Kisah Sukses
Cerita Dio Karim Penjual Rujak Ulek Khas Wonogiri di Kota Bitung, Mulai Menabung untuk Rumah Impian
Ia adalah Dio Karim (22), warga asal Gorontalo yang kini menetap di Bitung dan menjajakan Rujak Ulek khas Wonogiri, Jawa Tengah.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID,BITUNG – Di sudut Jalan Sam Ratulangi, tepat di samping SPBU Kadoodan, Kota Bitung, Sulawesi Utara, seorang lelaki tampak sibuk membuat rujak ulek.
Rujak adalah makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari campuran buah-buahan atau sayuran, yang disajikan dengan bumbu atau saus khas yang memiliki cita rasa pedas, manis, dan asam.
Kata "rujak" sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti "melumat" atau "meremukkan", mengacu pada cara bumbunya diulek.
Baca juga: Bikin Ngiler! Rujak Jambu Kristal dari Cemilan Reina, Dessert Unik di Manado yang Banyak Varian Rasa
Ia adalah Dio Karim (22), warga asal Gorontalo yang kini menetap di Bitung dan menjajakan Rujak Ulek khas Wonogiri, Jawa Tengah.
Setiap hari, Dio mulai membuka gerobaknya sejak pukul 10.00 WITA.
Jika pembeli ramai, dagangannya habis hanya dalam waktu lima jam, sekitar pukul 15.00 WITA.
Namun saat sepi, ia bertahan hingga pukul 17.00 WITA.
“Kalau cuaca panas biasanya ramai, tapi kalau hujan sepi,” ujar Dio saat ditemui, sambil terus meracik pesanan rujak.
Warisan Mertua, Rasa Khas Wonogiri
Meski bukan asli Wonogiri, Dio mengaku belajar membuat rujak ulek langsung dari ayah mertuanya yang telah berjualan sejak 2008.
“Saya orang Gorontalo, tapi istri saya dari Wonogiri. Saya belajar langsung dari bapak mertua,” katanya.
Sang mertua berjualan di pusat Kota Bitung, sementara Dio membuka lapak sendiri di samping SPBU Kadoodan.
Dalam satu porsi rujak buatannya, terdapat tujuh jenis buah segar: pepaya, semangka, melon, apel, nanas, mangga, dan ketimun.
Harga per porsi dijual Rp 15 ribu.
Namun, Dio fleksibel. “Kalau ada yang cuma punya Rp 10 ribu, tetap saya layani,” tuturnya.
Dari Buruh ke Pengusaha Kecil
Sebelum menikah, Dio bekerja di sebuah pabrik tahu.
Meski memiliki penghasilan tetap, ia merasa sulit menabung.
Namun, hidupnya berubah sejak menikah dan memulai usaha rujak sendiri.
“Dulu kerja di pabrik tahu, tapi uang nggak bisa dikumpul. Sekarang walau usaha kecil, saya sudah bisa menabung,” ucap Dio bangga.
Ia dan istrinya kini tinggal bersama orang tua mertua. Tapi ia punya impian besar membangun rumah sendiri dari hasil berjualan rujak.
“Saya lagi kumpul uang, pelan-pelan, semoga bisa beli rumah,” katanya.
Jual 60 Porsi Sehari
Saat dagangannya laris, Dio bisa menjual hingga 60 porsi rujak dalam sehari.
Namun pada hari biasa, ia rata-rata menjual 30 sampai 35 porsi.
Buah-buahan segar yang digunakan ia beli langsung dari pasar di Kota Bitung setiap pagi.
Di tengah persaingan dan cuaca yang tak menentu, Dio tetap semangat menjalani usahanya.
Baginya, rajin, jujur, dan ramah pada pembeli adalah kunci utama agar usaha tetap berjalan.(FIS)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Threads Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Kisah Herman Moningka, Sukses Bangun Pabrik Tahu di Manado, Berawal dari Nonton YouTube |
![]() |
---|
Sosok Iqbal Faqih Anak Kuli Bangunan di Bengkulu yang Lolos Masuk Kedokteran UI, Ini Kisahnya |
![]() |
---|
Kisah Meisatari Vermanar Putri Penjual Tuak di Toraja, Sukses Raih S1 Cum Laude di Unsrat Manado |
![]() |
---|
Kisah Ketekunan Opa Philep Budidaya Rica di Talaud Sulawesi Utara, Butuh Bantuan Sumur Bor |
![]() |
---|
Cerita Sukses Tim Basket Putra Flying Wheel Makassar, Champion Tournament Basket di Manado Sulut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.