Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Malalayang Beach Walk

Patung Pahlawan Sulut Robert Wolter Mongisidi Jadi Ikon Baru Wisata Malalayang Beach Walk II Manado

Intip keindahan tempat wisata Malalayang Beach Walk II Manado. Patung Pahlawan asal Sulut Robert Wolter Mongisidi jadi ikon baru.

|
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Frandi Piring
Arthur Rompis/TribunManado.co.id
MBW II - Patung Pahlawan Nasional asal Sulut Robert Wolter Mongisidi di Kawasan Malalayang Beach Walk (MBW) II di Kelurahan Malalayang, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Nama dan tulisan frasa "Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan" juga ikut dituliskan di bagian bawah patung. 

Anggaran pembuatannya mencapai sebesar Rp 107 miliar, bersumber dari APBN. 

Dari bentuknya, MBW II lebih mewah ketimbang kakaknya. 

Fasilitasnya lebih lengkap. Misalnya Wedding Room. Di sana banyak pula taman yang ikonik.

Direncanakan MBW akan menyediakan kawasan kuliner.

Sosok Robert Wolter Monginsidi

Robert Wolter Mongisidi merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.

Robert Wolter Mongisidi lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara pada 14 Februari 1925.

Ia menutup usia di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5 September 1949 pada umur 24 tahun.

Pada 6 November, 1973 Robert Wolter Mongisidi mendapatkan anugerah gelar Pahlawan Nasional Pemerintah Indonesia.

Tak hanya itu, pada 10 November 1973 ia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana).

Namanya pun dipakai sebagai nama jalan yang ada di Manado, hal itu guna mengingat jasa pahlawannya.

Tak hanya itu, namanya juga dipakai sebagai nama bandara yanga da di Kendari, Sulawesi Tenggara yatiy Bandara Wolter Monginsidi yang kini diubah nama menjadi Bandar Udara Haluoleo.

Sebagai penghargaan kepada Mongisidi, namanya juga digunakan sebagia nama seperti kapal TNI Angkatan Laut, KRI Wolter Mongisidi dan Rumah Sakit TNI Angkatan Darat Robert Wolter Mongisidi di Manado.

Pahlawan Nasional asal Sulawesi Utara, Robert Wolter Mongisidi.
Pahlawan Nasional asal Sulawesi Utara, Robert Wolter Mongisidi. Robert merupakan anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. (Istimewa)

Biografi

Dikutip dari Wikipedia, Robert merupakan anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa.

Panggilan akrab Robert Wolter Monginsidi semasa kecil adalah Bote.

Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School atau (HIS), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado.

Mongisidi lalu dididik sebagai guru Bahasa Jepang pada sebuah sekolah di Tomohon.

Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, Minahasa, dan Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat Mongisidi berada di Makassar.

Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda).

Mongisidi yang tidak menerima kedatangan Belanda, menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.

Dengan keberanian dan kepintaran yang dimiliki Monginsidi, beliau dipercaya untuk memimpin pertempuran melawan Belanda dan menjadi sosok yang disegani.

Pada17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS dengan Sekjen Wolter Monginsidi sebagai ketuanya, yang selanjutnya melecehkan dan menyerang posisi Belanda.

Mongisidi ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947.

Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.

Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar pada 10 November 1950.

Perjuangan Monginsidi tidak berhenti di situ, tak lagi mampu berjuang secara fisik dalam pertempuran, Monginsidi menyuarakan semangat perjuangan melalui tulisan-tulisannya. 

Dalam Alkitab yang dipegangnya saat hukuman mati, terdapat tulisan frasa "Setia Hingga Akhir di Dalam Keyakinan". (Art)

-

Baca juga: Sejumlah Fasilitas di MBW Manado Rusak, Pengunjung Minta Pengelola Perbaiki 

 

 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved