Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Obat Batuk

2 Merek Obat Batuk Sebabkan Kematian Banyak Anak di India, Diduga Mengandung DEG Melebihi Batas

Obat tersebut menimbulkan kematian pada puluhan anak di India karena diduga mengandung dietilen glikol (DEG) melebihi batas aman di India.

Editor: Alpen Martinus
NET
OBAT: Ilustrasi obat batuk. Dua jenis obat batuk berbahaya di India. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Masyarakat Indonesia perlu waspada terhadap obat batuk sirup berbahaya di India.

Dua merek obat batuk tersebut adalah Coldrif Cough Syrup dan sirop Nextro-DS.

Memang dua merek obat batuk tersebut tidak terdaftar di database BPOM.

Baca juga: Banyak Pembungkus Obat Batuk Ditemukan di Jalur Atoga Boltim, Warga Sebut Jadi Tempat Pesta Miras

BPOM adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan, lembaga pemerintah non-departemen di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat, makanan, kosmetik, dan produk kesehatan lainnya.

Tujuannya adalah melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman, tidak bermutu, atau tidak memenuhi standar dengan cara menerbitkan izin edar, melakukan pengujian, dan menindak pelanggaran. 

Namun tidak menutup kemungkinan masuk di Indonesia jalur ilegal.

Untuk itulah BPOM terus mengalami pengawasan, agar konsumen obat di Indonesia tetap aman.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) memberikan penjelasan terkait kasus obat batuk sirup berbahaya yang ada di India.

Obat tersebut menimbulkan kematian pada puluhan anak di India karena diduga mengandung dietilen glikol (DEG) melebihi batas aman di India.

Adapun obat batuk sirup itu adalah Coldrif Cough Syrup dan sirop Nextro-DS.

Coldrif Cough Syrup diproduksi Srisan Pharmaceuticals, Tamil Nadu, India.

Dan Nextro-DS diproduksi di Himachal Pradesh, India.

Kepala BPOM Taruna Ikrar menjelaskan, berdasarkan hasil penelusuran di database BPOM kedua produk tidak terdaftar di BPOM.

Dari riwayat produsen kedua sirup obat pun juga tidak tercatat memiliki kerja sama dengan produsen, importir, distributor obat di Indonesia.

“Dari hasil patroli siber BPOM, kedua produk tersebut juga tidak ditemukan dalam penjualan/peredaran secara online di e-commerce di Indonesia,” ungkap Taruna di Jakarta ditulis Kamis (9/10/2025).

BPOM ujar Taruna terus memperkuat pengawasan pre- dan post-market secara intensif terhadap produk obat yang telah terdaftar dan beredar di Indonesia termasuk juga rutin melakukan pengujian yang komprehensif terhadap sirup obat.

“Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dalam penanganan keluhan yang berhubungan dengan penggunaan obat pada pasien sebagai bagian dari respons cepat dan langkah mitigasi komprehensif,” ungkap Taruna.

BPOM juga meningkatkan kolaborasi dengan WHO, otoritas regulatori obat negara lain, dan aparat penegak hukum dalam upaya memperkuat sistem regulasi obat dan mitigasi risiko.

BPOM mengimbau masyarakat agar menjadi konsumen cerdas dan selalu ingat Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin edar, dan Kedaluwarsa) sebelum membeli atau menggunakan obat.

Selalu membeli dan memperoleh obat di apotek, toko obat berizin, atau fasilitas pelayanan kesehatan.

Jika ingin membeli obat secara online, pastikan obat diperoleh melalui apotek yang telah memiliki izin Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi (PSEF) dari Kementerian Kesehatan.

Dikutip dari kantor berita ANI News Wakil Kepala Menteri Madhya Pradesh, Rajendra Shukla, menyatakanm dokter yang menulis resep tersebut telah ditangkap.

Sebagian besar dari mereka diberi sirup Coldrif, mengalami retensi urin dan gangguan ginjal akut.

Dietilen glikol digunakan dalam produk mulai dari antibeku hingga kosmetik dan pelumas.

Dampaknya menyebabkan gejala yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia dapat membuat muntah dan sakit perut hingga cedera ginjal akut sehingga berujung kematian.

Dikutip dari Reuters, Kementerian Kesehatan India telah menyerukan penggunaan obat batuk yang rasional untuk anak-anak.

Sejak 2023, India mewajibkan sirup untuk diuji di laboratorium yang disetujui pemerintah sebelum diekspor, meskipun aturan yang sama tidak berlaku untuk produk yang dijual secara lokal.

Sebelumnya toksin dietilen glikol atau etilen glikol ditemukan dalam sirup obat batuk buatan India yang telah menewaskan sedikitnya 141 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun sejak tahun 2022, dan 12 anak lainnya di India pada tahun 2019.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

 

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Threads Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved