Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Demo di Berbagai Daerah, Momen Pemerintah Berbenah, Tinjau Kebijakan yang Mengikat Leher Rakyat

Akademisi Meike Imbar menyebut situasi Indonesia yang tidak baik baik saja dikarenakan kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
Dokumentasi Meike Imbar
TANGGAPAN - Akademisi Sulut Meike Imbar. menyebut situasi Indonesia yang tidak baik baik saja dikarenakan kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Indonesia tengah tidak baik-baik saja.

Dimana-mana terjadi unjuk rasa berujung ricuh.

Massa membakar gedung DPRD, gedung Kejaksaan hingga merusak kendaraan fasilitas milik polisi dan banyak kendaraan bermotor dibakar.

Demo tersebut masih berkait aksi rakyat yang protes kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR RI, pajak hingga kekerasan polisi yang menyebabkan driver ojol Affan Kurniawan di Jakarta meninggal dilindas baracuda milik Brimob

Akademisi Sulawesi Utara Meike Imbar menyebut situasi Indonesia yang tidak baik baik saja dikarenakan kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

"Hari-hari terakhir ini situasi Indonesia kita tidak baik baik saja. Di tengah-tengah kesulitan ekonomi yang membelit, rakyat makin diikat dengan berbagai kebijakan pemerintah yang jujur tidak membela rakyat," kata dia via WA kepada Tribunmanado Sabtu (30/8/2025).

Sebut dia, kenaikan beraneka jenis pajak menunjukkan minimnya kepekaan pemerintah.

Bahkan cenderung dianggap pemerintah tidak pernah berpihak pada rakyat. 

"Dan puncaknya pada beberapa waktu lalu jelang perayaan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, anggota dari lembaga tinggi negara kita yang sangat terhormat berjoget ria saat mendengar adanya kenaikan tunjangan perumahan bagi mereka," katanya.

Ia menuturkan, aksi turun ke jalan dilakukan rakyat yang dipelopori mahasiswa.

Dan terjadilah tragedi itu. Affan Kurniawan tewas terlindas kendaraan taktis polisi yang sedang menangani aksi demo tersebut. 

"Insiden ini bagaikan bensin yang disiram atas api yang berkobar," ujarnya.

Menurut dia, peristiwa tersebut punya tiga makna.

Pertama pemerintah ternyata tidak pernah belajar psikologi massa.

"Sebagai pemimpin bangsa seharusnya sudah mengenal hati rakyat terdalam, bahwa jika rakyat yang kecewa bersatu, maka dampaknya besar sekali," katanya.

Kemudian, anggota DPR yang dipilih rakyat melalui Pemilu ternyata impoten dalam fungsinya sebagai wakil rakyat. 

Serta para pejabat pemerintah ternyata tidak bekerja untuk rakyat.

"Rakyat yang marah itu adalah bukti bahwa kinerja mereka bukan untuk rakyat," kata dia.

Meski demikian, kata dia, masih ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan.

Semua pihak musti menumbuhkan rasa optimistis akan perubahan.

"Tentu sebagai bangsa yang besar, kita harus optimistis agar bangsa kita mampu melewati semua tantangan dan hambatan. Rakyat Indonesia harus sadar bahwa tindakan anarkis untuk menyuarakan aspirasi dan kekecewaan itu selalu dan selalu merugikan rakyat itu sendiri," katanya.

Sebut dia, pemerintah perlu berbenah. Semua kebijakan yang mengikat leher rakyat agar ditinjau kembali. Hukum ditegakkan seadil-adilnya. 

"Tidak ada tempat bagi pejabat korup. Tidak ada tempat bagi politikus kesiangan yang hanya memburu kepentingan diri dan kelompok. Ketegasan dan keberpihakan pemerintah serta wakil rakyat kepada rakyat ditunggu secepatnya. Ini genting. Ini penting," katanya. (Art)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved