Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Activity

Wawancara Eksklusif dengan Stafsus Gubernur Sulut Farist Soeharyo: Strategi Membangun Pemuda Tangguh

Tema podcast yang dibahas di studio Tribun Podcast, Kamis (16/10/2025). adalah pemuda tangguh untuk Sulut maju dan berkelanjutan.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Tribun Manado
PODCAST: Wawancara eksklusif dengan Farist Soeharyo, Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Kepemudaan dalam acara Podcast Tribun Manado yang dipandu Jumadi Mappanganro Pemimpin Redaksi Tribun Manado, Kamis 16 Oktober 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Pemuda tangguh didefinisikan tidak hanya kuat fisik, tetapi juga kuat secara mental, sosial, dan moral.
  • Mereka didorong untuk menjadi mandiri dan produktif dengan menciptakan peluang (contoh: UMKM/wirausaha) alih-alih menunggu kesempatan.
  • Untuk menyambut Indonesia Emas 2045, generasi muda Sulut harus memiliki kualitas SDM, karakter, kompetensi (skill), dan literasi digital yang mumpuni.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini wawancara eksklusif dengan Farist Soeharyo, Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Kepemudaan dalam acara Podcast Tribun Manado yang dipandu Jumadi Mappanganro Pemimpin Redaksi Tribun Manado.

Dengan tema "Pemuda tangguh untuk Sulut maju dan berkelanjutan" di studio Tribun Podcast, Kamis (16/10/2025).

Simak berikut ini isi wawancaranya:

Jumadi Mappanganro: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam, selamat sore. Salam sejahtera untuk kita semua. Om swastiastu, namo buddhaya, salam kebajikan. Tribunneas, kita bertemu lagi dalam acara Tribun Podcast bersama saya, Jumadi Mappanganro pemimpin redaksi Tribun Manado. Sore ini, Tribun Manado kedatangan tamu istimewa. Seorang staf khusus Gubernur Sulawesi Utara bidang kepemudaan. Bung Faris Soeharyo. Selamat datang di kantor kami.

Farist Soeharyo: Terima kasih atas undangan Anda.

Jumadi Mappanganro: Gimana kabar, Bung Faris?

Farist Soeharyo: Alhamdulillah, sehat.

Jumadi Mappanganro: Bung Faris, kita akan berbicara tentang tema pemuda tangguh untuk Sulawesi Utara yang maju dan berkelanjutan. Tapi sebelum kita berbicara tentang tema itu, kami berharap Bung Faris memperkenalkan diri dulu biar penonton bisa tahu siapa Bung Faris. Silakan, Bung Faris.

Farist Soeharyo: Baik, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Nama saya Faris Soeharyo. Biasa disapa dengan Faris, karena komunitas yang sering saya temui adalah kelompok pemuda atau komunitas pemuda. Saya biasa disapa Kak Faris. Jadi, saya hari ini ditugaskan gubernur sebagai salah satu staf khusus dan tepatnya di bidang kepemudaan, karena memang sejak awal kami membersamai beliau sejak proses pencalonan sampai terpilih menjadi gubernur dan karena melihat mungkin kami sering intens dan aktif selama ini diberinteraksi dengan para pemuda baik itu OKP, OKPI, para Ormawa, baik Intra maupun Extra Ormas, sehingga kami ditugaskan sebagai staf khusus bidang kepemudaan.

Jumadi Mappanganro: Kegiatan sebelum jadi staf khusus gubernur, apa saja dulu?

Farist Soeharyo: Jadi memang dulu waktu masih sekolah, SMA, bahkan ketika mahasiswa sempat kuliah di Unsrat, itu kami memang aktif di organisasi.

Jadi apakah itu di Intra maupun di Extra, itu dari sekolah. Jadi di sekolah itu di Intra kami aktif semua, apakah di kerohaniannya, apakah di organisasi extra, sekolahnya itu kami aktif.

Begitupun di kampus kami juga sama, mulai dari gerakan Extra Parlementer yang sering turun ke jalan waktu itu sampai dengan kami sudah lebih negarawan lah kira-kira ya, itu sudah kami lewati semuanya, sehingga mungkin aktivitas kami lebih banyak ke situ.

Kalau aktivitas bisnis atau usaha, ya kami lebih ke wirausaha. Jadi kami dulu pernah membuka tempat penjualan komputer ya, kemudian hari ini melangkah ke perhotelan, tapi lebih ke manajerialnya. Mungkin itu.

Jumadi Mappanganro: Baik, Bung Faris. Atau Kak Faris, kita ini akan berbicara tentang pemuda tangguh untuk Sulawesi Utara yang maju dan berkelanjutan. Mungkin Kak Faris bisa menjelaskan seperti apa sih itu sosok pemuda tangguh menurut Bung Faris.

Farist Soeharyo: Jadi kalau menurut saya, pemuda tangguh itu tidak hanya sekedar kuat secara fisik ya, tetapi bagi saya dia juga harus kuat secara mental, secara sosial, maupun moral.

Kenapa demikian? Karena itulah yang hari ini kita butuhkan di Sulawesi Utara. Jadi seorang pemuda yang ketika dia kuat secara mental, itu berarti dia terbebas dari hal-hal yang sifatnya dia bisa melakukan inovasi-inovasi.

Atau bisa saya sebut dia bisa lebih mandiri ya. Artinya dia tidak menunggu kesempatan datang, tapi dia yang menciptakan peluang-peluang itu datang untuk dirinya. Seperti mungkin kita melihat banyak di beberapa pelosok, karena kami bermitra dengan dinas pemuda olahraga, dan kemarin sempat melakukan kegiatan kewirausahaan pemuda, kami melihat sosok-sosok yang hadir itu mereka menciptakan peluang. 

Jadi mereka tidak menunggu kesempatan. Ada yang membuka mulai dari sektor pertanian, kemudian peternakan, artinya mereka UMKM. Jadi mereka berbisnis dan berusaha untuk menguatkan mental mereka untuk ekonomi dari sisi itu dan lain sebagainya.

Jadi kurang lebih bagi saya secara moral, pemuda-pemuda tangguh itu tidak hanya hadir di lorong-lorong, kemudian mereka menjadi pengangguran dan seperti itu, tapi mereka harus aktif dan produktif di dalam aktivitas kepemudaan mereka, sehingga menjadi bagian dari subjek pembangunan provinsi Sulawesi Utara. Itu beberapa ciri khas orang disebut pemuda tangguh ya.

Jumadi Mappanganro: Nah pertanyaan berikutnya, apa yang perlu dipersiapkan pemuda, khususnya di Sulawesi Utara, menyambut era Indonesia Emas 2045?

Farist Soeharyo: Bagi saya Indonesia Emas 2045 itu tidak hanya sekedar cita-cita atau target ya, tapi ada sebuah momentum besar, di mana kalau kita melihat Indonesia Emas 2045, maka yang kita harapkan di era itu, atau saat kita mencapai era itu, kualitas SDM yang kita miliki di Indonesia ini sudah mumpuni.

Dan itu tentu saja kita harapkan hadir juga di para pemudanya, apakah dari sisi karakternya, apakah dari sisi kompetensinya, atau bahkan dari sisi koneksi ke globalnya, atau konektivitas globalnya.

Mengapa? Karena hari ini kita melihat dunia digital ya, dunia digitalisasi yang begitu pesat, melejit ya. Kalau hari ini mungkin kita kenal generasi alpha, itu masih bermain dengan sosial media, bisa jadi nanti generasi beta, di tahun-tahun selanjutnya, mungkin 2026 ke atas, mereka sudah bermain dengan teknologi otomatisasi atau AI.

Yang mana berarti generasi muda di saat hari ini, itu harus memiliki kompetensi di bidang itu. Sehingga ketika mencapai 2045, mereka betul-betul lemas dari sisi mereka memiliki keterampilan, memiliki kapasitas untuk bisa memahami dunia digital, literasi digital, dan kemudian mereka terkoneksi dengan, atau pintar mengkoneksikan diri dengan internasional, kurang lebih seperti itu.

Jumadi Mappanganro: Kak Faris, ini kalau kita lihat di era sosial media yang sangat mudah sekarang, dimana-mana semua sudah kira-kira punya media sosial. Tapi di sisi lain, kita lihat di daerah ini Sulawesi Utara, tidak sedikit kasus yang katakanlah bunuh diri, atau yang mengakhiri hidupnya, itu masih tergolong anak muda. Nah, fenomena ini menurut Bung Faris, apa sih yang dialami oleh anak muda saat ini?

Farist Soeharyo: Jadi memang tantangan hidup yang dihadapi, bukan hanya komunitas para pemuda sebenarnya, secara umum kita melihat dunia sedang keras-kerasnya.

Jadi tantangan hidup ini hari ini semakin keras, sehingga itu tantangan-tantangan inilah yang kemudian harus dihadapi, termasuk diantaranya para pemudanya. Bagi saya, dua hal yang perlu kita lakukan secara edukasi.

Jadi pertama, kita perlu secara preventif melakukan pencegahan-pencegahan secara preventif itu. Jadi kita mungkin perlu mengkampanyakan tentang kesehatan mental ini masuk di ruang-ruang publik.

Apakah itu di... biasanya ruang-ruang publik para pemuda itu kampus, sekolah, kemudian di komunitas-komunitas di mana mereka bergaul, di lingkungan, bahkan sampai di lingkungan keluarga mereka. 

Jadi kita harus mengkampanyakan bahwa di ruang-ruang publik itu adalah ruang-ruang yang aman. Harusnya mereka berinteraksi dengan masyarakat secara sosial. Tidak ada pembulian di situ. Tidak ada penghakiman dan seterusnya. Ini secara preventif. Tapi bagi saya, pemerintah harus hadir.

Jadi perlu juga secara kuratif kita kemudian hadir untuk menangkal tentang masalah-masalah kesehatan mental para pemuda. Kuratif ini bisa kemudian kita mendorong dinas-dinas, karena pemuda ini ada di beberapa dinas, jadi kita sebut lintas sektor dinas. Jadi kita bisa mendorong dinas pendidikan misalnya untuk hadir di sekolah-sekolah, menghadirkan para komunitas-komunitas yang aktif di bidang fisiko-sosial untuk melakukan kampanye itu.

Atau kemudian kita bisa mendorong dinas kesehatan untuk melakukan konsulin-konsulin secara digital tentang masalah fisiko-sosial lagi. Sehingga ini pemerintah hadir dan kita berkolaborasi, bersinergi dengan masyarakat yang tadi saya sebut di ruang-ruang publik itu untuk memang bisa membantu agar kesehatan mental para pemuda ini terjaga.

Karena memang harus kita akui itu hari ini merupakan bagian dari isu yang menjadi sentral untuk kemudian kita tangani.

Jumadi Mappanganro: Dan itu sebagai staf khusus gubernur bidang kepemudaan itu juga sudah dilakukan ya?

Farist Soeharyo: Jadi sebagai contoh kemarin saat memasuki era sekolah baru atau memasuki awal sekolah itu ada namanya MPLS. Jadi sekolah-sekolah kita mengirimkan ada satu komunitas para psikososial. Jadi mereka ini sarjana-sarjana SPSI ya? Sarjana Psikologi dari IAIN dan dari IAKN, dari UNIMA. Itu kita kumpulkan satu komunitas yang disebut di LMPI.

Itu mereka kita turunkan di beberapa sekolah untuk memberikan penguatan atau kampanye yang kami sebut dengan kampanye kesehatan mental. Jadi mereka kemarin sempat ke SMK Negeri Satu Languan di mana ada beberapa sekolah juga mereka kunjungi.

Kami sebenarnya sudah menjadwalkan juga di tingkat kampus tapi saat itu tidak match dengan masalah waktunya. Tapi pada dasarnya saya sebagai staf khusus itu mencoba mensinergikan berbagai kompetensi yang ada di komunitas para penguda ini untuk hadir termasuk memberantas termasuk yang namanya kesehatan mental.

Jumadi Mappanganro: Kak Faris, kita masuk lagi soal tindak perdagangan orang. Di Sulawesi Utara ini dalam beberapa bulan terakhir marak kasus orang ke Kamboja. Dan itu usia-usia mereka masih remaja dan pemuda lah.

Nah, menurut Kaka Faris bagaimana Anda melihat fenomena ini? Banyak anak muda kita mau cari kerja di Kamboja padahal sudah ada larangan dari pemerintah untuk tidak ke sana karena bahayanya kita. Kenapa masih bisa ini terjadi? Menurut Bung Faris bagaimana?

Farist Soeharyo: Kalau menurut saya terkait TPPO ini ada beberapa fakto yang menjembatani. Seperti yang sudah saya sampaikan di awal,ini adalah tantangan kehidupan. Jadi kurangnya lapangan pekerjaan. Kedua menurut saya pemahaman yang tidak luas oleh para generasi muda yang ada sehingga mereka ingin hal-hal yang instan.

Ingin kayak mendadak, ingin mencari hal-hal yang sifatnya mudah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Itu yang mendorong mereka sampai kemudian melakukan itu.

Tapi dari sisi pemerintah, menurut saya kita tidak boleh tinggal diam. Jadi kita tentu harus kemudian menghadirkan beberapa informasi yang akuntabel dan yang baik yang kemudian bisa menyasar para pemuda-pemuda yang ada di lingkungan ini untuk kemudian tidak terpengaruh.

Yang kedua, walaupun ternyata sudah ada korban kita melihat memang banyak korbannya ya tentu pemerintah harus turun tangan. Tentu kita mencari informasi dulu kita mendapatkan kejelasan informasi baru kemudian kita menurunkan.

Sudah beberapa kali kan itu ditolong oleh beberapa LBH yang kemudian difasilitasi oleh juga pemerintah dan bahkan kemarin yang dari Kamboja yang sudah meninggal itu bahkan diterima langsung oleh gubernur ya.

Jadi inilah beberapa hal yang mungkin perlu kita cermati sehingga anak muda tidak mudah ketika menerima informasi dan tidak ada kontrol sosial yang baik dari lingkup keluarga mungkin lingkup sosial dia kemudian akhirnya pergi dan kemudian tidak mendapatkan hasil sesuai dengan yang dia inginkan sesuai dengan informasi yang dia dapatkan.

Jumadi Mappanganro: Kira-kira apa yang mesti menurut varis semua pemerintah ini baik provinsi, kabupaten, dan kota itu bisa bersinergi menangkal ini atau mencegah kembali kasus serupa anak muda kita ke Kamboja.

Farist Soeharyo: Jadi sebenarnya dari sisi pemerintah itu banyak hal yang bisa kita lakukan tapi sebenarnya ini juga kembali kepada individual itu sendiri.

Jadi sekali lagi menurut saya kenapa pemuda Sulawesi Utara hari ini harus memiliki karakter tidak hanya sekedar kompetensi karena karakter ini yang akan membetengi dia dari hal-hal yang sifatnya disinformasi tadi.

Karena kalau dia memiliki kompetensi atau skill individual yang mungkin mumpuni dia mudah terjebak ketika dia tidak memiliki karakter yang kuat. Kami dari sisi pemerintah tentu mendorong seluruh kabupaten, kota memberikan informasi yang jelas dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk para generasi muda ini untuk kemudian bisa ikut terlibat aktif di dalam aktivitas pembangunan dalam pemerintahan.

Jadi ini menjadi salah satu faktor yang coba kami dorong juga di beberapa dinas karena kemarin sempat kami melakukan Rakor Kepemudaan dan itu dihadiri oleh seluruh kabupaten, kota yang ada di Sulawesi Utara dan di saat itulah kami berupaya untuk men-sinergikan antara apa yang ada di tingkat nasional kemudian yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten, kota kita sinergikan, kita selaraskan kita kombinasi semua program yang ada agar pemuda ini betul-betul kita jalankan dan perlu saya sampaikan di kepemimpinan Pak YSK kali ini atau Pak Yuliu gubernur kita itu kegiatan-kegiatan kepemudaan mulai kami aktifkan kembali. Termasuk Rakor yang tadi saya sebutkan itu sudah 3 tahun tidak dilaksanakan baru dilaksanakan kembali jadi kita mulai memformulasikan kembali hal-hal apa yang bisa kita guide kepada kaum muda ini agar berpartisipasi aktif lagi terhadap kegiatan-kegiatan kepemudaan yang ada.

Jumadi Mappanganro: Apa contoh yang sudah atau akan dilakukan untuk menggiatkan lagi kegiatan kepemudaan di daerah ini?

Farist Soeharyo: Jadi kemarin kami mengaktifkan kegiatan yang namanya PPAN Pertukaran Pemuda Antar Negara hari ini itu mereka sudah melakukan seleksi untuk pergi ke Jepang itu kemarin diterima gubernur juga langsung saat proses seleksi selesai saya bawa ke gubernur dan diterima.

Kemudian setelah itu kami menggelar yang namanya PPAP, PPAP ini sudah beberapa tahun terakhir tidak dilaksanakan bahkan mungkin 5 tahun terakhir karena dalam tanda kutip pemerintah sebelumnya itu tidak menganggarkan secara maksimal untuk kegiatan-kegiatan kepemudaan.

Kali ini sama Pak YSK karena salah satu di antara program unggulannya adalah di bidang kepemudaan, maka hari ini masuklah program-program itu PPAP kita lakukanm dan hari ini tanggal 14 sampai 16 ini hari terakhir kita sedang mengirimkan Duta Kreatifisia.

Kemarin juga saya menggelar Nyong Noni Sulut kemudian mungkin pernah juga hadir podcast di tempat ini Putra Putri Literasi. Itu juga kami gagas kemarin jadi itu ada di bawah lintas sektor semua jadi kalau Putra Putri Literasi di bawah dinas perpustakaan..

Kita juga beri penyemangat dan kita hari ini sedang berkolaborasi bersinergi tentang program-program yang ada di duta-duta yang lainnya jadi kita juga berharap memang ke depan kita akan semakin masif untuk memberikan edukasi, sehingga apapun yang mereka lakukan itu produktif aktif dan partisipatif. Jadi kita sinergi sesuai dengan kebijakan pemerintah membangun Sulawesi Utara Maju Sejahtera dan berkelanjutan.

Jumadi Mappanganro: Nah, menurut Kaka Faris strategi apa yang harus penting dilakukan semua pihak untuk mendorong pendidikan pokasi?

Farist Soeharyo: Jadi ada satu hal yang mungkin perlu kita ubah secara paradigma, kalau saya telah mencatat itu sering kita menyebut dengan kalimat degree based education jadi kita selama ini berfokus pendidikan kita itu pada pendidikan berbasis gelar.

Sementara yang kita butuhkan hari ini adalah skill based education, kita harus mengelola pendidikan kita hari ini berbasis skill nah inilah yang kemudian yang kita sebut dengan pendidikan pokasi harus kita masifkan.

Seperti contoh misalnya kemarin kedatangan tamu kita dari DPR RI Komisi 10 itu saya membersamai mereka, dan kita mengunjungi kurang lebih sekitar 12 sekolah, dan diantaranya adalah sekolah-sekolah SMK.

Yang kita nilai disitu atau yang kita lihat dari kunjungan itu adalah mereka menilai seberapa kuat karakter daripada fokasi-fokasinya ada di beberapa SMK yang ada.

Apakah betul-betul memang SMK-SMK ini sesuai dengan industrial based yang ada, jadi kita contoh begini kita melihat potensi Bolmong Raya adalah potensi pertambangan tapi SMK yang hadir disana tidak ada jurusan pertambangan.

Yang kemarin-kemarin justru ada pendidikan perhotelan, kuliner dan itu tidak sesuai industrial based. Kita menginginkan ada link and match jadi ketika mereka selesai dari dunia sekolah SMK, mereka langsung bekerja karena lapangan kerja terbuka nah itu yang kita inginkan.

Begitu pun dengan daerah kepulauan kita melihat ada daerah-daerah potensi pahla disana tapi yang disana justru perhotelan juga. Nah itulah yang hari ini ingin kita bangun sehingga fokasi ini betul-betul tepat sasaran, jadi betul-betul skill based education dan bukan lagi berbasis gelar.

Kemudian yang kedua tentu kita mendorong pemerintah kaupatian kota dalam hal ini 15 kabupaten kota yang ada di Sulawesi Utara tentu harus melek dengan yang namanya pendidikan fokasi.

Artinya mereka tidak boleh menyerah dengan hanya berfokus pada pendidikan formal tetapi keterlibatan masalah skill para pemuda yang ada di daerahnya itu harus kemudian dilatih dan disinergikan.

Itulah sebabnya Pak Gubernur berkeinginan sebenarnya saat kampanye kemarin ingin mendirikan salah satu universitas di Bolmong Raya. Dan salah satu yang kita sasar adalah tentang masalah pertambangan dan ini sedang masih dalam proses koordinasi dan komunikasi mengingat terkait universitas ternyata bukan memenang pemerintah provinsi, melainkan pemerintah pusat nah ini yang kemudian kita lagi coba kolaborasi, kita coba sinergikan, model koordinasi seperti apa sehingga keinginan-keinginan Gubernur ini bisa kita capai seperti itu.

Jumadi Mappanganro: Bung Faris kalau kita lihat ini kan juga ada fenomena bagaimana ideologi transnasional itu sangat cepat juga merasuk ke kalangan anak muda. Ya itu sebagai konsekuensi era digital jadi semua informasi dengan mudah bisa diakses menurut Bung Faris apa yang mesti dilakukan kalangan muda masyarakat, pemerintah dan semua pihak agar betul-betul di kalangan pemuda kita ini bisa membentengi diri dengan wawasan kebangsaan dan membentengi diri dari ideologi transnasional minimal kita punya ideologi yang betul-betul sesuai dengan kearifan lokal setempat?

Farist Soeharyo: Informasi-informasi ini datang secara liar artinya kita tidak bisa kadang-kadang kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja, tetapi kadang-kadang informasi ini, yang tadi itu termasuk TPPO itu kan terjadi karena disinformasi.

Jadi memang kita sementara berkolaborasi dalam hal ini, kalau Pemprov itu dibawa kom-info, kita sedang mendorong kerjasama dengan beberapa komunitas literasi digital termasuk juga beberapa kampus diantaranya, untuk kita kembangkan yang namanya gerakan sulut cerdas digital gerakan sulut cerdas digital.

Gerakan sulut cerdas digital jadi ini kita formulasikan untuk kemudian memberikan informasi-informasi yang detail yang jelas, yang benar dan kemudian sekaligus kita menangkal informasi-informasi yang dalam tanda kutip hoax.

Termasuk diantaranya juga adalah tentang masalah-masalah wawasan kebangsaan atau transnasional tadi jadi ini perlu kami sampaikan, di tahun ini atau di jaman kepemimpinan Pak YSK ini, ada satu hal yang kemudian kita hadiahkan dari jalur kepemudaannya, yaitu perda kepemudaan.

