Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

PDIP-Gerindra Nikmati Efek Capres

PDI Perjuangan dan Partai Gerindra menikmati coat tail effect (efek ekor jas) dari pencalonan Joko Widodo dan Prabowo Subianto

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADOKOLASE/ASYHARIBURHAN
5 Partai Politik: Nasdem, Gerindra, Demokrat, Golkar dan PDIP 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – PDI Perjuangan dan Partai Gerindra menikmati coat tail effect (efek ekor jas) dari pencalonan Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Kedua partai politik ini mempati posisi pertama 27,6 persen dan 12,4 persen elektabilitas atau tingkat keterpilihan.

Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono mengatakan elektabilitas PDI Perjuangan meningkat signifikan setelah pencapresan Jokowi.

“Sama halnya Gerindra yang berhasil mengusung dua kadernya, yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai bakal capres-cawapres," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/9/2018).

Rudi menilai elektabilitas kedua partai itu naik karena figur bakal capres yang diusungnya dan kebetulan figur tersebut adalah kadernya. Dia mengatakan, dalam survei terbaru Y-Publica, PDI Perjuangan mendapatkan elektabilitas sebesar 27,6 persen dan Partai Gerindra 12,4 persen.

Menurut dia, survei yang dilakukan Y-Publica bulan Mei 2018, elektabilitas PDIP hanya 25,3 persen lalu saat ini naik signifikan menjadi 27,6 persen. "Kenaikan cukup signifikan juga dialami Gerindra dari 11,1 persen menjadi 12,4 persen," ujarnya.

Selain itu, dia menilai ada tren penurunan elektabilitas dari Partai Golkar, Demokrat, dan PKS. Hal tersebut lantaran kegagalan ketiga parpol tersebut mengajukan kadernya ikut dalam kontestasi Pilpres 2019.

Dia menilai ketiga parpol itu gagal menggunakan posisi strategisnya untuk meloloskan kader sebagai bakal capres maupun bakal cawapres. Misalnya, Golkar seharusnya bisa menjadi king maker dalam koalisi Jokowi. “Namun, diambil alih PKB,” kata dia.

Ia menambahkan Demokrat juga tidak mampu mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono. PKS yang sempat mengajukan sembilan nama, tetapi tidak ada yang jadi.

Y-Publica juga mencatat tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla dalam beberapa bidang masih rendah. Rudi mengatakan, di bidang kesehatan, misalnya, tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi - JK hanya 50,7 persen.

"Padahal pada Mei, kepuasan publik di isu kesehatan ada pada angka 70,7 persen, namun sekarang turun 50,7 persen," kata Rudi di Bakoel Coffie, Jakarta.

Tingkat kepuasan terhadap perlindungan HAM juga masih rendah, yaitu 50,2 persen. Penciptaan lapangan kerja 47,9 persen dan pemenuhan kebutuhan pokok 41,4 persen.

Di bidang ekonomi, sebanyak 50,4 persen responden menilai kondisi ekonomi saat ini masih sama dengan lima tahun sebelumnya. Bahkan 16,7 persen responden mengatakan situasi perekonomian saat ini memburuk.

Namun, Rudi mencatat secara keseluruhan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi naik dari 72,5 persen pada Mei menjadi 72,9 persen pada Agustus. Kinerja yang paling diapresiasi adalah pembangunan infrastruktur dengan tingkat kepuasan 78,2 persen, pemberantasan korupsi 74,5 persen, hubungan luar negeri 74,2 persen, penegakan hukum 73,1 persen, dan pendidikan 72,6 persen.

Meski tingkat kepuasannya mencapai 70 persen, elektabilitas Jokowi hanya mencapai kisaran 50 persen. "Elektabilitas Jokowi tidak pernah menyentuh 60 persen," kata Rudi. Dia mengatakan Jokowi harus segera mengisi ruang-ruang kosong dengan mulai fokus penyampaian kinerja selama ini.

Ilustrasi pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019.
Ilustrasi pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019. (KOMPAS)

Pemimpin Coba-coba

Tiga lembaga survei, LSI Denny JA, Alvara dan Y-Publica mengunggulkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin ketimbang Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Partai NasDem yang mengusung Jokowi mengaku bersyukur dengan hasil itu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved