"Airnya kamu minum, nasinya kamu makan. Abdikanlah dirimu padanya kepada Ibu Pertiwi, Ibu Indonesia."
Dia kemudian menetapkan judul lagu ciptaannya, "Apa salahnya kalau aku namakan Indonesia Raya?", tanyanya pada diri sendiri.
Tanggal 22 Desember 1928 Supratman menulis surat ke pengurus Gedung Perhimpunan Indonesia di Kramat, Jakarta.
Isinya pemberitahuan telah tercipta sebuah lagu yang bersemangat dan berirama mars.
Dia minta diberi kesempatan untuk memperdengarkan lagunya, "Kalau pun tak dapat dipakai sebagai lagu pergerakan atau kebangsaan, memadailah kalau diperdengarkan", tulisnya.