Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Demo Ricuh di Nepal

Demo Ricuh di Nepal: 19 Tewas, Gedung Parlemen Dibakar, Istri Eks PM Meninggal Akibat Terjebak Api

Tragedi makin memilukan setelah istri mantan Perdana Menteri Nepal dilaporkan tewas akibat terjebak dalam kobaran api saat gedung parlemen dibakar.

Tangkapan Layar Youtube Tribunnews.com
NEPAL - Demo Ricuh di Nepal: 19 Tewas, Gedung Parlemen Dibakar, Istri Eks PM Meninggal Akibat Terjebak Api. Demo Ricuh di Nepal: 19 Tewas, Gedung Parlemen Dibakar, Istri Eks PM Meninggal Akibat Terjebak Api 

Kebakaran melalap sebagian gedung yang menjadi simbol demokrasi negara berpenduduk 30 juta jiwa tersebut.

Kejadian ini menandai salah satu serangan terburuk terhadap institusi politik Nepal sejak berakhirnya perang saudara pada 2006.

Istri mantan PM Nepal meninggal akibat luka bakar

Sementara itu, tragedi juga menimpa keluarga mantan Perdana Menteri (PM) Jhalanath Khanal.

Istrinya, Rajyalaxmi Chitrakar, tewas setelah rumah mereka di kawasan elit Dallu, Kathmandu, dibakar demonstran pada Selasa (9/9/2025).

Rajyalaxmi sempat diselamatkan dalam kondisi kritis dan dilarikan ke Rumah Sakit Kirtipur.

Ia menderita luka bakar parah di paru-paru dan beberapa bagian tubuh. Namun, meski tim medis telah berupaya, nyawanya tidak tertolong.

Kematian Rajyalaxmi menjadi simbol bagaimana kerusuhan politik di Nepal tidak hanya menyasar fasilitas publik, tetapi juga rumah pribadi para tokoh politik.

Media lokal Khabarhub melaporkan, para demonstran sempat menjebak Rajyalaxmi di dalam rumah sebelum membakarnya.

Kejadian itu memicu kecaman luas dari berbagai kalangan, termasuk partai-partai oposisi yang menilai pemerintah gagal menjaga keamanan warga.

Gelombang demonstrasi ini disebut sebagai salah satu yang paling mematikan dalam sejarah politik Nepal pascareformasi demokrasi.

Nepal, yang pernah dilanda perang saudara selama satu dekade hingga 2006, kini kembali menghadapi krisis besar yang menguji stabilitas politik dan sosial.

Belum ada langkah konkret

Pemerintah Nepal sejauh ini belum mengumumkan langkah konkret untuk meredakan situasi.

Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak hanya menyampaikan seruan agar masyarakat tetap tenang. Namun, seruan itu tampak tak memengaruhi massa yang masih melanjutkan aksi protes di berbagai wilayah.

Para pengamat menilai, krisis kali ini lebih berbahaya karena dipicu oleh kombinasi isu digital dan korupsi.

"Generasi muda Nepal sangat tergantung pada media sosial untuk berkomunikasi, bekerja, dan belajar," kata seorang analis politik di Kathmandu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved