Para Imam Lutheran Dilarang Sebut Tuhan Sebagai Sosok Pria
Uskup perempuan itu menjelaskan, “Secara teologis, kita tahu bahwa Tuhan berada di luar determinasi gender kita, Tuhan bukanlah manusia."
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
TRIBUNMANADO.CO.ID - Gereja di Swedia mendorong para imam tidak lagi menyebut Tuhan sebagai laki-laki.
Upaya ini untuk membuat pelayanan kepada jemaat netral dalam hal gender dan lebih inklusif.
Dilansir dari The Daily Express, Sabtu (25/11/2017), para imam diminta menggunakan kata “Tuhan” saja yang lebih netral ketimbang sebutan-sebutan yang lebih merujuk pada sosok pria seperti sebutan “He” atau “Lord”.
Upaya ini merupakan langkah terbaru Gereja Lutheran Evangelis Swedia untuk memodernisasi pedoman pelayanannya yang sudah berusia 31 tahun.
Ada beragam pilihan gender netral yang bisa dipakai saat pelayanan.
Misalnya, ibadah yang sering dibuka dengan pernyataan “Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus” diganti dengan pernyataan yang netral “Dalam nama Tuhan dan Tritunggal Mahakudus".
Keputusan tersebut dibuat pada Kamis (23/11/2017) lalu, mengakhiri pertemuan delapan hari 251 anggota dewan gereja tersebut.
Keputusan akan mulai diterapkan pada Hari Pentakosta 20 Mei 2018.
Sofija Pedersen Videke, juru bicara Gereja Swedia, mengatakan, "Kami berbicara tentang Yesus Kristus, tapi di beberapa naskah kami telah mengubahnya menjadi 'Tuhan' dan bukan 'dia' (He).”
Uskup Agung Swedia Ante Jackelen memperkuat pernyataan itu.
Kepada kantor berita nasional Swedia uskup perempuan itu menjelaskan, “Secara teologis, kita tahu bahwa Tuhan berada di luar determinasi gender kita, Tuhan bukanlah manusia."
Gerakan untuk menjadi inklusif juga sudah dilakukan Gereja Inggris dalam beberapa bulan terakhir.
Juli lalu, Gereja Inggris bergerak untuk mendukung kaum transgender dengan mengadakan pelayanan khusus untuk menandai peralihan mereka.
Sinode Umum Gereja Inggris mendukung gerakan Pendeta Chris Newlands yang mengatakan bahwa kaum transgender harus “disambut dan diteguhkan di jemaat”.
Pendeta Newlands, menyebut bahwa Gereja telah berpaling pada hak LGBT.