Dan di dalam perda kepemudaan saya termasuk yang diundang oleh legislatif kemarin untuk ikut membahas tentang memberikan saran masukan, dan kami memberikan masukan terkait masalah wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara menjadi formulasi utama sebagai label formal untuk kemudian pengembangan perda ini sampai di lima belas kaupaten kota.

Dan sebagaimana kita ketahui, kalau sampai perda ini diketok, dan kami menadirkan itu di event Sumpah Pemuda ini kami memberikan hadiah itu, karena ini sudah tinggal penyesuaian akhir ya, tinggal harmonisasi dengan kementerian, baru kita akan kalau sudah ada perda kan berarti setiap kaupaten kota akan menjalankan perda ini.

Yang selama ini regulasi tentang masalah kepemudaan itu tidak ada perhatian khusus oleh pemerintah, baik di tingkat nasional provinsi maupun kaupaten kota nah ini terlihat dari sisi anggaran kita bisa melihat itu dari sisi anggaran anggaran yang ada di dinas lain dengan pemuda olahraga ini sangat timpang.

Kalaupun hari ini di pemuda olahraga, dinas pemuda olahraga Sulawesi Utara, ada anggaran kita bisa bilang, ya mungkin 70-30, 70 lebih ke olahraganya 30 ke pembinaan pemudanya.

Inilah yang kemudian kita dorong dengan hadirnya perda ini, kita bisa berbuat banyak untuk kegiatan-kegiatan kepemudaan termasuk di antaranya menangkal yang namanya transnasional atau lebih kalau kegiatan spesifik kami sudah pernah mendengar dari kami sudah pernah berdiskusi dengan asisten deputi dan deputi kepemudaan di Kemenpora RI, beliau menyampaikan ada beberapa turunan program dari RAN apakah itu terkait masalah kegiatan bela negara, atau mungkin dialog lintas iman atau dialog kebangsaan atau bahkan kita bisa mengakses lewat beberapa yayasan untuk bisa meminta program sosialisasi empat pilar

Yang biasanya itu ada di MPR dan ini akan coba kita dorong kepada komunitas pemuda untuk bisa mengambil kegiatan-kegiatan yang disiapkan oleh pemerintah pusat untuk kita lakukan disini.

Jumadi Mappanganro: Ini kan soal pemuda ini sangat kompleks sekali permasalahan dan semua lini, salah satunya adalah kalau kita lihat di beberapa berita-berita yang menyangkut anak muda di daerah ini itu, ada banyak kasus-kasus terkait misalnya judi online narkoba dan banyak permasalahan kriminal lain yang di alami anak-anak muda kita nah menurut Bung Faris, melihat fenomena itu apa yang mesti lagi dilakukan oleh semua stakeholder untuk menangkal hal tersebut?

Farist Soeharyo: Jadi bagi saya ini bukan hanya tugas pemerintah tapi ini kita perlu bersinergi dari apa mungkin yang kita sebut dengan ekosistem kolaborasi.

Jadi kita perlu mendorong juga sisi perusahaan-perusahaan swasta atau mungkin perusahaan-perusahaan vertikal bahkan komunitas-komunitas sosial yang ada, dan pokoknya berbagai faktor kita bisa dorong untuk kita kita sama-sama berkolaborasi jadi lagi-lagi semua hal yang sifatnya negatif termasuk judi online, itu berangkat dari disinformasi. Jadi pengen instan kaya dan seterusnya jadi seperti misalnya saya contohkan tadi misalnya ya di perusahaan swasta atau di lembaga-lembaga vertikal itu mungkin kita bisa gunakan CSR-CSR mereka untuk kegiatan-kegiatan kepemudaan apakah pelatihan-pelatihan vokasi.

Disclaimer: Untuk percakapan fullnya bisa Anda dengar di poadcast Tribun Manado, linknya klik di SINI

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved