Israel
Bursa Saham Israel Anjlok, Nilai Uang Shekel Merosot, Pengamat: Netanyahu Terancam Isolasi Global
Visi Netanyahu tentang Israel sebagai “Super Sparta” – negara militeristik yang mandiri secara ekonomi dan diplomatik – malah memicu kepanikan pasar.
Ringkasan Berita:
- Visi Netanyahu tentang Israel sebagai Super Sparta negara militeristik yang mandiri secara ekonomi dan diplomatik memicu kepanikan pasar.
- Bursa saham anjlok dan nilai mata uang shekel merosot tajam.
- Gencatan senjata di Gaza yang disebut sebagai kemenangan, justru membuat posisi Netanyahu semakin terpojok, baik di dalam negeri maupun di mata dunia.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu, Israel mengalami berbagai masalah yang mengguncang ekonomi negara dengan ideologi zionis itu.
Menurut Al Jazeera, visi Netanyahu tentang Israel sebagai “Super Sparta” – negara militeristik yang mandiri secara ekonomi dan diplomatik – malah memicu kepanikan pasar.
Bursa saham anjlok dan nilai mata uang shekel merosot tajam. Meskipun menguat lagi pada Oktober 2025 pasca gencatan senjata dengan Hamas namun sikap Netayahu tetap dikhawatirkan akan berdampak jangka panjang bagi Israel.
Forum Bisnis Israel bahkan menolak visi Sparta itu dengan tegas.
“Kami bukan Sparta," ungkap Forum Bisnis Israel.
Belum lagi tekanan politik dan hukum yang dihadapi Netanyahu disebut sebagai yang terbesar sepanjang kariernya.
Gencatan senjata di Gaza yang ia sebut sebagai kemenangan, justru membuat posisinya semakin terpojok, baik di dalam negeri maupun di mata dunia.
Al Jazeera melaporkan, para pengamat menilai Netanyahu memanfaatkan perang berkepanjangan di Gaza untuk mengalihkan perhatian publik dari berbagai kasus yang membelitnya.
Termasuk di antaranya dugaan korupsi dan ancaman hukuman dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Berakhirnya perang berarti berakhir pula tameng politiknya.
Sejak dua tahun terakhir, pembunuhan lebih dari 67.000 warga Palestina oleh militer Israel dan krisis kemanusiaan di Gaza telah memicu kecaman global.
Banyak pihak melihat Netanyahu sebagai wajah dari kebijakan keras Israel.
Masalah Hukum
Pada November 2024, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza.
Di sisi lain, Mahkamah Internasional (ICJ) masih menyidangkan tuduhan genosida terhadap Israel.
Netanyahu berpotensi menghadapi hukuman penjara hingga 30 tahun jika terbukti bersalah.
Hubungan dengan Amerika Serikat Retak
Hubungan Netanyahu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan retak.
Menurut Al Jazeera, Trump marah besar setelah Israel melancarkan serangan terhadap negosiator Hamas di Doha tanpa koordinasi.
“Saya tidak akan membiarkan Israel kembali ke Gaza sampai saya mengatakannya,” ujar Trump dalam pidatonya di parlemen Israel.
Ketegangan ini menunjukkan menurunnya dukungan dari sekutu paling penting Israel di dunia internasional.
Keretakan Koalisi
Di dalam negeri, Netanyahu menghadapi potensi keretakan koalisi sayap kanan yang menopang pemerintahannya.
Dua tokoh penting, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, menolak gencatan senjata namun sejauh ini masih bertahan dalam kabinet.
Pengadilan Tinggi Israel juga telah memerintahkan pembentukan komisi penyelidikan atas kegagalan pemerintah mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.100 warga Israel.
Netanyahu juga masih diadili dalam tiga kasus korupsi yang melibatkan tuduhan penyuapan dan pelanggaran kepercayaan.
Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman hingga 10 tahun penjara.
Dengan berbagai fakta tersebut, banyak analis menilai karier politik Netanyahu kini berada di ujung tanduk.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Baca juga: Ingin Tahu Estimasi Tagihan Listrik Sebelum Tagihan Resmi Keluar? Begini Caranya

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.